Aku hanya geleng-geleng kepala. Dia memang baru saja dari masjid, katanya habis membaca doa awal tahun, melaksanakan shalat sunnah, disambung istighotsah. Sedang aku seperti biasanya mengisi waktu antara maghrib dan isya' dengan membaca alquran. Suamiku memilih membaca alquran sesudah subuh sampai sebelum waktu isro'. Sehingga rumah kami bisa selalu dihiasi bacaan alquran, meski bergantian. Â
Minuman dan camilan sudah kubawa ke gazebo. Suamiku masih mengerjakan jurnal. Angin yang bertiup, sedikit membuat bulu kuduk ku meremang.Â
Bayang-bayang daun tertiup angin yang bergerak  dalam kegelapan terkadang membuatku terkesiap.Â
Sepi. Sunyi. Burung dan serangga malam tak ada yang bersuara. Hanya desahan daun bambu tepat di atas gazebo dan gesekan batang-batang bambu di seberang tembok pekarangan yang mengeluarkan suara aneh dan seram. Beruntung tak ada nyamuk berkeliaran.Â
"Astaghfirullah.. ", aku berteriak dalam hati. Ternyata suamiku yang mengendap-endap ke arah gazebo. Membuatku yang sedikit halu terkaget.Â
" Fotoin aku, Dek. Suamiku meraih gitar kesayangan sulung ku yang tertinggal di rumah.Â
"Mau nyanyi apa, Mas? " Tanyaku sambil asyik memotret suamiku yang asyik memetik senar gitar. Aku sebenarnya agak tahu sedikit, posisi jari untuk macam-macam kunci. Tapi aku memang kurang berminat mempelajari dengan serius. Maklum aliran seniku lambat. Upss.. Ngaku aja kalau tidak berbakat, daripada aku memainkan alat musik dan bernyanyi malah diketawain, hihihi...Â
"Sudah dek? " Tanya suamiku.Â
"Sudah, jawabku. Sudah ku aplot, jawabku cuek.Â
"Jangan.. Nanti dilihat banyak orang, "Suamiku malah meletakkan gitarnya, dan menelepon temannya.Â