Mohon tunggu...
Istiqomariyah Indra Ningrum
Istiqomariyah Indra Ningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi Universitas Surabaya

Selalu berusaha menunjukkan sisi terbaik diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlunya Kecerdasan Emosi dalam Pengambilan Keputusan

26 Agustus 2020   18:53 Diperbarui: 26 Agustus 2020   18:45 2641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecerdasan emosi sangat diperlukan dalam menempatkan emosi pada waktu dan tempat yang tepat. Anak kecil seringkali menangis keras dan berteriak didepan umum, namun hal ini tidak terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena kecerdasan emosi pada anak masih belum berkembang sepenuhnya. Sehingga ia masih belum bisa mengendalikan emosi dan menempatkan emosi dengan baik. Anak kecil tidak tahu jika menangis dan berteriak akan sangat memalukan.

Kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan memiliki hubungan positif (Drastiana, 2016). Kecerdasan emosi yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat keputusan karir. Dalam pengambilan keputusan, seseorang dengan kecerdasan emosi yang rendah akan mudah terbawa suasana dan tidak bisa menyelesaikan masalah. Hal ini tentunya mempengaruhi masa depan, oleh sebab itu keputusan dapat mengarahkan jalan hidup seseorang.

Dalam suatu jurnal penelitian, keterampilan sosial merupakan salah satu kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang bijak secara signifikan (Kusuma & Kawedar, 2011). Keterampilan sosial seseorang sangat diperlukan dalam membina hubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan adanya komunikasi dan hubungan yang baik dengan lingkungan sosial, kita dapat menyampaikan opini untuk keputusan bersama dengan lancar. Sehingga maksud dari opini kita tersampaikan dengan baik, hal ini berdampak positif pada pengambilan keputusan.

Kecerdasan emosional juga tentang pemanfaatan dan penyaluran emosi yang dirasakan menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Dalam kondisi terpuruk kita merasakan emosi negatif seperti sedih, depresi, dan kecewa. Hal ini dapat disalurkan melalui kegiatan seni seperti musik, sastra, dan terapan. 

Selain dapat melampiaskan emosi dengan baik, kita dapat menghasilkan sebuah karya indah yang dapat dinikmati orang lain. Teknik ini merupakan salah satu teori psikoanalisa Sigmund Freud mengenai defence mechanism yaitu sublimation. Dengan teknik ini kita dapat mengubah energi negatif menjadi positif. Sehingga perasaan dan emosi kita menjadi baik dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Setelah mengetahui pentingnya kecerdasan emosi dalam mengambil sebuah keputusan, kini kita perlu meningkatkan kecerdasan emosi. Lantas bagaimana cara mengasah kecerdasan emosional seseorang?

Dilansir dari tirto.id, bahwa Psikolog Bradley Busch menunjukkan cara mengasah kecerdasan emosional di sekolah yaitu dengan cara menjadi pendengar yang aktif, mengajarkan kosakata dari berbagai bentuk emosi, mengembangkan kesadaran diri, berempati terhadap orang lain, mengelola emosi, dan self-regulation (Primastika, 2018). Mendengarkan adalah salah satu kegiatan komunikasi agar mampu memahami dan mengerti orang lain. 

Kosakata dari berbagai bentuk emosi penting agar anak dapat menyampaikan perasaan yang dialami. Kesadaran diri juga perlu dilatih agar interaksi sosial terjalin dengan baik, karena jika terlalu menujukkan citra diri yang tinggi akan membuat suasana sosial menjadi tidak nyaman. Empati merupakan faktor penting dalam memahami perasaan dan perspektif orang lain. Pengelolaan emosi dan self-regulation diperlukan agar mampu mengendalikan emosi ketika dalam kondisi tidak stabil dan dikuasai oleh emosi yang berlebih.

Dilansir dari pijarpsikologi.org, menurut Putri (2015) ada lima hal untuk menjadi cerdas secara emosi. Yang pertama, mengurangi emosi negatif, individu diharapkan lebih objektif dalam memandang sebuah permasalahan dan lebih optimis. Individu sebaiknya memfokuskan diri pada hal-hal positif dan bersyukur. 

Kedua, mengurangi kecemasan akan penolakan. Semua orang tentu akan cemas jika dihadapkan oleh situasi penolakan, namun hal itu harus dikurangi. Individu sebaiknya melakukan penerimaan diri, sehingga penolakan yang terjadi diluar kendali/ lingkungan tidak mempengaruhi diri. Ketiga, mengungkapkan perasaan tanpa menyinggung orang lain. 

Hal ini dilakukan agar kedua belah pihak yang bersangkutan tidak saling merugikan, karena satu sisi seseorang dapat terbuka dan disisi lain seseorang juga dapat memahami. Selain itu pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa ada kesalahpahaman. Keempat, menghindari pembicaraan bersama orang lain saat sedang dalam emosi negatif agar tidak melampiaskan emosi tersebut ke orang lain. Kelima, tidak berlarut-larut dalam emosi dan memaknai peristiwa dengan mengambil hikmah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun