MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS
Istifarizah Amanah (12210924979)
Hakikat Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Hakikat Anak Usia Dini
Anak, dalam beragam usia dengan berbagai perilakunya biasanya menarik perhatian orang dewasa. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan canda tawa dan kegembiraan, sehingga orang dewasa akan ikut terhibur dengan hanya melihat tingkah polah mereka. Pada kehidupan sehari-hari, berbagai tingkat usia anak dapat kita amati. Ada bayi, batita, balita, anak usia TK, sampai anak usia sekolah dasar. Semua kategori umur anak tersebut dikelompokkan sebagai fase anak usia dini. Apa yang dimaksud dengan anak usia dini? Siapa saja yang termasuk kategori ini? Apa saja karakteristik anak usia dini yang membedakannya dengan kelompok usia lainnya? Kegiatan Belajar ini akan membahas hal-hal yang menjadi pertanyaan tersebut, dengan harapan setelah Anda mempelajarinya Anda akan memiliki pemahaman yang komprehensif tentang salah satu fase dalam kehidupan anak, yaitu fase anak usia dini.
Ada beragam pendapat tentang hal ini. Batasan tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh NAEYC (National Association for The Education of Young Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD (NAEYC, 1992). Pada jenjang yang ditetapkan UNESCO tersebut, pendidikan anak usia dini termasuk pada level 0 atau jenjang prasekolah yaitu untuk anak usia 3-5 tahun. Dalam implementasinya di beberapa negara, pendidikan usia dini menurut UNESCO ini tidak selalu dilaksanakan sama seperti jenjang usianya.
Di beberapa negara ditemukan ada yang memulai pendidikan prasekolah ini lebih awal yaitu pada usia 2 tahun, dan beberapa negara lain mengakhirinya pada usia 6 tahun. Bahkan beberapa negara lainnya lagi memasukkan pendidikan dasar dalam jenjang pendidikan anak usia dini (Siskandar, 2003). Pada Buku Materi Pokok ini, fokus pembahasan kita adalah anak usia dini yang berada pada rentang usia di bawah 4 tahun saja. nak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Pada masa bayi, ketertarikan ini ditunjukkan dengan meraih dan memasukkannya ke dalam mulut benda apa saja yang berada dalam jangkauannya.
Pada anak usia 3-4 tahun, selain sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga mulai gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana. Pertanyaan anak usia ini biasanya diwujudkan dengan kata 'apa' atau 'mengapa'. Sebagai pendidik, kita perlu memfasilitasi keingintahuan anak tersebut, misalnya dengan menyediakan berbagai benda atau tiruannya yang cukup murah untuk dibongkar pasang, sehingga kita tidak merasa anak telah banyak merusak berbagai perlengkapan kita yang cukup mahal, Selain itu setiap pertanyaan anak perlu dilayani dengan jawaban yang bijak dan komprehensif, tidak sekedar menjawab.
 Bahkan jika perlu, keingintahuan anak bisa kita rangsang dengan mengajukan pertanyaan balik pada anak, sehingga terjadi dialog yang menyenangkan namun tetap ilmiah. Misalnya, dialog yang terjadi saat seorang anak usia 4 tahun bernama Dito menunjukkan hasil karya gambar sederhananya seperti di bawah ini. Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Anak dapat menceritakan berbagai hal dengan sangat meyakinkan seolah-olah dia melihat atau mengalaminya sendiri, padahal itu adalah hasil fantasi atau imajinasinya saja. Kadang, anak usia ini juga belum dapat memisahkan dengan jelas antara kenyataan dan fantasi, sehingga orang dewasa sering menganggapnya berbohong.
 Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Biasanya, anak-anak sangat luas dalam berfantasi. Mereka dapat membuat gambaran khayal yang luar biasa, misalnya kursi dibalik dijadikan kereta kuda, taplak meja dijadikan perahu, dan lain-lain (Lubis, 1986). Sedang imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata (Ayah Bunda, 1992). Salah satu bentuk adanya proses imajinasi pada anak usia 3-4 tahun adalah munculnya teman imajiner. Teman imajiner dapat berupa orang, hewan, atau benda yang diciptakan anak dalam khayalannya untuk berperan sebagai seorang teman (Hurlock, 1993). Teman imajiner ini tampil dalam imajinasi anak lengkap dengan nama dan mampu melakukan segala sesuatu layaknya anak-anak.
Perkembangan Pada Anak Usia Dini
Setiap tahap perkembangan anak usia dini memiliki ciri atau tugas perkembangan tertentu, yang dapat dijadikan standar atau perkiraan kasar tentang hal-hal yang harus dikuasai anak pada tahap usia tertentu. Tugas perkembangan tersebut mencakup berbagai dimensi perkembangan anak, yaitu aspek motorik, sosial emosi, disiplin, intelektual, dan bahasa. Berikut disajikan tabel tentang tugas perkembangan pada aspekaspek di atas berdasarkan tingkat usia, khususnya untuk anak usia sampai dengan 4 tahun sesuai dengan lingkup pembahasan pada modul ini. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah dasar.
 Usia ini penting karena bagi anak usia ini merupakan usia emas (golden age) dimana didalamnya terdapat masa peka yang hanya datang sekali pada anak. Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Urgensi pendidikan anak usia dini terletak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak memiliki dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya, selain itu anak juga ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (Nasional, 2007). Seperti yang diketahui bahwa anak usia 0-8 tahun adalah masa golden age atau masa keemasan (Nasution et al., 2019), sehingga anak usia dini sangat membutuhkan stimulasi ramah yang disesuaikan dengan tahapan perkembagannya serta menyelaraskan dengan karakteristik masing-masing anak.
Perkembangan merupakan suatu proses perubahan serta peningkatan kemampuan manusia. Proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks, saling berpengaruh satu sama lainnya (Syarifin, 2017). Perkembangan anak dapat dilihat dari perubahan-perubahan dimasa tumbuhnya hingga sampai pada tahap dewasa. Dimana perkembangan anak sangat erat kaitannya dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan mencakup tiga hal yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan ligkungan masyarakat. Kemampuan mendengar anak usia dini merupakan kemahiran pokok dalam proses mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Tujuan pengembangan auditori anak usia dini adalah memperoleh informasi dan dapat berinteraksi dengan lingkungan secara maksimal.
Adapun upaya untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan pada anak bisa dilakukan dengan cara kegiatan mendengarkan bercerita, mendengarkan suara-suara binatang, menebak suara, menyimak cerita, pesan berantai, menirukan suara, menirukan kalimat, menjawab pertanyaan, mendengarkan radio, mendengarkan kaset cerita untuk anak, lagu-lagu anak, dan lain sebagainya (Rusniah, 2017). Anak usia dini ialah anak yang berumur 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Dimana perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Oleh karena itu, kualitas perkembangan anak di masa depanya, sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya sejak dini. Pemberian stimulasi pendidikan adalah hal sangat penting, sebab 80% pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini. Kemudian, elastisitas perkembangan otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun kehidupannya, 20% sisanya ditentukan selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-kanak. Bentuk stimulasi yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangannya, tak merupakan bagian yang sangat fundamental di dalam proses berfikir manusia, baik dalam memahami sesuatu maupun untuk mendapatkan pengetahuan baru. Selain itu, otak merupakan pusat berfikir, perilaku dan emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan, serta bahasa dan ingatan. Selanjutnya Descartes (dalam Semiawan, 1997:50) mengemukakan bahwa otak sebagai pusat kesadaran orang (ibarat saisnya), sedangkan badan manusia merupakan kudanya. Oleh karena itu, dalam perkembangannya harus diberikan stimulasi dengan baik, agar berkembang dengan optimal dalam menjalankan fungsinya.
Aspek penting lain dari perkembangan otak di tingkat sel adalah peningkatan dramatis dalam koneksi antara neuron (sel-sel syaraf) (Ramey dan Ramey dalam Santrock, 2007:43). Synapse adalah gap (jarak) tipis antar neuron tempat terbentuknya koneksi antar neuron. Para peneliti telah menemukan aspek yang menarik dari koneksi synaptic ini. Koneksi yang dibentuk dua kali lebih banyak ketimbang koneksi yang dipakai (Huttenlocher, dkk dalam Santrock, 2007:43) koneksi yang digunakan akan menguat sedangkan yang tidak dimanfaatkan akan digantikan oleh koneksi lain atau akan lenyap.
Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu bagian yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai upaya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Oleh karenanya manusia membutuhkan adanya proses pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan juga sangat menentukan bagaimana suatu bangsa dan negara bisa dikatakan maju. Dapat dikatakan bahwa pendidikan menjadi pont penting dalam mewujudkan bangsa dan negara yang maju serta membentuk sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual dan berkarakter.
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak usia dini secara menyeluruh dengan memperhatikan lingkungan yang dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi potensi dan kecerdasan dirinya. Lebih lanjut dalam Permendikbud nomor 37 tahun 2014 dijelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang ditujukan pada anak usia untuk merangsang dan memaksimalkan aspek-aspek perkembangannya. Terdapat 6 aspek perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru PAUD. Keenam aspek tersebut adalah aspek perkembangan nilai agama dan moral, koginitf, sosial emosional, Bahasa, fisik motorik, dan seni (Kemendikbud, 2014).
Proses pemberian stimulasi pada anak harus dilakukan melalui aktivitas yangg menyenangkan seperti bermain. Kegiatan bermain merupakan dunia anak usia dini, anak menyukai kegiatan bermain karena naluri alamiahnya. Oleh karena itu, kegiatan bermain pada anak usia dini tidak hanya digunakan sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang tetapi juga untuk melatih berbagai keterampilan hidup yang akan berguna pada saat anak memasuki masa dewasa. Pendidikan anak bukan bertujuan untuk menjadikan anak sebagai miniatur orang dewasa tetapi sebagai cara untuk mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan anak serta membantu anak untuk menemukan bakat dan minat yang sesuai dengan keinginannya. Anak usia dini mempelajari lingkungan di sekitarnya dengan cara mengkonstruk makna dan pemahaman melalui kegiatan fisik dan mental (Wilson, 2007). Anak membutuhkan kehadiran orang dewasa untuk mendukung anak dalam proses mengeksplorasi lingkungan sesuai dengan inisiatifnya sendiri.
Gerakan motorik merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia (Hasanah, 2016). Kecerdasan secara motorik haruslah diasah semaksimal mungkin dalam pendidikan anak usia dini melalui kegiatan bermain di luar kelas, Pendidik dapat mengajak anak untuk melakukan kegiatan di luar kelas untuk mengajak anak belajar tentang tema-tema pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Kegiatan belajar di luar kelas dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi secara langsung benda-benda yang dipelajari sesuai dengan materi dan tema yang diajarkan. Outing class merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan di luar kelas yang berbasis pada keadaan lingkungan di suatu tempat tertentu. Metode pembelajaran outing class diterapkan dalam kegiatan proses pembelajaran supaya anak tidak jenuh dalam pembelajaran yang selama ini dominan dilakukan di dalam kelas. Kegiatan belajar outing class juga melatih siswa untuk belajar secara langsung dengan alam dan lingkungan di sekitarnya. Pembelajaran di luar kelas diterapkan sesuai tema yang ada. Kegiatan yang dilakukan dalam pelajaran outing class dapat berupa outbound, mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan tema pembelajaran di kelas, atau mengajak siswa untuk berkeliling di lingkungan sekitar. (Widiasari dkk, 2019).
Bagaimana Mengajar Pada Anak Usia DiniÂ
Pendidikan Anak Usia Dini suatu upaya pembinaan ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun(0-6 tahun) yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Perkembangan merupakan suatu perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada fungsional. Khususnya anak usia dini masa yang paling optimal untuk berkembang pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu besar dan melakukan apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Selain itu secara naluriah mereka aktif bergerak, mereka akan menuju kemana saja dengan minat dan kemaunnya.
Dunia anak adalah dunia bermain dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan denga aktivitas bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kreativitas, kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, dan kemampuan tertentu pada anak, Pengertian kreativitas diartikan sebagi aktivitas berpikir seseorang yang "unik" diluar kebiasaan cara berpikir orang biasa pada umumnya. Dan merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang tersebut akan mempengaruhi kreativitas. Selain itu, kreativitas juga berdimensi sangat luas. Artinya, cakupannya meliputi segenap potensi manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Untuk menumbuhkan kembangkan keterampilan motorik halus anak 4-5 tahun yaitu selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur selanjutnya, stimulasi juga diarahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka dan berhitung sederhana. Dalam prosesnya, kita sebagai pemberi stimulasi harus membantu anak dalam setiap kegiatannya dan terus memberi stimulasi atau rangsangan-rangsangan.
Aktifitas Melipat Kertas Sebagai Sarana Belajar Anak Usia Dini
Definisi Aktifitas Melipat Kertas
Keterlambatan motorik halus pada anak disebabkan kurangnya rangsangan dan stimulasi. Orang tua mempunyai peran yang penting dalam menstimulasi anak. Agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal maka anak perlu stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi sangat bermanfaat bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Dengan kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak (Utami, 2016). Keterlambatan motorik halus pada anak disebabkan kurangnya rangsangan dan stimulasi.
Orang tua mempunyai peran yang penting dalam menstimulasi anak. Agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal maka anak perlu stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi sangat bermanfaat bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Dengan kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak (Utami, 2016).
Keterlambatan motorik halus pada anak disebabkan kurangnya rangsangan dan stimulasi. Orang tua mempunyai peran yang penting dalam menstimulasi anak. Agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal maka anak perlu stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi sangat bermanfaat bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Dengan kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak (Utami, 2016).
Origami atau yang lebih di kenal dengan istilah kertas lipat merupakan media alat bantu yang di gunakan dalam pembelajaran aktifitas anak dalam bentuk dan saluran yang di gunakan para guru untuk menyalurkan lesan atau informasi. Dengan media kertas lipat yang bertujuan untuk menstimulus anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Melipat kertas adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak karna bisa di buat apa saja mulai dari kegiatan melipat sederhana. Kegiatan melipat ini dapat melatih anak bagaimana anak menekan dan melipat lipatan itu karna kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak.
Jenis-jenis Permainan Dalam Pembelajaran (ambil yang terkait dengan origami)Â
Media kertas merupakan  media  yang  digunakan  untuk  menghasilkan  berbagai  bentuk  yang  dapat digunakan sebagai alat permainan edukatif atau pembelajaran edukatif. Dalam pembelajaran, media origami dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai macam pelajaran, seperti matematika, sains, bahasa, dan seni.  Origami  dapat  membantu  anak-anak  TK  dalam  memahami  konsep-konsep  tersebut  dengan  cara  yang menyenangkan dan interaktif (Noviarti Reniwati, 2019)(Sandra Adetya & Gina, 2022). Origami juga dapat membantu meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak-anak TK (Benaia et al., 2022).
Oleh karena itu kami memilih media belajar menggunakan origami sebagai metode pengajaran bagi siswa Taman Kanak-Kanak Selain menyenangkan, metode ini juga dapat merangsang perkembangan motorik halus siswa (Maharani  &  Zulminiati,  2021).  Melatih  koordinasi  otak  dengan  otot  tangan  untuk  membuat  suatu kreatifitas, selain itu origami juga melatih anak untuk berkonsentrasi, belajar berkreativitas dan meningkatkan kemampuan berfikir (Sandra Adetya & Gina, 2022)(Sum et al., 2021)
Media Kertas Sebagai Permainan Yang mengasikkan untuk belajar
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus: Melipat kertas memerlukan koordinasi tangan yang halus dan ketelitian, sehingga dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik halus siswa. Keterampilan motorik halus ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti menulis, menggambar, dan bermain alat musik. Melipat kertas memungkinkan siswa untuk berkreasi dan menciptakan bentuk-bentuk yang unik dan berbeda. Keterampilan kreatif ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti desain, seni, dan teknologi. Melipat kertas memerlukan siswa untuk berpikir kritis dan mencari solusi untuk mencapai bentuk yang diinginkan. Kemampuan berpikir kritis ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, dan bisnis, melipat kertas dapat dilakukan secara individu atau secara tim.
Dalam bentuk tim, siswa dapat belajar untuk bekerja sama, berbagi ide, dan mencapai tujuan yang bersama-sama. Kemampuan kerja tim ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bisnis, politik, dan organisasi. Melipat kertas memerlukan siswa untuk mencari solusi untuk mencapai bentuk yang diinginkan. Kemampuan problem solving ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, dan bisnis, melipat kertas memerlukan siswa untuk beradaptasi dengan berbagai bentuk dan ukuran kertas. Kemampuan beradaptasi ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti teknologi, bisnis, dan organisasi.
Melipat kertas dapat dilakukan secara individu atau secara tim. Dalam bentuk tim, siswa dapat belajar untuk berkomunikasi efektif, berbagi ide, dan mencapai tujuan yang bersama-sama.Kemampuan berkomunikasi ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bisnis, politik, dan organisasi, melipat kertas memerlukan siswa untuk berpikir logis dan mencari solusi untuk mencapai bentuk yang diinginkan. Kemampuan berpikir logis ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, dan bisnis. Melipat kertas memungkinkan siswa untuk berkreasi dan menciptakan bentuk-bentuk yang unik dan berbeda. Kemampuan berpikir kreatif ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti desain, seni, dan teknologi.Melipat kertas memerlukan siswa untuk beradaptasi dengan berbagai bentuk dan ukuran kertas. Kemampuan beradaptasi ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti teknologi, bisnis, dan organisasi, dengan menggunakan media kertas sebagai permainan belajar, guru dapat meningkatkan kualitas proses belajar dan mengembangkan keterampilan siswa secara lebih efektif dan menyenangkan.
Memanfaatkan media Kertas dalam pembelajaran anak usia dini (hasil penelitian)
Sebutkan penelitian yang mirip dengan pemanfaatan media kertas dalam pembelajaran
Upaya Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Anak Kelompok A Melalui Kegiatan Melipat dengan Media Kertas
  Kegiatan melipat merupakan kegiatan motorik untuk melatih daya ingat dan daya terampil anak terhadap konsep kreasi anak dan kreatifitas anak dalam berkarya sehingga melatih keterampilan otot otak dan motorik anak secara bertahap (Hairani, 2019). Media kertas sebagai bentuk sarana yang digunakan untuk melatih motorik anak agar pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan. Media adalah sarana belajar untuk mengantarkan pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan menggunakan media kertas tersebut, diharapkan dapat menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus pada anak terutama pada aspek mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit.
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian Tindakan Kelas ini mengunakan 2 siklus. Setiap siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian ini di TK AL islam 7 tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 12 anak yang terdiri dari 3 anak putra dan 9 anak putri dengan rentan usia 4 -- 5 tahun. Sumber data dalam kegiatan melipat melibatkan dua orang guru. Guru yang pertama mendemontrasikan cara melipat sedangkan guru yang kedua membantu serta membimbing anak untuk melakukan kegiatan melipat. Objek kegiatan ini adalah Kelompok TK A yang mengikuti kegiatan melipat. Data penelitian ini adalah proses melipat anak. Instrumen pengumpulan data berupa observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data anak selama proses melipat dari awal, siklus I maupaun siklus II. Wawancara digunakan untuk mengetahui respon siswa dan guru dalam proes pembelajarran. Tes menggunakan proses melipat serta hasil karya melipat anak. Teknik analasis data menggunakan triangulasi data dan sumber.
Hasil dan Pembahasan 1. Pra Siklus Berdasarkan table hasil belajar anak dapat diketahui bahwa 50 % anak telah berkembang sesuai harapan. Hal ini membuktikan bahwa cara mendemontrasikan kegiatan melipat anak mampu meningkatkan fisik motorik halus pada anak usia dini. Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara pada Pra-Siklus dan Siklus 1 Indikator anak Jumlah anak Prosentase(%) Belum berkembang 9 80% Berkembang sesuai harapan 3 20% Total 12 100% Tabel 1 menunjukan bahwa keterampilan fisik motorik halus anak kelompok A sangat rendah hal ini dapat dilihat dari jumlah anak yang sudah berkembang dalam kegiatan melipat tersebut. Anak yang mampu melakukan kegiatan melipat ada 3 anak,sedangkan yang belum mampu melakukannya 9 anak. Berdasarkan hasil observasi diawal anak merasa kesulitan dalam melakukan kegiatan melipat ,selain itu ada beberapa anak yang enggan untuk melakukannya. 2. Siklus I Pada awal kegiatan ada beberapa anak yang kurang berminat dalam kegiatan melipat,ada pula yang merasa kesulitan untuk melakukan kegiatan melipat. Anak merasa bosan dengan kegiatan melipat kertas Pada siklus ini penulis melakukan kegiatan melipat dengan cara mendemontrasikan tetapi ada pula beberapa anak yang tetap enggan di dalam melakukannya.
Tabel 2. Peningkatan Hasil kegiatan melipat pada Pra-Siklus dan Siklus 1 Keterangan Pra-Siklus Siklus 1 Belum berkembang 9 7 Berkembang sesuia harapan 3 5 Prosentase ketuntasan kelas (%) 42.86% 60.71% Berdasarkan tabel 2 sudah ada peningkatan jumlah anak di dalam kegiatan melipat tersebut. Dari prasiklus sebesar 3 anak meningkat pada siklus I sebesar 5 anak. Semua kelemahan yang muncul pada siklus I menjadi dasar untuk perbaikan pada siklus II 3. Siklus II. Pada pelaksanaan siklus II akan diharapkan lebih baik dari siklus I. Adapun cara agar kegiatan melipat meningkat dengan baik. Guru harus memberikan contoh melipat atau mendemontrasikan cara melipat dengan bertahap.Dari tahap pertama sampai tahap akhir. Selain itu guru juga mencoba untuk mencari inovasi didalam kegiatan melipat tersebut agar anak tidak merasa bosan di dalam melakukannya.Guru bisa menganti bahan melipat dengan sapu tangan,baju,kainlap dll. Kegiatan melipat selain melatih keterampilan juga melatih imajinasi, karena anak membentuk kertas dari berbagai lembaran dijadikan bentuk karya yang diingginkan. Pada kegiatan melipat siklus II ini sudah ada peningkatan yang tinggi,itu terlihat dari ketika kondisi awal prasiklus anak yang mulai berkembang ada 10 % menjadi sudah berkembang 50 %.Ketika kegiatan pada siklus II. Selain dari data hasil belajar hal ini juga terlihat dari observasi cara anak melipat kertas juga dari hasil karya melipat anak. Berdasarkan data Prasiklus,Siklus I, Siklus II membuktikan bahwa memberikan contoh atau mendemontrasikan secara bertahap mampu meningkatkan fisik motorik halus pada anak Kelompok A di TK AL islam 7 surakarta.
Tabel 3 Peningkatan Hasil kegiatan melipat pada Pra-Siklus,Siklus 1 dan siklus 2 Keterangan Pra-Siklus Siklus 1 Siklus 2 Belum berkembang 9 7 3 Berkembang sesuia harapan 3 5 9 Prosentase ketuntasan kelas (%) 42.86% 50 % 75% Berdasarkan tabel 3 bahwa mengunakan metode demontrasi secara langsung serta menganti bahan melipat mampu meningkatkan fisik motoric halus anak usia dini. Penelitian Sobariyah (2012) yang berjudul "Upaya Meningkatkan Kemampua fisik motoric halus anak kelompok A melalui kegiatan melipat dengan kertas tahun ajaran 2020/2021. Pada siklus pertama terjadi peningkatan 60 % sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 75 % Berdasarkan temuan diatas bahwa penelitian tersebut mampu meningkatkan kemampuan fisik motoric halus anak usia dini di TK AL Islam 7 surakarta tahun ajaran 2020/2021. Dalam kegiatan melipat dengan mengunakan cara mendemontrasikan secara langsung mampu meningkatkan kemampuan fisik motoric halus anak kelompok A di TK AL islam 7 surakarta. Selama kegiatan tersebut anak -- anak sangat antusias dan tertarik akan kegiatan melipat tersebut. Kegiatan secara langsung semua berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala. Saran bagi guru berdasarkan penelitian diatas guru harus mampu mencari waktu yang tepat dan cara yang inovasi untuk melakukan kegiatan melipat tersebut.Pada Pembelajaran persiapan di TK merupakan landasan terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya. Landasan tersebut sesuai dengan hakikat pendidikan anak usia dini PP Nomor 27 Tahun 1990 Pasal 3 tentang pendidikan pra sekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan perkembangna selanjutnya.
Aktifitas media kertas tinjauan kognitif
Tingkat perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap pertumbuhannya. Merujuk dari peraturan menteri diatas aspek kognitif juga mempengaruhi pertumbuhan kecerdasan jasmani anak. Perkembangan anak berlangsung secara bertahap, berkesinambungan yang berarti tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan fungsional yang lebih tinggi dari yang bersifat motorik. Perkembangan kognitif akan nampak adanya kegiatankegiatan yang bersifat kognitif (cognitive activity = activity of the mind).
Gerakan-gerakan atau tingkah laku anak yang semula bersifat motorik semata-mata kini dihubungkan dengan kesadarannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Tingkah laku anak kini menjadi lebih berarti (meaningful). Manipulasi motoriknya menjadi lebih efektif terkoordinasikan, dan lebih terarah kepada penyesuaian (adjusment) dan penguasaan sekitarnya. Pengalaman-pengalaman tersebut kemudian terbentuk menjadi berbagai konsep tentang benda, situasi, hubungan, dan sebagainya. Akhirnya anak akan dapat memperkirakan hasil atau akibat tingkah laku dan perbuatannya. Dengan kata lain, anak telah dapat memperkirakannya (mempertimbangkannya) secara mental segala sesuatu yang akan diperbuatnya. Jadi kegiatan kognitif melibatkan lebih banyak pengfungsian system syaraf (otak).
Kertas bekas, adalah kertas yang sudah dipakai dan sudah tidak terpakai lagi. Agar kertas bekas yang sudah terpakai ini tetap dapat bermanfaat dan tidak menjadi sampah, maka peneliti tertarik untuk memanfaatkan kertas bekas yang sudah menumpuk untuk sesuatu yang berguna. Kertas bekas yang digunakan adalah kertas dengan jenis kertas yang di gunakan kertas HVS dan kertas Koran. Kertas-kertas tersebut dapat kita manfaatkan sebagai media pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara kertas bekas kita kumpulkan, kita buat gambar di atasnya.
Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa pertama meletakkan dasar dalam mengembangkan kemampuan fisik, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, nilai-nilai agama dan tak ketinggalan kemampuan kognitif. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Kognitif merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan pengamatan tanggapan asosiasi, reproduksi, apersepsi, ingatan, fantasi, berpikir dan intelegensi. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan fungsional yang lebih tinggi dari yang bersifat motorik. Perkembangan kognitif akan nampak adanya kegiatankegiatan yang bersifat kognitif (cognitive activity = activity of the mind). Gerakan-gerakan atau tingkah laku anak yang semula bersifat motorik semata-mata kini dihubungkan dengan kesadarannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
 Tingkah laku anak kini menjadi lebih berarti (meaningful). Manipulasi motoriknya menjadi lebih efektif terkoordinasikan, dan lebih terarah kepada penyesuaian (adjusment) dan penguasaan sekitarnya.Dalam rangka membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal diperlukan guru sebagai fasilitator yang dapat memilih metode yang tepat dan bahan ajar yang mudah dijangkau serta ramah lingkungan.Seorang guru diharapkan piawai dalam memilih metode yang tepat dan bahan ajar yang sesuai untuk melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan kegiatan yang telah disiapkan.
Aktifitas media kertas dalam tinjauan motorik halus
Pendidikan anak usia dini merupakan pondasi atau masa awal kehidupan anak dalam usia emas (GOLDEN AGE) untuk meningkatkan perkembangan anak, pembentukan karakter, sikap, dan pengetahuan dasar anak terhadap lingkungannya. Ini akan memberikan keterampilan penting dalam perkembangan anak. Kedua, dalam melipat kertas anakanak akan diajari tentang komposisi, yaitu kemampun mengatur ruang, jarak, dan ketepatan. Ini jelas akan mengembangkan kecerdasan anak. Anak yang terampil dalam melipat kertas, pasti memiliki kemampuan kognitif yang baik. Dia pasti anak yang cerdas, karena bisa memahami komposisi ruang dengan baik. Ketiga, mengembangkan kesenangan. Kita harus akui salah satu kegiatan bermain yang abadi, selalu dilakukan oleh anak dalam lintasan generasi, dan tanpa berubah. Kebanyakan anak pernah merasakan bermain dengan melipat kertas, dan mereka senang dengan kegiatan bermain ini. Di sinilah, kegiatan bermain melipat kertas selalu mengembangkan rasa senang dan gembira anak.
Keempat, dalam kegiatan bermain melipat kertas, biasanya anak akan bermain kertas di lapangan. Permainan pun akan melibatkan gerak secara aktif. Ini akan membuat anggota tubuh anak-anak bergerak, sehingga menyehatkan anak. Jadi bermain melipat kertas itu menyehatkan. Jadi, penggunaan media kertas lipat memiliki banyak manfaat untuk menstimulus enam aspek perkembangan anak usia dini, terutama manfaat untuk meningkatkan perkembangan motorik halusnya.
 Untuk mendapatkan kemampuan motorik halus yang baik, anak harus memiliki kekuatan, koordinasi, dan kemampuan untuk menggerakkan otot-otot di jari tangan dan kakinya dengan baik. Untuk meningkatkan keterampilan motorik halusnya ini, maka kita sebagai pendidik bisa menyajikan kegiatan yang salah satunya yaitu kegiatan melipat kertas dengan simetris.Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan motorik halus anak yaitu keterampilan melipat kertas. Keterampilan ini perlu diajarkan pada anak-anak, terutama sejak usia dini, hal ini penting dilakukan karena bermain dengan keterampilan melipat kertas akan memberikan dampak positif bagi anak-anak.
Media kertasÂ
Sekilas tentang media kertasÂ
Kreativitas anak di taman kanak-kanak dapat dioptimalkan dengan menggunakan media pembelajaran. Banyak sekali media pembelajaran yang digunakan guru, salah satunya adalah media kertas origami yang dapat meningkatkan kreativitas. Hal ini diungkapkan oleh Ahira (2013) bahwa, "origami merupakan satu aktivitas seni yang sarat manfaat untuk anak-anak salah satunya adalah dapat mengasah kreativitas dan imajinasi anak."
Menurut Mayesty dalam Sujiono (2009: 144), bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Kertas yang di gunakan melipat sebaiknya kertas yang mempunyai sifat keras walaupun kertas tersebut tipis, karena apabila kertas itu keras akan akan mudah di patahkan dan setelah patah tidak mudah kembali seperti semula.
Hubungan antara aktivitas melipat kertas dengan kemampuan motorik halus
Setiap anak memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Aktivitas ini memiliki pengaruh terhadap kegiatan yang dilakukan setiap anak. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa kegiatan yang bersifat jasmani maupun rohani. Anak usia dini tidak terlepas dari segala aktivitas yang berkaitan dengan tumbuhkembangnya. Hal ini karena aktivitas yang dilakukan sehari-hari oleh anak merupakan salah satu faktor yang penting dalam menumbuh kembangkan segala potensi yang dimiliki anak. Berdasarkan pendapat Djamarah (2008: 38) bahwa aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan aktivitas. Aktivitas anak selama proses belajar maupun bermain merupakan salah satu indikator adanya keinginan anak untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian perlu adanya aktivitas yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.
Perkembangan motorik menjadi salah satu aspek terpenting dalam pendidikan anak usia dini karena perkembangan motorik merupakan suatu gerakan yang melibatakan otototot besar maupun otot-otot halus artinya kemampuan motorik sebagai perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua bagian diantaranya motorik kasar dan motorik halus, motorik kasar melibatkan gerakan otot-otot besar seperti berlari, meloncat, melompat, berjalan, dan lain-lain. Sedangkan motorik halus melibatkan sebagian otot-otot halus seperti menulis, menggambar, melipat, dan lainlain. Perkembangan motorik halus yang mengalami masalah dapat ditangani dengan stimulus yang diberikan baik oleh guru maupun orangtua.
DAFTAR PUSTAKA
Amini, Mukti, and Siti Aisyah. "Hakikat anak usia dini." Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini 65 (2014): 1-43.
Rizki, Hakiki, and Rachmi Marsheilla Aguss. "Analisis Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4-5 Tahun Pada Masa Pandemi Covid-19." Journal Of Physical Education 1.2 (2020): 20-24.
Novitasari, Yesi, and Mohammad Fauziddin. "Perkembangan Kognitif Bidang Auditori pada Anak Usia Dini." Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5.1 (2020): 805.
Setyaningrum, Sari Rahayu, Triyanti Triyanti, and Yvonne Magdalena Indrawani. "Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini dengan perkembangan kognitif pada anak." Kesmas 8.6 (2014): 243-249.
Hidayat, Syarip, and Lutfi Nur. "Nilai Karakter, Berpikir Kritis dan Psikomotorik Anak Usia Dini." JIV-Jurnal Ilmiah Visi 13.1 (2018): 29-35.
Agustina, Neti. Penggunaan Seni Melipat Kertas Origami untuk Meningkatkan Kreativitas pada Anak Usia Dini di TK Kemala Bhayangkari Metro Pusat Kota Metro. Diss. IAIN Metro, 2019.
http://etheses.uin-malang.ac.id/2657/6/09410175_Bab_2.pdf
Mardiansyah, Dedi, et al. "Serunya Bermain Origami Ceria sebagai Media Belajar Kreatif di TK Negeri 2 Sumpur Kudus." Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Nusantara 4.4 (2023): 3594-3599.
http://yd.blog.um.ac.id/kenali-5-manfaat-media-pembelajaran-untuk-anak-usia-dini/
Murwani, Yennik. "Upaya Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Anak Kelompok A Melalui Kegiatan Melipat dengan Media Kertas." Jurnal Educatio FKIP UNMA 7.2 (2021): 459-464.
Putri, Rima Destriyani. Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Menggunakan Media Kertas Origami Dalam Bentuk Geometri Di Taman Kanak-Kanak Tunas Melati I Natar Lampung Selatan. Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2019.
Mas'udah, M. M. "PEMANFAATAN MEDIA KERTAS BEKAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK B DI TK KHADIJAH III DARMO INDAH SURABAYA."
Rujaipah, Sitti, Azizah Amal, and Alia Nilawati. ""Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Melipat Kertas Dengan Simetris,"." PROFESI KEPENDIDIKAN 2.1 (2021): 205-212.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H