Tabel 2. Peningkatan Hasil kegiatan melipat pada Pra-Siklus dan Siklus 1 Keterangan Pra-Siklus Siklus 1 Belum berkembang 9 7 Berkembang sesuia harapan 3 5 Prosentase ketuntasan kelas (%) 42.86% 60.71% Berdasarkan tabel 2 sudah ada peningkatan jumlah anak di dalam kegiatan melipat tersebut. Dari prasiklus sebesar 3 anak meningkat pada siklus I sebesar 5 anak. Semua kelemahan yang muncul pada siklus I menjadi dasar untuk perbaikan pada siklus II 3. Siklus II. Pada pelaksanaan siklus II akan diharapkan lebih baik dari siklus I. Adapun cara agar kegiatan melipat meningkat dengan baik. Guru harus memberikan contoh melipat atau mendemontrasikan cara melipat dengan bertahap.Dari tahap pertama sampai tahap akhir. Selain itu guru juga mencoba untuk mencari inovasi didalam kegiatan melipat tersebut agar anak tidak merasa bosan di dalam melakukannya.Guru bisa menganti bahan melipat dengan sapu tangan,baju,kainlap dll. Kegiatan melipat selain melatih keterampilan juga melatih imajinasi, karena anak membentuk kertas dari berbagai lembaran dijadikan bentuk karya yang diingginkan. Pada kegiatan melipat siklus II ini sudah ada peningkatan yang tinggi,itu terlihat dari ketika kondisi awal prasiklus anak yang mulai berkembang ada 10 % menjadi sudah berkembang 50 %.Ketika kegiatan pada siklus II. Selain dari data hasil belajar hal ini juga terlihat dari observasi cara anak melipat kertas juga dari hasil karya melipat anak. Berdasarkan data Prasiklus,Siklus I, Siklus II membuktikan bahwa memberikan contoh atau mendemontrasikan secara bertahap mampu meningkatkan fisik motorik halus pada anak Kelompok A di TK AL islam 7 surakarta.
Tabel 3 Peningkatan Hasil kegiatan melipat pada Pra-Siklus,Siklus 1 dan siklus 2 Keterangan Pra-Siklus Siklus 1 Siklus 2 Belum berkembang 9 7 3 Berkembang sesuia harapan 3 5 9 Prosentase ketuntasan kelas (%) 42.86% 50 % 75% Berdasarkan tabel 3 bahwa mengunakan metode demontrasi secara langsung serta menganti bahan melipat mampu meningkatkan fisik motoric halus anak usia dini. Penelitian Sobariyah (2012) yang berjudul "Upaya Meningkatkan Kemampua fisik motoric halus anak kelompok A melalui kegiatan melipat dengan kertas tahun ajaran 2020/2021. Pada siklus pertama terjadi peningkatan 60 % sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 75 % Berdasarkan temuan diatas bahwa penelitian tersebut mampu meningkatkan kemampuan fisik motoric halus anak usia dini di TK AL Islam 7 surakarta tahun ajaran 2020/2021. Dalam kegiatan melipat dengan mengunakan cara mendemontrasikan secara langsung mampu meningkatkan kemampuan fisik motoric halus anak kelompok A di TK AL islam 7 surakarta. Selama kegiatan tersebut anak -- anak sangat antusias dan tertarik akan kegiatan melipat tersebut. Kegiatan secara langsung semua berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala. Saran bagi guru berdasarkan penelitian diatas guru harus mampu mencari waktu yang tepat dan cara yang inovasi untuk melakukan kegiatan melipat tersebut.Pada Pembelajaran persiapan di TK merupakan landasan terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya. Landasan tersebut sesuai dengan hakikat pendidikan anak usia dini PP Nomor 27 Tahun 1990 Pasal 3 tentang pendidikan pra sekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan perkembangna selanjutnya.
Aktifitas media kertas tinjauan kognitif
Tingkat perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap pertumbuhannya. Merujuk dari peraturan menteri diatas aspek kognitif juga mempengaruhi pertumbuhan kecerdasan jasmani anak. Perkembangan anak berlangsung secara bertahap, berkesinambungan yang berarti tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan fungsional yang lebih tinggi dari yang bersifat motorik. Perkembangan kognitif akan nampak adanya kegiatankegiatan yang bersifat kognitif (cognitive activity = activity of the mind).
Gerakan-gerakan atau tingkah laku anak yang semula bersifat motorik semata-mata kini dihubungkan dengan kesadarannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Tingkah laku anak kini menjadi lebih berarti (meaningful). Manipulasi motoriknya menjadi lebih efektif terkoordinasikan, dan lebih terarah kepada penyesuaian (adjusment) dan penguasaan sekitarnya. Pengalaman-pengalaman tersebut kemudian terbentuk menjadi berbagai konsep tentang benda, situasi, hubungan, dan sebagainya. Akhirnya anak akan dapat memperkirakan hasil atau akibat tingkah laku dan perbuatannya. Dengan kata lain, anak telah dapat memperkirakannya (mempertimbangkannya) secara mental segala sesuatu yang akan diperbuatnya. Jadi kegiatan kognitif melibatkan lebih banyak pengfungsian system syaraf (otak).
Kertas bekas, adalah kertas yang sudah dipakai dan sudah tidak terpakai lagi. Agar kertas bekas yang sudah terpakai ini tetap dapat bermanfaat dan tidak menjadi sampah, maka peneliti tertarik untuk memanfaatkan kertas bekas yang sudah menumpuk untuk sesuatu yang berguna. Kertas bekas yang digunakan adalah kertas dengan jenis kertas yang di gunakan kertas HVS dan kertas Koran. Kertas-kertas tersebut dapat kita manfaatkan sebagai media pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara kertas bekas kita kumpulkan, kita buat gambar di atasnya.
Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa pertama meletakkan dasar dalam mengembangkan kemampuan fisik, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, nilai-nilai agama dan tak ketinggalan kemampuan kognitif. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Kognitif merupakan gejala pengenalan yang terdiri dari penghayatan pengamatan tanggapan asosiasi, reproduksi, apersepsi, ingatan, fantasi, berpikir dan intelegensi. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan fungsional yang lebih tinggi dari yang bersifat motorik. Perkembangan kognitif akan nampak adanya kegiatankegiatan yang bersifat kognitif (cognitive activity = activity of the mind). Gerakan-gerakan atau tingkah laku anak yang semula bersifat motorik semata-mata kini dihubungkan dengan kesadarannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
 Tingkah laku anak kini menjadi lebih berarti (meaningful). Manipulasi motoriknya menjadi lebih efektif terkoordinasikan, dan lebih terarah kepada penyesuaian (adjusment) dan penguasaan sekitarnya.Dalam rangka membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal diperlukan guru sebagai fasilitator yang dapat memilih metode yang tepat dan bahan ajar yang mudah dijangkau serta ramah lingkungan.Seorang guru diharapkan piawai dalam memilih metode yang tepat dan bahan ajar yang sesuai untuk melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan kegiatan yang telah disiapkan.
Aktifitas media kertas dalam tinjauan motorik halus
Pendidikan anak usia dini merupakan pondasi atau masa awal kehidupan anak dalam usia emas (GOLDEN AGE) untuk meningkatkan perkembangan anak, pembentukan karakter, sikap, dan pengetahuan dasar anak terhadap lingkungannya. Ini akan memberikan keterampilan penting dalam perkembangan anak. Kedua, dalam melipat kertas anakanak akan diajari tentang komposisi, yaitu kemampun mengatur ruang, jarak, dan ketepatan. Ini jelas akan mengembangkan kecerdasan anak. Anak yang terampil dalam melipat kertas, pasti memiliki kemampuan kognitif yang baik. Dia pasti anak yang cerdas, karena bisa memahami komposisi ruang dengan baik. Ketiga, mengembangkan kesenangan. Kita harus akui salah satu kegiatan bermain yang abadi, selalu dilakukan oleh anak dalam lintasan generasi, dan tanpa berubah. Kebanyakan anak pernah merasakan bermain dengan melipat kertas, dan mereka senang dengan kegiatan bermain ini. Di sinilah, kegiatan bermain melipat kertas selalu mengembangkan rasa senang dan gembira anak.