Mohon tunggu...
Istifarizah Amanah
Istifarizah Amanah Mohon Tunggu... Lainnya - UIN SUSKA RIAU

treveling, berenang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui permainan melipat kertas

10 Desember 2024   17:55 Diperbarui: 10 Desember 2024   17:53 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tahap perkembangan anak usia dini memiliki ciri atau tugas perkembangan tertentu, yang dapat dijadikan standar atau perkiraan kasar tentang hal-hal yang harus dikuasai anak pada tahap usia tertentu. Tugas perkembangan tersebut mencakup berbagai dimensi perkembangan anak, yaitu aspek motorik, sosial emosi, disiplin, intelektual, dan bahasa. Berikut disajikan tabel tentang tugas perkembangan pada aspekaspek di atas berdasarkan tingkat usia, khususnya untuk anak usia sampai dengan 4 tahun sesuai dengan lingkup pembahasan pada modul ini. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah dasar.

 Usia ini penting karena bagi anak usia ini merupakan usia emas (golden age) dimana didalamnya terdapat masa peka yang hanya datang sekali pada anak. Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Urgensi pendidikan anak usia dini terletak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak memiliki dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya, selain itu anak juga ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (Nasional, 2007). Seperti yang diketahui bahwa anak usia 0-8 tahun adalah masa golden age atau masa keemasan (Nasution et al., 2019), sehingga anak usia dini sangat membutuhkan stimulasi ramah yang disesuaikan dengan tahapan perkembagannya serta menyelaraskan dengan karakteristik masing-masing anak.

Perkembangan merupakan suatu proses perubahan serta peningkatan kemampuan manusia. Proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks, saling berpengaruh satu sama lainnya (Syarifin, 2017). Perkembangan anak dapat dilihat dari perubahan-perubahan dimasa tumbuhnya hingga sampai pada tahap dewasa. Dimana perkembangan anak sangat erat kaitannya dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan mencakup tiga hal yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan ligkungan masyarakat. Kemampuan mendengar anak usia dini merupakan kemahiran pokok dalam proses mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Tujuan pengembangan auditori anak usia dini adalah memperoleh informasi dan dapat berinteraksi dengan lingkungan secara maksimal.

Adapun upaya untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan pada anak bisa dilakukan dengan cara kegiatan mendengarkan bercerita, mendengarkan suara-suara binatang, menebak suara, menyimak cerita, pesan berantai, menirukan suara, menirukan kalimat, menjawab pertanyaan, mendengarkan radio, mendengarkan kaset cerita untuk anak, lagu-lagu anak, dan lain sebagainya (Rusniah, 2017). Anak usia dini ialah anak yang berumur 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Dimana perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.

Oleh karena itu, kualitas perkembangan anak di masa depanya, sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya sejak dini. Pemberian stimulasi pendidikan adalah hal sangat penting, sebab 80% pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini. Kemudian, elastisitas perkembangan otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun kehidupannya, 20% sisanya ditentukan selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-kanak. Bentuk stimulasi yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangannya, tak merupakan bagian yang sangat fundamental di dalam proses berfikir manusia, baik dalam memahami sesuatu maupun untuk mendapatkan pengetahuan baru. Selain itu, otak merupakan pusat berfikir, perilaku dan emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan, serta bahasa dan ingatan. Selanjutnya Descartes (dalam Semiawan, 1997:50) mengemukakan bahwa otak sebagai pusat kesadaran orang (ibarat saisnya), sedangkan badan manusia merupakan kudanya. Oleh karena itu, dalam perkembangannya harus diberikan stimulasi dengan baik, agar berkembang dengan optimal dalam menjalankan fungsinya.

Aspek penting lain dari perkembangan otak di tingkat sel adalah peningkatan dramatis dalam koneksi antara neuron (sel-sel syaraf) (Ramey dan Ramey dalam Santrock, 2007:43). Synapse adalah gap (jarak) tipis antar neuron tempat terbentuknya koneksi antar neuron. Para peneliti telah menemukan aspek yang menarik dari koneksi synaptic ini. Koneksi yang dibentuk dua kali lebih banyak ketimbang koneksi yang dipakai (Huttenlocher, dkk dalam Santrock, 2007:43) koneksi yang digunakan akan menguat sedangkan yang tidak dimanfaatkan akan digantikan oleh koneksi lain atau akan lenyap.

Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu bagian yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai upaya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Oleh karenanya manusia membutuhkan adanya proses pendidikan dalam hidupnya. Pendidikan juga sangat menentukan bagaimana suatu bangsa dan negara bisa dikatakan maju. Dapat dikatakan bahwa pendidikan menjadi pont penting dalam mewujudkan bangsa dan negara yang maju serta membentuk sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual dan berkarakter.

Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak usia dini secara menyeluruh dengan memperhatikan lingkungan yang dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi potensi dan kecerdasan dirinya. Lebih lanjut dalam Permendikbud nomor 37 tahun 2014 dijelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang ditujukan pada anak usia untuk merangsang dan memaksimalkan aspek-aspek perkembangannya. Terdapat 6 aspek perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru PAUD. Keenam aspek tersebut adalah aspek perkembangan nilai agama dan moral, koginitf, sosial emosional, Bahasa, fisik motorik, dan seni (Kemendikbud, 2014).

Proses pemberian stimulasi pada anak harus dilakukan melalui aktivitas yangg menyenangkan seperti bermain. Kegiatan bermain merupakan dunia anak usia dini, anak menyukai kegiatan bermain karena naluri alamiahnya. Oleh karena itu, kegiatan bermain pada anak usia dini tidak hanya digunakan sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang tetapi juga untuk melatih berbagai keterampilan hidup yang akan berguna pada saat anak memasuki masa dewasa. Pendidikan anak bukan bertujuan untuk menjadikan anak sebagai miniatur orang dewasa tetapi sebagai cara untuk mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan anak serta membantu anak untuk menemukan bakat dan minat yang sesuai dengan keinginannya. Anak usia dini mempelajari lingkungan di sekitarnya dengan cara mengkonstruk makna dan pemahaman melalui kegiatan fisik dan mental (Wilson, 2007). Anak membutuhkan kehadiran orang dewasa untuk mendukung anak dalam proses mengeksplorasi lingkungan sesuai dengan inisiatifnya sendiri.

Gerakan motorik merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia (Hasanah, 2016). Kecerdasan secara motorik haruslah diasah semaksimal mungkin dalam pendidikan anak usia dini melalui kegiatan bermain di luar kelas, Pendidik dapat mengajak anak untuk melakukan kegiatan di luar kelas untuk mengajak anak belajar tentang tema-tema pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Kegiatan belajar di luar kelas dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi secara langsung benda-benda yang dipelajari sesuai dengan materi dan tema yang diajarkan. Outing class merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan di luar kelas yang berbasis pada keadaan lingkungan di suatu tempat tertentu. Metode pembelajaran outing class diterapkan dalam kegiatan proses pembelajaran supaya anak tidak jenuh dalam pembelajaran yang selama ini dominan dilakukan di dalam kelas. Kegiatan belajar outing class juga melatih siswa untuk belajar secara langsung dengan alam dan lingkungan di sekitarnya. Pembelajaran di luar kelas diterapkan sesuai tema yang ada. Kegiatan yang dilakukan dalam pelajaran outing class dapat berupa outbound, mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan tema pembelajaran di kelas, atau mengajak siswa untuk berkeliling di lingkungan sekitar. (Widiasari dkk, 2019).

Bagaimana Mengajar Pada Anak Usia Dini 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun