Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tidak Ada Mukena, Sarung pun Jadi

29 Maret 2022   23:21 Diperbarui: 29 Maret 2022   23:29 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tinggal bersama Pakde dan Bude dari pihak ayah di Kecamatan Klakah, di lereng Gunung Lamongan. Jarak antara Klakah dan Lumajang sekira tujuh belas kilometer. Saya diantar Pakde ke rumah nenek dengan menaiki kendaraan umum.

Di rumah nenek sudah berkumpul sepupu-sepupu saya yang lain. Kami biasa tarawih keliling di musala atau masjid dekat rumah nenek. Kadang tarawih di Pendopo Kabupaten atau di Masjid Agung yang letaknya di sekitar alun-alun kota.

Tidak ada cadangan mukena di rumah nenek. Mukena digunakan secara bergantian saat melakukan salat wajib di rumah. Tetapi, tarawihnya kan berjemaah di masjid. Jadi, nggak mungkin dong pakai mukenanya bergiliran. Padahal saya ingin tarawih bareng-bareng di masjid. Duh, bagaimana ini?

Otak saya berputar mencari ide apa kira-kira yang bisa dijadikan mukena. Selendang bayi, jarik, selimut, atau ...? Sarung! Itu yang tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya. Kebetulan di rumah nenek ada sarung. Sarung mungkin bisa dijadikan mukena. Tapi, gimana caranya?

Saya dan sepupu perempuan saya melakukan eksperimen berjudul "Tidak Ada Mukena, Sarung Pun Jadi". Kami beberapa kali mencoba menyulap sarung menjadi mukena. Gagal maning-gagal maning. Sampai akhirnya berhasil. Taraaaa ... Ini dia mukena ninjanya.

Begini cara membuat mukena ninja dari sarung. Pertama, bagian tengah lingkaran sarung yang terbuka diletakkan di bagian bawah mata. Lalu, bagian ujung sarung kiri dan kanan diikatkan di belakang kepala. Kemudian, bagian lingkaran sarung terbuka yang menjuntai ke bawah ditarik ke belakang. Jadi, deh!

Sekarang, bagian mata yang terbuka sedikit ini terlihat seperti cadar. Seluruh badan ada dalam sarung tidak terkecuali kedua tangan dan kedua kaki. Tubuh saya benar-benar terperangkap dalam sarung yang kedodoran. Maklum, ini sarung ukuran dewasa. Jadi terlihat seperti baju ninja di film-film Jepang, kan? Makanya saya sebut mukena ninja. Hahaha.

Jika bagian mata yang terbuka sedikit ini dibuka lagi selebar wajah, maka penampakannya mirip bapak-bapak yang sedang ronda malam. Sarungnya terlihat seperti mukena, yes! 

Sarung-sarung zaman dulu warnanya cenderung gelap bermotif kotak-kotak. Tidak seperti sarung-sarung zaman kini yang berwarna-warni. Apalagi sarung Al-Hazmi. Sarung ini adalah sarung batik tulis, hand print, cap, dan kombinasi. Sarung khas Kudus Jawa Tengah. Pilihan ragam corak dan motif khas bisa disesuaikan dengan selera masing-masing. Keren, ya!

Sarung Al-Hazmi ini batik banget temanya. Indonesia banget, gitu! Bangga, deh! Saya sudah follow instagram @officialalhazmi, lho! Kalian follow juga, ya! Jangan sampai ketinggalan! Biar bisa intip-intip dan beli produknya. Syukur-syukur dapat hadiah lomba. Kalau rezeki tidak akan ke mana-mana.

Eh ... Menang lomba itu bonus, ding! Tidak menang, menulis jalan terus. Semangat jangan sampai putus. Setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun