Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesantren NUU WAAR Bekasi, Membangun Manusia Kawasan Timur Indonesia

15 September 2024   02:02 Diperbarui: 15 September 2024   02:06 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santriwati di Pesantren NUU WAAR Bekasi, dominan dari kawasan Indonesia Timur. Foto: Isson Khairul


Indeks Pembangunan Manusia di kawasan timur Indonesia, tertinggal jauh dari masyarakat di kawasan barat Indonesia. Kesenjangannya bahkan mencapai satu dekade. Ini solusi dari Pesantren Nuu Waar, yang dimulai sejak tahun 1999 dan telah meluluskan lebih dari 6.000 santri. 

Gratis untuk Santri dari Kawasan Timur

 

Ini momen yang menyenangkan. Pada Jumat, 13 September 2024 lalu, saya berkunjung ke Pesantren Nuu Waar. Pesantren itu berada di Kampung Bunut, Desa Taman Sari, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Saya ke sana bersama kawan-kawan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Kami memang sengaja berangkat pagi menjelang siang, dari kawasan Jakarta Pusat. Meski masih pagi, ternyata matahari sudah menyengat. Kami melintasi jalan tol dan pagi itu arus lalu-lintas tidak terlalu padat. Kami leluasa menyusuri jalanan.

Gerbang Tol Burangkeng, itulah salah satu patokan untuk menuju Pesantren Nuu Waar. Dari kawasan Jakarta Pusat, pintu ke luar tol tersebut, rupanya tidak begitu jauh. Tidak sampai 1 jam perjalanan, kami sudah sudah ke luar dari Gerbang Tol Burangkeng.

Dari exit tol tersebut, kami menyusuri jalanan non-tol. Jalanan itu memang tidak terlalu lebar, tapi cukup leluasa untuk kendaraan roda empat berpapasan. Kondisi jalanannya juga lumayan baik, dengan rumah penduduk yang rapat di kiri-kanan jalan.

Di kiri jalan, nampak sebuah setu. Barangkali, karena keberadaan setu itulah, kawasan itu dinamakan Kecamatan Setu. Ini salah satu kecamatan  dari 23 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi. Secara posisi, Kecamatan Setu berada di selatan Bekasi, berbatasan langsung dengan Kecamatan Cileungsi, wilayah Kabupaten Bogor bagian Selatan.

Ada 11 desa dalam Kecamatan Setu, salah satunya Desa Taman Sari. Nah, di desa itulah berdiri Pesantren Nuu Waar, sejak tahun 1999. Nama pesantren itu lengkapnya, Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN). Sejak berdiri hingga kini, setidaknya pesantren tersebut sudah meluluskan lebih dari 6.000 santri.

Setiap tahun, Pesantren Nuu Waar menerima 500-600 santri, perempuan dan laki-laki. Sebagian besar santri di pesantren ini berasal dari kawasan Indonesia Timur. Antara lain, dari Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

Seluruh biaya hidup santri, sejak dari keberangkatan dari tempat asal masing-masing, hingga menjalani pendidikan di Pesantren Nuu Waar, ditanggung sepenuhnya oleh pesantren tersebut. Dalam konteks mengembangkan anak-anak dari kawasan Indonesia Timur, apa yang dilakukan Pesantren Nuu Waar tentulah patut kita apresiasi.

Kita tahu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara kawasan Indonesia Timur dan Indonesia Barat, memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Media kompas.id, melansir "IPM Indonesia: Barat dan Timur Terpaut Satu Dekade" pada Rabu, 17 Agustus 2022 | 09:36 WIB lalu.

"Dari indikator Indeks Pembangunan Manusia atau IPM, kualitas masyarakat di kawasan timur Indonesia tertinggal setidaknya satu dekade dibandingkan masyarakat di kawasan barat Indonesia," tulis kompas.id edisi di atas.

Ubi sebagai Gerakan Pangan

Adalah Fadzlan Garamatan, salah seorang yang terketuk hatinya untuk membangun manusia dari kawasan timur Indonesia tersebut. Ia lahir 55 tahun yang lalu di Teluk Patipi, Kabupaten Fakfak, yang kini menjadi bagian dari Provinsi Papua Barat.

Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara, dari keluarga dengan latar belakang muslim. Ayahnya guru Sekolah Dasar (SD) sekaligus seorang guru mengaji di kampungnya. Fadzlan Garamatan menempuh pendidikan dasar hingga lulus SMA di Fakfak. Ia kemudian melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Ia lulus tahun 1984.

Fadzlan Garamatan adalah pendiri sekaligus pimpinan Pesantren Nuu Waar. Melalui pesantren itu, sejak tahun 1999, ia terus berupaya membangun manusia dari kawasan timur Indonesia. Santri yang telah lulus, ia salurkan ke jenjang pendidikan lanjutan, sebagai bagian dari kerjasama Pesantren Nuu Waar dengan berbagai institusi pendidikan di Pulau Jawa.

Dari 6.000 lebih santri yang sudah menjadi alumni, mereka tersebar sebagai dai, guru, tenaga kesehatan, bidan, dokter, PNS, polisi, tentara, dan sebagainya di kawasan Papua. Intinya, santri yang telah lulus serta telah menjalani studi lanjutan, akan kembali ke daerah asal mereka. Mengabdi serta membangun daerah masing-masing, dengan kompetensi yang ada pada mereka.

Pada Jumat, 13 September 2024 lalu itu, Fadzlan Garamatan bercerita tentang ubi jalar. Kita tahu, ubi jalar adalah makanan pokok masyarakat di Papua dan Maluku. Sebagai Pimpinan Pesantren Nuu Waar, Fadzlan Garamatan mengungkapkan, ada sejumlah donator yang menyalurkan bantuan untuk Palestina, melalui pesantren yang ia pimpin.

Ia mengelola bantuan tersebut secara strategis, dalam konteks strategi pangan. Tim kerja dari Pesantren Nuu Waar memutuskan akan menyalurkan dana donatur tersebut dalam wujud bantuan pangan berupa ubi jalar ke Palestina. Pertimbangannya, antara lain, ubi jalar relatif mudah memrosesnya, hingga siap dikonsumsi.

Selain itu, ubi jalar mengandung vitamin A, vitamin B, dan zat antioksidan. Ini adalah jenis umbi-umbian yang berasal dari Amerika Selatan dan telah dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman pangan. Ubi jalar memiliki nilai gizi yang tinggi, mengandung banyak vitamin, mineral, dan serat. Telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang sehat dan bergizi.

Untuk itu, tim kerja dari Pesantren Nuu Waar menggalang kerjasama dengan para petani Desa Cintabodas. Itu adalah sebuah desa di Kecamatan Culamega, Tasikmalaya Selatan, Jawa Barat. Kini, tengah berlangsung pengolahan lahan pertanian seluas 50 hektar untuk menanam ubi jalar. Di tahap pertama ini, ada 100 petani setempat yang dilibatkan.

Rerata panen ubi jalar mencapai 20 ton per hektar. Dengan demikian, diprediksi, pada sekitar Februari 2025 mendatang, akan berlangsung panen pertama sekitar 1.000 ton ubi jalar. Masa panen ubi jalar sejak masa tanam, sekitar 3 bulan.

Pada tahap kedua, akan dikembangkan 100 hektar lahan untuk ditanami ubi jalar. Lahan tersebut tersebar di berbagai tempat di wilayah Jawa Barat. Total ada 300 petani di sejumlah wilayah yang akan dilibatkan. Dengan demikian, diprediksi, akan bisa dipanen 2.000 ton ubi jalar dari luasan lahan tersebut.

1.000 Ton Ubi untuk Palestina

Atas dasar upaya serta pertimbangan di atas, Pesantren Nuu Waar mencanangkan 1.000 Ton Ubi untuk Palestina. Fadzlan Garamatan menyebut, ada sejumlah pertimbangan, kenapa memilih menanam ubi jalar. Pertama, dengan penanaman ini, sejumlah petani setempat akan mendapatkan lapangan kerja.

Kedua, para lulusan Pesantren Nuu Waar akan dilibatkan dalam proses penanaman tersebut. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan pengetahuan serta keterampilan dalam menanam ubi jalar. Hal itu merupakan bekal ilmu pertanian yang penting, yang kelak bisa mereka kembangkan di tempat asal masing-masing.

Ketiga, Pesantren Nuu Waar sedang menjajaki kerjasama dengan para pihak, untuk memroses ubi jalar menjadi aneka makanan siap konsumsi. Itu sebagai backup program Patroli Pangan, yang dalam waktu dekat segera akan mereka gulirkan.

Apa itu Patroli Pangan? Para relawan Pesantren Nuu Waar akan membagikan makanan gratis siap konsumsi, yang bersumber dari olahan ubi jalar. Sasarannya adalah masyarakat miskin yang berada di perkotaan. Program ini akan mulai dilakukan di kota-kota yang berada dalam wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Taangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat, penduduk miskin di Jakarta pada Maret 2024, ada sekitar 464.000 orang. Di Kota Bekasi, pada Juli 2023, berdasarkan data BPS, jumlah warga miskin sebanyak 137.000 jiwa. Sementara, berdasarkan data Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (PPKE), jumlah warga miskin ekstrim berkisar 350.000 jiwa.

Keberadaan warga miskin di Jakarta dan Bekasi tersebut, tentu saja menggugah kepedulian kita. Artinya, masih cukup banyak warga miskin kota yang membutuhkan bantuan pangan. Nah, program Patroli Pangan berbahan dasar ubi jalar yang segera digulirkan Pesantren Nuu Waar, adalah bagian dari wujud kepedulian tersebut.

Jakarta, 15 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun