Sampai di sini, saya mulai paham, bahwa hiburan yang saya nikmati sebelum waktu makan sahur tersebut, sudah menjelma menjadi proses pembelajaran. Belajar tentang kehidupan. Bukan lagi hanya sebatas mencermati liriknya. Bukan hanya menghayati musiknya. Tapi, lebih dan lebih dari semua itu. Demikian yang saya rasakan.
Saya pun terus dan terus berselancar, hingga kemudian sampai ke Hadapi Dengan Senyuman-nya Ahmad Dhani. Itu dari The Greatest Hits Remastered, album kompilasi Dewa, yang dirilis pada tahun 2013. Di Hadapi Dengan Senyuman, kembali Ahmad Dhani menumbuhkan kekuatan dalam kelemahan, membangun optimisme.
Ia bukan lagi meyakinkan bahwa ada hikmah di balik segala kedukaan, di balik segenap rasa sesal. Ia dengan lugas membangkitkan spirit, agar semua yang terjadi itu, dihadapi dengan senyuman. Membiarkan diri terbelenggu dalam rasa bersalah, rasa sesal, serta kedukaan yang dalam, toh tak akan mengubah keadaan.
Kenapa? Karena, kita hanyalah manusia. Di atas segalanya, ada yang Maha, yang menciptakan langit dan bumi beserta seisinya. Manusia hanya bagian dari sedemikian maha banyak isi langit dan bumi. Dan, tiap-tiap manusia sudah ada takdirnya.
Sejumlah literatur menyebut, takdir adalah ketentuan, ukuran, dan kapastian yang telah ditetapkan Tuhan yang berlaku pada isi semesta ini. Ada yang disebut takdir muallaq yakni takdir yang masih dapat diubah dengan cara berikhtiar dan atau berusaha serta tentu saja dengan berdoa. Ada pula yang disebut takdir mubram yang berarti takdir yang telah Tuhan tetapkan dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun.
Maka, hadapilah dengan senyum. Sungguh tak ada daya manusia untuk melawan takdir-Nya, sebagaimana dalam petikan Hadapi Dengan Senyuman:
Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang
Jakarta, 7 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H