Kurasi untuk Tampil di TIM
Salah satu topik yang didiskusikan pada Selasa, 26 April 2022 lalu itu adalah tentang peluang untuk tampil di TIM. Lembaga apa yang akan mengkurasi, bahwa suatu content layak tampil dan tak layak ditampilkan di TIM?
Selanjutnya, siapa saja yang kompeten untuk berada dalam lembaga tersebut? Menurut Iwan Wardhana, topik tentang lembaga yang dimaksud, tentu akan menjadi bahan diskusi yang seru nantinya. Sebab, sangat banyak kepentingan yang akan bermuara di lembaga itu.
Proses kurasi, menurut Iwan Wardhana, adalah salah satu tahapan penting untuk menempatkan TIM sebagai pusat seni budaya yang kredibel secara nasional, maupun di tingkat regional dan internasional.
"Tentu tak semua karya bisa tampil di TIM. Ini patut dipahami oleh para pihak. Pada saat yang sama, lembaga yang menjadi kurator nanti, haruslah memiliki kriteria yang terukur, agar keputusannya benar-benar kompeten," ungkap Iwan Wardhana meyakinkan.
Kemudian Iwan Wardhana memberikan gambaran melalui selembar kertas. Lewat kertas tersebut, ia menunjukkan, bahwa di DKI Jakarta ada banyak pilihan venue untuk menampilkan karya, selain di TIM. Artinya, ruang berekspresi di Jakarta, terbuka luas untuk insan-insan kreatif.
Bahwa TIM menjadi venue yang memiliki value lebih tinggi dari yang lain, justru itulah kekuatan TIM yang patut ditumbuhkan serta dijaga oleh pihak-pihak yang relevan. Maksudnya, itu tantangan sekaligus peluang untuk seni budaya kita.
Oh, ya, rekan-rekan yang hadir dalam diskusi pada Selasa, 26 April 2022 tersebut, adalah para seniman yang terlibat di peringatan Satu Abad Chairil Anwar. Saya pikir, diskusi semacam ini, perlu digalakkan, terutama oleh kalangan pelaku seni yang relevan dengan TIM.
Dan, kelapangan jiwa Iwan Henry Wardhana selaku Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta untuk diskusi yang demikian, patut kita apresiasi. Bukan tidak mungkin, dari diskusi semacam itu, lahir gagasan-gagasan segar demi kemajuan TIM setelah revitalisasi.
Jakarta, 1 Mei 2022