Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rodiah, Merajut Kerukunan Warga Desa Wadas

27 Februari 2022   14:21 Diperbarui: 27 Februari 2022   14:26 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rodiah. Ia lahir, beranak, dan bercucu di Desa Wadas. Ia menghormati pilihan tiap warga, demi kerukunan. Foto: Didik Wiratno

Inilah Rodiah. Perempuan yang sudah bercucu ini, menjadi sosok penting di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Ia bersama kaum perempuan desa itu, menunjukkan wajah serta karakter Desa Wadas yang sesungguhnya: ramah, rukun, dan saling menghormati

Dapur Umum untuk Sesama

Kami beberapa jurnalis dari Jakarta, memasuki Desa Wadas, pada Selasa, 15 Februari 2022. Itu untuk pertama kalinya kami menapaki desa tersebut, setelah insiden Desa Wadas, pada Selasa, 8 Februari 2022, pekan sebelumnya. Kami menyusuri jalanan desa, dengan kendaraan roda empat. Jalan aspal itu tidak terlalu lebar, tapi di beberapa bagian jalan, cukup untuk berpapasan dua kendaraan pribadi.

Di pekarangan sebuah rumah, ada sebuah tenda yang difungsikan sebagai Dapur Umum. Di sana, beberapa perempuan desa sibuk memasak. Ada yang merebus telur. Ada pula yang mengiris sayuran. Sementara, di teras rumah tersebut, para ibu-ibu desa dengan cermat membungkus nasi beserta lauk-pauk yang ada.

Rodiah menyebut, bahan makanan tersebut berasal dari para donatur, yang bersimpati kepada warga Desa Wadas. Setelah nasi beserta lauk-pauk dibungkus, masing-masing dimasukkan ke dalam kantong plastik. Kemudian, dibagikan kepada warga desa, juga kepada para tamu desa, yang berdatangan setelah insiden Desa Wadas, pada Selasa, 8 Februari 2022 lalu.

Dengan mata berbinar, Rodiah menuturkan, "Memasak bersama, makan bersama, serta berbagi makanan kepada tamu desa, membuat perasaan kami lega." Sebagai warga asli Desa Wadas, Rodiah mengungkapkan, warga desa selama ini guyub, memiliki jalinan silaturahmi yang erat. Saling sapa, saling mengunjungi, sekaligus saling tolong-menolong.

Seingat Rodiah, sejak konstruksi proyek Bendungan Bener dimulai pada tahun 2018, lalu-lintas orang luar Desa Wadas, makin lama makin meningkat. Proyek Bendungan Bener berjarak sekitar 12 kilometer dari Desa Wadas. Interaksi orang luar dengan warga Desa Wadas, mulai terasa berdampak, ketika batu andesit menjadi buah bibir warga.

Rodiah bersama suaminya, menjadi petani di Desa Wadas. Mereka menggarap lahan sekitar 2.000 meter, warisan orangtua Rodiah. Sebagai warga yang lahir, beranak, serta bercucu di Desa Wadas, ia mengenal serta memahami betul karakter tanah desa tersebut.

"Kalau disebut subur, ya lumayan subur. Pohon-pohon keras seperti durian, jati, dan albasia, tumbuh di lahan kami. Tapi, dari pengalaman kami, sayur-sayuran tidak cocok ditanam di Desa Wadas," ujar Rodiah, yang kalau sedang musim durian, menjadi pedagang pengepul durian, dari para warga yang memiliki pohon durian.

Ini pertigaan penting memasuki Desa Wadas. Ada juga yang menyebut lokasi ini sebagai Pos 1. Foto: Budi Tanjung
Ini pertigaan penting memasuki Desa Wadas. Ada juga yang menyebut lokasi ini sebagai Pos 1. Foto: Budi Tanjung

Adem Ayem, Kondisi Desa Wadas

Pada Selasa, 15 Februari 2022 tersebut, Rodiah menyebut situasi-kondisi Desa Wadas adem-ayem. Itu ia ungkapkan sembari asyik membungkus makanan bersama para perempuan desa, di teras rumah yang dimaksud. Rodiah mengaku tidak paham, apa yang dimaksud dengan batu andesit. Tidak paham pula, apa hubungannya batu andesit dengan Bendungan Bener. Tapi, ia dan suami sudah sepakat, tanah warisan orangtua sekitar 2.000 meter itu, akan dijual.

Bahkan, tanah itu sudah diukur oleh tim Badan Pertanahan Nasional (BPN), pada Selasa, 8 Februari 2022 lalu. Rodiah tidak menyebutkan harga jualnya, tapi ia berharap agar harga yang sudah ditetapkan, bisa dinaikkan. Jika kesepakatan sudah final, Rodiah berencana akan membeli lahan yang lokasinya berdekatan dengan jalan raya.

"Kalau digunakan untuk membeli lahan, kan uangnya tidak habis begitu saja. Kalau dapat yang dekat jalan raya, kami kan bisa membuka warung makan, usaha kuliner," kata Rodiah dengan senyum. Rodiah dan sejumlah warga Desa Wadas yang sudah setuju untuk menjual tanahnya, mungkin sudah memiliki rencana masing-masing.

Sebaliknya, sejumlah warga Desa Wadas yang menolak menjual lahan mereka untuk ditambang batu andesit-nya, tentu juga sudah memiliki rencana. Rodiah mengaku, menghormati pilihan masing-masing warga. "Kami menghormati pilihan warga untuk menolak. Kami juga berharap, mereka yang menolak, juga menghormati pilihan kami untuk menjual," tukas Rodiah dengan tegas.

Sebagai perempuan desa, sikap Rodiah tersebut, tentulah mengesankan. Ia tegas, tapi senantiasa memelihara ke-guyub-an dengan sesama warga desa. Bahkan, ketika berbincang-bincang dengan kami beberapa jurnalis dari Jakarta, Rodiah berbicara dengan lancar. Ia mengungkapkan pendapatnya secara independen, didengar serta dilihat oleh rekan-rekannya di teras rumah yang dimaksud.

Setidaknya, apa yang dilakukan serta diungkapkan Rodiah, menunjukkan bahwa ia dan rekan-rekan tidak berada di bawah tekanan pihak mana pun. Boleh jadi, ini merupakan kondisi real, Desa Wadas secara keseluruhan. Boleh jadi, juga tidak. Yang jelas, di beberapa lokasi lain di Desa Wadas, sejumlah warga yang kami temui dan kami ajak ngobrol, menolak untuk disebutkan identitas mereka.   

Menurut Gus Faqih, insiden Desa Wadas dipicu oleh ulah para pihak, yang bukan warga Desa Wadas. Foto: Dok. Gus Faqih
Menurut Gus Faqih, insiden Desa Wadas dipicu oleh ulah para pihak, yang bukan warga Desa Wadas. Foto: Dok. Gus Faqih

Pesan Bijak Gus Faqih

Realitas tersebut menunjukkan, masih ada sejumlah pekerjaan rumah, untuk menjadikan Desa Wadas  benar-benar damai, adem-ayem. Untuk itu, kami berdialog dengan Muhammad Faqih Jauhari, demikian nama sosok ini. Kediamannya hanya berjarak 5 menit dari Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Ia adalah pengurus Lembaga Bahtsul Masail Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama, Kecamatan Bener.

Ada 7 desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Bener: Desa Wadas, Bener, Karangsari, Kedungloteng, Nglaris, Limbangan, dan Guntur. Di kecamatan itulah Bendungan Bener dibangun, yang pembangunannya sedang berlangsung.

Di kecamatan itu pula berada Desa Wadas, yang sebagian warga desa tersebut, menolak rencana penambangan batu andesit untuk fondasi Bendungan Bener. Pada Selasa, 8 Februari 2022 lalu, Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan pengukuran tanah warga Desa Wadas, yang sudah setuju tanah mereka digunakan untuk rencana penambangan batu andesit.

Yang diukur oleh BPN adalah tanah warga yang sudah disetujui pemilik. Ketika proses pengukuran berlangsung itulah terjadi kisruh, yang kemudian dikenal sebagai insiden Desa Wadas. Menurut Muhammad Faqih Jauhari, kisruh tersebut dipicu oleh ulah para pihak, yang bukan warga Desa Wadas.

Koordinator Komunitas Masyarakat Terdampak Desa Wadas (Mata Desa), Emha Saiful Mujab, menyebut, 100 persen warga Desa Wadas adalah kaum nahdliyin alias warga Nahdlatul Ulama (NU). Selaku pengurus NU Kecamatan Bener, Muhammad Faqih Jauhari juga berpendapat demikian.

Karena itulah, Muhammad Faqih Jauhari, yang akrab disapa Gus Faqih, berpesan kepada para pemangku kepentingan Bendungan Bener, agar melibatkan NU dalam penanganan sosial kemasyarakatan, demi mencegah terulangnya kisruh yang demikian.

Gus Faqih menegaskan, melibatkan NU, bukan berarti NU akan menjadi perpanjangan tangan pemangku kepentingan Bendungan Bener. Bukan. Tapi, NU akan menjadi penengah, agar tercapai titik temu antara stakeholders Bendungan Bener dengan warga Desa Wadas.

Dengan kata lain, NU akan menjembatani komunikasi antara kedua pihak tersebut. NU akan menjaga serta melindungi kepentingan kedua belah pihak. Artinya, itu akan menjadi salah satu solusi, demi mencegah terjadinya insiden yang tidak diinginkan.

Gus Faqih menyebut, insiden Desa Wadas terjadi, karena tidak tercapai win win solution. Karena ada pihak yang merasa kepentingan mereka tidak terakomodir. Padahal, pembangunan Bendungan Bener, melibatkan banyak pihak, banyak kepentingan, yang tentu saja harus dikelola dengan cermat.

Purworejo, 27 Februari 2022 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun