Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Saya memulai hidup ini dengan menulis puisi dan cerita pendek, kemudian jadi wartawan, jadi pengelola media massa, jadi creative writer untuk biro iklan, jadi konsultan media massa, dan jadi pengelola data center untuk riset berbasis media massa. Saya akan terus bekerja dan berkarya dengan sesungguh hati, sampai helaan nafas terakhir. Karena menurut saya, dengan bekerja, harga diri saya terjaga, saya bisa berbagi dengan orang lain, dan semua itu membuat hidup ini jadi terasa lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demi Menjaga Keluarga dan Nama Baik Yogyakarta

13 Desember 2021   11:11 Diperbarui: 13 Desember 2021   13:46 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isson Khairul dan Brigjen Slamet Santoso, Wakapolda DIY. Mari bersama mencegah keluarga dari tindak pidana cyber. Foto: Didik Wiratno

Setidaknya, ada tiga tahapan yang patut dicermati oleh semua pihak. Pertama, seseorang menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Semua dilakukan secara face to face, mulai dari tawar-menawar hingga eksekusi berhubungan seks. Kedua, seseorang menawarkan diri secara digital, melalui media sosial dan atau platform digital tertentu. Ini disebut open booking order. Tawar-menawar dilakukan secara online, kemudian eksekusi berhubungan seks dilakukan di tempat yang disepakati.

Gambar dan atau video yang ditawarkan secara online tersebut, tentulah yang seksi, bahkan vulgar. Dalam konteks tindak pidana cyber, material gambar dan atau video itu, boleh jadi sudah melanggar. Sejumlah media sosial dan platform digital, sudah melengkapi diri dengan mekanisme protect, hingga publik tidak bisa mengakses content yang diduga pornografi tersebut.

Di tahap pertama dan kedua, sumber pendapatan berasal dari eksekusi berhubungan seks. Di tahap ketiga, seseorang memproduksi gambar dan atau video, yang bukan hanya seksi tapi sekaligus vulgar. Gambar dan atau video tersebut kemudian di-upload ke platform digital tertentu. Nah, sumber pendapatan yang bersangkutan ya dari platform digital tersebut. Bukan dari eksekusi berhubungan seks.

Dari mana platform digital tersebut mendapatkan dana? Tentu saja, dari tiap orang yang mengakses. Pada kasus Siskaeee, misalnya. Ia salah satunya meng-upload video-nya ke platform digital berbayar, www.onlyfans.com. Platform ini mengenakan membership 5 dolar kepada tiap pengakses. Itulah salah satu sumber dana platform digital berbayar tersebut.

Sebagai gambaran, Siskaeee rata-rata menerima 15-20 juta rupiah per bulan, dari platform digital berbayar tersebut. AKBP Roberto Pasaribu selaku Dirreskrimsus Polda DIY menyebut, Siskaeee meng-upload gambar dan video ke sejumlah platform digital berbayar di luar negeri. Secara akumulasi, di rentang waktu awal Maret 2020 hingga awal Desember 2021, pendapatan Siskaeee mencapai 2 miliar rupiah.

Membership 5 dolar kepada tiap pengakses, memang nampak kecil. Tapi, dari pendapatan Siskaeee, kita bisa mendapatkan gambaran, betapa luar biasa banyaknya pengakses platform digital porno berbayar. Ini yang patut dicermati oleh semua pihak. Mari sama-sama mencegah, agar keluarga kita tidak tergelincir ke ranah pornografi tersebut.

Jakarta, 13 Desember 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun