NTT terus berjuang untuk bangkit. Berbagai gerakan ekonomi, dilakukan. Kebijakan yang pro-ekonomi sekaligus pro-rakyat diciptakan. Inilah geliat ekonomi di NTT, setelah dihantam pandemi Covid-19.
Sasando, Energi di Indonesia Bagian Timur
Matahari tentulah sumber energi. Matahari pastilah terbit di timur. Ke sanalah kami bergerak, ke wilayah timur negeri, mendekat ke sumber energi. Selain matahari, setidaknya ada tiga sumber energi bagi negeri ini: Bali, Labuan Bajo, dan Mandalika yang berada di wilayah Timur.
Kali ini, kami bukan ke salah satu dari tiga destinasi tersebut. Kami justru ke Kupang, menyerap energi dari denting Sasando, alat musik tradisi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sasando tersebut diwujudkan menjadi prototipe Kantor Gubernur NTT.
Boleh dibilang, kantor Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, merupakan wujud Sasando ukuran raksasa. Sang gubernur memang putra setempat. Ia lahir di Oenesu, Kupang, pada 17 Februari 1965. Kantor format Sasando tersebut diresmikan Presiden Joko Widodo pada Selasa, 9 Januari 2018.
Dari kantor itulah denting berbagai kebijakan untuk rakyat NTT bergema ke pulau-pulau di kawasan Provinsi tersebut. NTT memang Provinsi kepulauan, yang memiliki banyak pulau eksotis, yang memukau para wisatawan dalam dan luar negeri.
Ibu kota Provinsi NTT berada di Kupang, di Pulau Timor bagian barat. Di sini pula Bandara El Tari berada, yang menjadi bandara sentral, yang menghubungkan penerbangan ke berbagai pulau lain. Sejumlah maskapai dari Bandara Soekarno-Hatta, juga memiliki rute ke El Tari untuk memudahkan lalu-lintas arus barang dan manusia.
Kami beberapa hari di Kupang, sejak Selasa, 23 November 2021 lalu. Kami menjelajahi padang sabana yang antara lain menjadi kawasan peternakan sapi. Kami juga menyusuri jalanan kota serta menyisir pantai-pantai yang menakjubkan di sana. Energi kawasan timur, sungguh menggetarkan.
Pada Jumat, 19 November 2021, misalnya, Gubernur NTT Viktor Laiskodat bertemu dengan Forum Pemenuhan Modal Inti Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Pengukuhan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah Kabupaten-Kota se-NTT. Viktor Laiskodat di Forum tersebut berbicara selaku Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank NTT.
Viktor Laiskodat menegaskan, Bank NTT saat ini memiliki aset 2 triliun rupiah dan Bank NTT merupakan bank yang sehat, berdasarkan peniliaian Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di Forum itu, Viktor Laiskodat juga memberikan apresiasi kepada tim manajemen Bank NTT. Karena, sejak berdiri, baru kali inilah Bank NTT berhasil mencapai prestasi demikian.
Bahkan, pada Rabu, 24 November 2021, Warta Ekonomi Best BPD Award 2021 memberikan penghargaan kepada Bank NTT sebagai Bank BPD dengan predikat kinerja keuangan sangat bagus di Indonesia tahun 2021, Very Good Financial Performance of Indonesia Best BPD Awards 2021. Selain itu, Bank NTT juga meraih penghargaan dari Warta Ekonomi Best BPD Award 2021 sebagai Bank BPD di Indonesia yang berhasil meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan kategori jasa perbankan, Improving Community Engagement on the Utilization of Banking Services.
Bank NTT, Energi untuk Go Digital
Status Bank Sehat dengan aset 2 triliun rupiah dari OJK serta 2 Penghargaan Prestisius dari Warta Ekonomi Best BPD Award 2021, sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan kinerja positif Bank NTT. Ini perlu dipahami oleh para pemangku kepentingan di Nusa Tenggara Timur, karena Bank NTT berkorelasi langsung dengan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah NTT.
Pada Kamis, 25 November 2021, kami bertemu dengan Alex Riwukaho, Direktur Utama Bank NTT di kantor pusat bank tersebut di Kupang. Alex Riwukaho optimis, kinerja positif bank ini akan terus berlanjut. Apalagi, dalam waktu dekat, Bank NTT akan mengembangkan pelayanan kepada nasabah berupa layanan kredit secara digital. Layanan bank secara online.
Alex Riwukaho menuturkan, layanan Bank NTT secara online tersebut sengaja diciptakan untuk melayani nasabah tertentu dari sektor tertentu. Tujuannya tentu saja untuk mengembangkan segmen market perbankan, yang lebih leluasa bila dijangkau dengan layanan berbasis digital.
Penuturan Alex Riwukaho tentang strategi digital yang sedang dan terus dikembangkan Bank NTT tersebut, sekaligus menunjukkan kesehatan bank yang bersangkutan, hingga memungkinkan manajemen merambah layanan online berbasis teknologi. Dalam hal ini, Bank NTT serius meningkatkan infrastruktur teknologi yang dimilikinya.
Untuk sistem pembayaran digital, Bank NTT sudah lebih dulu mengembangkannya. Quik Response Code Indonesia Standar (QRIS) Bank NTT, demikian nama sistem pembayaran digital tersebut. QRIS disambut antusias. Kepala Bank NTT Cabang Oelemasi, Kabupaten Kupang, Maria J.D.Samalelo, menyebut, lebih dari 1.700 pelaku UMKM di daerah itu telah menggunakan QRIS Bank NTT sebagai sistem pembayaran digital.
Itu diungkapkan Maria J.D.Samalelo dalam kegiatan Festival Desa Binaan Bank NTT Cabang Oelamasi di Pasar Baru Oetete, Desa Mata Air, pada Sabtu, 12 Juni 2021. Antusiasme serupa, juga terjadi di berbagai wilayah, bersamaan dengan terus meluasnya sebaran Kantor Cabang Bank NTT.
Artinya, gerakan perbankan digital yang dilakukan Bank NTT telah mampu memotivasi warga untuk memanfaatkan jasa perbankan dalam bertransaksi. Alex Riwukaho selaku Direktur Utama Bank NTT menyebut, indikator lain dari antusiasme warga itu tercermin dari terus meningkatnya jumlah nasabah. Sebelumnya sebanyak 1.300.000 nasabah, kini meningkat menjadi 1.600.000 nasabah
Padahal, Alex Riwukaho menyadari, black campaign di luaran sana cukup gencar menyerang Bank NTT. Mendiskreditkan Bank NTT. Termasuk maraknya berita-berita negatif yang diproduksi serta disebarkan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Nyatanya, publik tidak terpengaruh. Publik percaya pada kinerja tim manajemen di bawah kepemimpinan Alex Riwukaho.
Apalagi, sebagaimana penuturan Alex Riwukaho, di masa pandemi ini, banyak aparatur sipil negara (ASN) yang merintis serta mengembangkan usaha rumahan. Mereka berjualan secara online dan otomatis QRIS Bank NTT sebagai layanan sistem pembayaran digital, sangat membantu kelancaran usaha mereka.
Padang Rumput, Energi Hidup Rakyat NTT
Padang rumput terluas di Indonesia, berada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Persisnya, di Sumba Timur, sekitar 24 kilometer dari Kota Wanginapu. Padang rumput lain, tersebar di banyak wilayah di berbagai pulau dalam gugusan pulau-pulau di NTT. Di padang rumput itulah ternak rakyat hidup dan menghidupi rakyat NTT.
Ada ternak kuda, babi, dan juga sapi. Ada peternakan rakyat. Ada pula peternakan yang dikelola badan usaha. Secara populasi, ternak sapi misalnya, di seluruh NTT terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Marius Ardu Jelamu di Kupang, pada Kamis, 31 Desember 2020, menyebut, jumlah ternak sapi sudah menembus 1 juta ekor.
Peternak sapi, pedagang sapi, pengolah daging sapi, juga penyedia jasa angkut sapi, tentulah membutuhkan jasa keuangan. Demikian pula dengan rangkaian aktivitas ekonomi terkait ternak babi dan kuda. Dalam hal ini, mereka tentu butuh layanan jasa Bank NTT. Alex Riwukaho selaku Direktur Utama Bank NTT menjelaskan, penyaluran kredit untuk sektor peternakan, perikanan, dan pertanian adalah wujud kontribusi Bank NTT untuk meningkatkan ekonomi rakyat Nusa Tenggara Timur.
Secara keseluruhan, Bank NTT menyalurkan kredit untuk usaha kecil, menengah, besar, dan korporasi. Di masa pandemi ini, pertumbuhan kredit meningkat dari 24 ke 29 persen. Sekali lagi, ini menunjukkan semangat berusaha di kalangan masyarakat. Meski kredit konsumsi masih mendominasi hingga 70 persen, tapi bersamaan dengan itu kredit produktif juga meningkat hingga 26-28 persen. Total kredit di Bank NTT saat ini mencapai 11,3 triliun rupiah.
Alex Riwukaho mengakui, memang ada beberapa nasabah yang kreditnya bermasalah di Bank NTT. Satu per satu masalahnya sudah disusuri dengan cermat dan ditangani sesuai prosedur serta aturan yang berlaku. Salah satu nasabah yang disebut di black campaign melalui pemberitaan di media adalah PT. Budimas Pundinusa, yang bergerak di bidang peternakan sapi dan perdagangan.
Pada Kamis, 25 November 2021, ketika kami bertemu dengan Alex Riwukaho, Direktur Utama Bank NTT di kantor pusat bank tersebut di Kupang, ia menjelaskan bahwa kredit bermasalah yang dihadapi PT. Budimas Pundinusa sesungguhnya merupakan dampak dari pandemi Covid-19.
Perusahaan yang terdampak pandemi, tentu bukan hanya Budimas Pundinusa. Sesuai dengan mekanisme perbankan, tim manajemen Bank NTT sudah melakukan langkah mitigasi yang tepat untuk menangani beberapa kredit bermasalah tersebut.
"Acuan kami adalah aturan serta mekanisme perbankan. Nasabah-nasabah tersebut sudah kami mitigasi dengan tepat. Yang sudah waktunya dilelang asetnya ya dilelang," ujar Alex Riwukaho menegaskan sikapnya dalam menangani para nasabah yang kreditnya bermasalah di Bank NTT.
Nah, bila dikorelasikan kredit bermasalah dengan capaian kini, ternyata masalah tersebut relatif tidak berpengaruh pada kinerja Bank NTT. Buktinya, kepercayaan serta loyalitas nasabah justru makin meningkat. Jumlah deposan terus bertambah. Aset bank juga tumbuh pesat, hingga 2 triliun rupiah.
Dengan kata lain, Bank NTT telah menjadi lokomotif penting dalam konteks percepatan pembangunan ekonomi di kawasan timur Indonesia, seperti yang diagendakan Presiden Joko Widodo. Maka sudah seharusnya para pemangku kepentingan di NTT mengapresiasi serta mendukung kinerja Bank NTT demi peningkatan ekonomi rakyat NTT.
Jakarta 28 November 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H