Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lonjakan Pasien Covid Habis Lebaran, Siapkah Wisma Atlet?

28 Mei 2021   09:08 Diperbarui: 28 Mei 2021   09:22 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mayor Jenderal DR. dr. Tugas Ratmono, Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran (kedua dari kiri) dan Letnan Jenderal Ganip Warsito, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (kedua dari kanan) ketika meninjau kesiapan RSDC Wisma Atlet Kemayoran menghadapi kemungkinan lonjakan pasien Covid-19 pascalebaran. Foto: dok. rsdc wisma atlet kemayoran

Sejak Selasa (18/05/2021) hingga hari ini, peningkatan pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, terus terjadi. Rerata bertambah 100 pasien per hari. Ini sudah diprediksi banyak pihak, jauh-jauh hari sebelum libur Lebaran. Bagaimana kesiapan RSDC Wisma Atlet Kemayoran?  

Ganip Warsito Tinjau Wisma Atlet

Lonjakan pasien Covid-19 habis libur Lebaran, pasti terjadi. Sudah terjadi. Pertanyaannya, berapa banyak lonjakannya? Bagaimana kesiapan RSDC Wisma Atlet Kemayoran? Pertanyaan pertama, belum bisa dijawab sekarang. Tapi, indikatornya sudah ada: rerata pasien di RSDC Wisma Atlet Kemayoran bertambah 100 pasien per hari. Pertanyaan kedua, sudah ada jawabannya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal  Ganip Warsito, memastikan personel dan perangkat pendukung RSDC Wisma Atlet siap menghadapi kemungkinan lonjakan kasus positif Covid-19 pascalebaran. RSDC Wisma Atlet Kemayoran adalah Rumah Sakit Darurat Covid-19 terbesar di Indonesia, di Asia, bahkan di dunia.  

RSDC ini dioperasikan sejak 23 Maret 2020. Ada dua hipotesis yang sudah terbukti kebenarannya. Pertama, jika mobilitas warga meningkat, maka jumlah pasien Covid-19 pasti melonjak. Kedua, jika pasien di RSDC Wisma Atlet Kemayoran melonjak, maka pasien di berbagai rumah sakit rujukan Covid-19 di berbagai wilayah di Indonesia, juga meningkat.

Mayor Jenderal DR. dr. Tugas Ratmono dan Letnan Jenderal Ganip Warsito memberikan keterangan kepada para wartawan. Ganip Warsito menegaskan: saya pastikan bahwa RSDC secara personel, perangkat, dan pendukungnya, siap menghadapi kemungkinan lonjakan ini. Foto: dok. rsdc wisma atlet kemayoran
Mayor Jenderal DR. dr. Tugas Ratmono dan Letnan Jenderal Ganip Warsito memberikan keterangan kepada para wartawan. Ganip Warsito menegaskan: saya pastikan bahwa RSDC secara personel, perangkat, dan pendukungnya, siap menghadapi kemungkinan lonjakan ini. Foto: dok. rsdc wisma atlet kemayoran
Dengan kata lain, jumlah pasien di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, adalah barometer pasien Covid-19 secara nasional. Maka, sangatlah tepat Kepala BNPB Letnan Jenderal  Ganip Warsito langsung meninjau kesiapan RSDC Wisma Atlet Kemayoran, sehari setelah ia dilantik sebagai Kepala BNPB pada Selasa (25/05/2021).

Letnan Jenderal  Ganip Warsito menggantikan posisi Letnan Jenderal Doni Monardo, yang berhenti dengan alasan pensiun. Yang menyambut kunjungan Letnan Jenderal  Ganip Warsito pada Rabu (26/05/2021) itu, adalah Mayor Jenderal DR. dr. Tugas Ratmono, selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran.

Kepada Letnan Jenderal  Ganip Warsito, Mayor Jenderal Tugas Ratmono memaparkan operasional RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Mulai dari ketersediaan kamar di tower 4, 5, 6, dan 7, ketersediaan peralatan medis, ketersediaan dokter, perawat, psikiater, psikolog, serta ketersediaan ahli gizi serta logistik untuk konsumsi tenaga kesehatan dan pasien.

"Dari pemantauan saya secara langsung di lapangan, saya pastikan bahwa RSDC secara personel, perangkat, dan pendukungnya, siap menghadapi kemungkinan lonjakan ini," ujar Ganip Warsito dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, pada Rabu (26/05/2021) sore.

Letnan Jenderal Ganip Warsito (tengah) menjadi energi baru dalam gugus tugas terpadu pencegahan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Ganip Warsito dilantik sebagai Kepala BNPB pada Selasa (25/05/2021), menggantikan posisi Letnan Jenderal Doni Monardo, yang berhenti dengan alasan pensiun. Foto: dok. rsdc wisma atlet kemayoran
Letnan Jenderal Ganip Warsito (tengah) menjadi energi baru dalam gugus tugas terpadu pencegahan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Ganip Warsito dilantik sebagai Kepala BNPB pada Selasa (25/05/2021), menggantikan posisi Letnan Jenderal Doni Monardo, yang berhenti dengan alasan pensiun. Foto: dok. rsdc wisma atlet kemayoran

Sudah Siap Sebelum Lebaran

Persiapan RSDC Wisma Atlet Kemayoran menghadapi kemungkinan lonjakan pasien pascalebaran, sudah dilakukan Mayor Jenderal Tugas Ratmono, selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran, jauh-jauh hari sebelumnya. Pada Rabu (05/05/2021) sore, dalam suasana Ramadhan, saya mewawancarai Mayjen Tugas Ratmono di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.

Di kesempatan tersebut, ia mengatakan, pada Rabu (05/05/2021) pagi, Charles Honoris berkunjung ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Charles Honoris adalah Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDIP. Salah satu poin yang ditinjau oleh Charles Honoris adalah tentang kesiapan RSDC Wisma Atlet Kemayoran menghadapi kemungkinan terjadinya lonjakan pasien pascalebaran.

Pada Rabu (05/05/2021) tersebut, tingkat keterisian kamar perawatan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran relatif rendah, hanya 22,76 persen. "Artinya, masih tersedia 4.630 tempat tidur, yang siap menampung pasien. Ada 4 tower yang ada di sini, yang di masing-masing kamar tersedia 2 atau 3 tempat tidur," ujar Mayjen Tugas Ratmono.

Ia menyebut, RSDC Wisma Atlet Kemayoran pada masa puncak lonjakan, pada September 2020 dan Januari 2021, pernah merawat hingga lebih dari 5.000 pasien Covid-19. "Jika lonjakan pasien pascalebaran ini melampaui itu, maka yang pertama-tama dilakukan adalah menempatkan 3 tempat tidur di semua kamar," lanjut Mayjen Tugas Ratmono.

Para tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, dengan alat pelindung diri (APD) lengkap, mendistribusikan obat-obatan dari pusat logistik di Tower 3 ke sejumlah tower lain yang digunakan sebagai ruang perawatan pasien. Foto: isson khairul
Para tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, dengan alat pelindung diri (APD) lengkap, mendistribusikan obat-obatan dari pusat logistik di Tower 3 ke sejumlah tower lain yang digunakan sebagai ruang perawatan pasien. Foto: isson khairul
Dengan demikian, dari sisi ketersediaan tempat tidur dan ruang perawatan, RSDC Wisma Atlet Kemayoran lebih dari siap. Begitu juga dengan tenaga kesehatan. Saat ini, tersedia sebanyak 2.630 tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Mereka terdiri dari dokter, perawat, psikiater, psikolog, tenaga medis lainnya, serta ahli gizi dan logistik.

Dalam konteks libur Lebaran, Mayjen Tugas Ratmono mengacu kepada aturan pelarangan mudik yang sudah ditetapkan pemerintah. Mereka siap siaga di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, bersiap menghadapi kemungkinan terjadi lonjakan pasien. Artinya, ruang perawatan dan tenaga kesehatan dalam kondisi siap. Demikian pula dengan peralatan medis dan obat-obatan.

Bukan Alasan untuk Lengah

Pada Rabu (05/05/2021) tersebut, Mayor Jenderal Tugas Ratmono, selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet Kemayoran, mengungkapkan, kesiapan rumah sakit dan tenaga kesehatan hendaknya tidak dijadikan alasan untuk lengah. "Sesiap apa pun rumah sakit, kalau warga tidak menaati protokol kesehatan, maka kesiapan itu tak akan pernah cukup," ungkap Mayjen Tugas Ratmono.

Ungkapan Mayjen Tugas Ratmono itu tentu saja cukup beralasan. Melalui keterangan tertulis, pada Jumat (14/05/2021), sehari setelah pelaksanaan shalat Idul Fitri, Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menilai, ketaatan warga terhadap protokol kesehatan mulai kendor. Ia melihat kepadatan di jalanan ketika hari H Lebaran, terutama di kawasan penyangga sekitar Ibu Kota, pergerakan orang mulai leluasa.

Tim liputan Covid-19. Dari kiri ke kanan: Erwin Hadi, Budi Tanjung, Isson Khairul, tim medis RSDC, Didik Wiratno, Mada Mahfud, dan Incha. Mari kita bangkitkan kesadaran bersama untuk menaati protokol kesehatan, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di tanah air. Foto: dok. isson khairul
Tim liputan Covid-19. Dari kiri ke kanan: Erwin Hadi, Budi Tanjung, Isson Khairul, tim medis RSDC, Didik Wiratno, Mada Mahfud, dan Incha. Mari kita bangkitkan kesadaran bersama untuk menaati protokol kesehatan, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di tanah air. Foto: dok. isson khairul
Berdasarkan hasil pantauan secara nasional, sebagaimana dikemukakan Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, kepatuhan penggunaan masker dalam satu pekan terakhir: 55 daerah dari total 359 kabupaten/kota, tingkat kepatuhan warga memakai masker kurang dari 60 persen.

Temuan tersebut dikemukakan Siti Nadia Tarmizi, saat melaporkan tingkat kepatuhan prokes di sejumlah daerah tujuan mudik di Indonesia, melalui tayangan virtual, pada Selasa (04/05/2021). Apa yang dinyatakan Muhaimin Iskandar dan Siti Nadia Tarmizi di atas, tentulah hanya dua indikator dari sejumlah indikator lain, yang berpotensi melonjakkan jumlah pasien Covid-19.      

Memang, banyak warga yang merasa tak nyaman pakai masker. Banyak warga yang tak bisa menahan diri untuk tidak kumpul-kumpul. Banyak pula warga yang merasa bosan bertahan di rumah. Ketiga situasi tak nyaman tersebut, justru menjadi potensi penyebaran virus Covid-19. Ada yang menyebut, ketaatan pada protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 akan berjalan lebih efektif, jika kesadaran masyarakat melampaui ketakutan mereka terhadap penertiban.

Mengacu kepada realitas yang dikemukakan Muhaimin Iskandar dan Siti Nadia Tarmizi di atas, kentara sekali bahwa kesadaran warga menaati protokol kesehatan memang rendah. Bahkan, di banyak area publik, perangkat cuci tangan banyak yang sudah tidak berfungsi. Tidak lagi ada air. Tidak lagi ada sabun. Nyaris sudah jadi barang rongsokan.

Boleh jadi, semua itu menjadi penanda, betapa kesadaran untuk menaati protokol kesehatan, memang rendah. Kesadaran publik juga rendah. Padahal, kesadaran itu adalah kunci penting untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Jakarta 28-05-2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun