Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet mencatat banyak rekor. Antara lain, sebagai rumah sakit Covid terbesar di Indonesia. Pada Selasa (10/11/2020) kemarin, ada rekor baru yang diciptakan RSDC Wisma Atlet: memperingati Hari Pahlawan dengan seluruh peserta upacara mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Â
Pejuang Covid, Pahlawan Kemanusiaan
Hari Pahlawan diperingati di seluruh Indonesia tiap 10 November, tiap tahun. Tahun ini bangsa Indonesia memperingatinya ketika seluruh rakyat berjuang melawan pandemi Covid-19. Momen bersejarah tersebut, menjadi lebih bersejarah, karena RSDC Wisma Atlet memperingatinya dengan cara yang sangat khidmat.
Upacara Peringatan Hari Pahlawan itu digelar di lapangan terbuka, di depan tower 4, 5, 6, dan 7 RSDC Wisma Atlet. Di sejumlah tower itulah para pasien Covid-19 dirawat. Upacara itu diikuti oleh tenaga kesehatan, yang selama ini menangani pasien. Mereka terdiri dari para dokter, perawat, psikolog, psikiater, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya.
Pagi Selasa (10/11/2020) kemarin, sebelum upacara dimulai, para pasien sudah melongok dari jendela kamar mereka masing-masing di tiap tower, ke lapangan tersebut. Matahari pagi mulai beranjak naik, dan para pasien sekaligus memanfaatkan momen itu untuk menghangatkan diri dengan sinar sang surya.
Ada 100 lebih dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, yang berupacara Hari Pahlawan pagi itu. Jumlah mereka sengaja dibatasi, agar tidak menimbulkan kerumunan, yang berpotensi menjadi kluster Covid-19. Sebagian dari mereka ber-APD warna merah. Sebagian lagi ber-APD warna putih.
Lagu perjuangan diperdengarkan. 100 lebih dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya mengikuti upacara dengan khidmat. Matahari pagi terus beranjak naik. Suhu bumi di seputaran RSDC Wisma Atlet mulai panas. Dapat dipastikan, sekujur tubuh 100 lebih dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya tersebut, sudah basah kuyup oleh peluh.
Perjuangan Berkali-kali Lipat
100 lebih dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya yang berupacara pagi itu, mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap. Itu adalah APD yang sama, yang mereka kenakan saat berdinas merawat pasien Covid-19. APD tersebut boleh dibilang kedap air. Karena APD itu menutup seluruh bagian tubuh, maka bernapas pun tidak seleluasa biasanya.
Hufffff ... betapa panasnya ber-APD lengkap di lapangan terbuka, di bawah siraman matahari. Maka, dapat dipastikan, sekujur tubuh 100 lebih dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya tersebut, sudah basah kuyup oleh peluh. Bahkan mungkin terasa agak pengap. Meski demikian, mereka tetap khidmat mengikuti upacara Peringatan Hari Pahlawan pagi itu.
Artinya, mengenakan APD lengkap saja, sudah suatu perjuangan tersendiri. Itulah perjuangan pertama para tenaga kesehatan, tiap kali bertugas di RSDC Wisma Atlet. Perjuangan kedua, mereka harus beraktivitas, antara lain, mengunjungi serta merawat pasien Covid-19 di tiap kamar di sejumlah lantai di sejumlah tower.
Padahal, jika minim asupan, imunitas pasien Covid-19 tersebut akan menurun tajam, yang membuat daya tahan tubuh mereka lemah menghadapi serangan virus Covid. Kondisi itu berbahaya, bisa mengancam nyawa pasien yang bersangkutan. Karena itulah, para tenaga kesehatan tersebut harus berjuang memotivasi tiap pasien, tiap saat.
Sebaliknya, ini perjuangan keempat, para tenaga kesehatan tersebut harus berjuang pula menjaga diri agar tidak terpapar Covid-19 dari pasien. Dengan kata lain, tiap saat, para tenaga kesehatan itu tidak boleh lengah sedetik pun. Mereka harus senantiasa waspada merawat pasien, yang pada saat bersamaan, mereka harus pula waspada menjaga diri.
Perjuangan berkali-kali lipat itulah yang sudah dan terus dilakukan para tenaga kesehatan di RSDC Wisma Atlet, sejak dioperasikan pada Senin (23/03/2020) lalu. Hingga saat ini, setidaknya ada 15.000 pasien Covid-19 yang sudah dan sedang dirawat di RSDC Wisma Atlet. Lebih dari 85 persen pasien sudah dinyatakan pulih, sudah kembali ke rumah masing-masing.
Jumlah pasien Covid-19 yang masuk ke RSDC Wisma Atlet, kalah jauh dibandingkan dengan jumlah pasien yang keluar karena sudah pulih. Bahkan kini, tower 4, sudah kosong, tanpa pasien. Percepatan penanganan Covid-19 di RSDC Wisma Atlet tentulah suatu rekor tersendiri. Rekor yang diukir oleh Mayjen Tugas Ratmono selaku Koordinator RSDC Wisma Atlet, bersama The Winning Team.
The Winning Team RSDC Wisma Atlet
The Winning Team RSDC Wisma Atlet adalah sebutan dari Mayjen Tugas Ratmono untuk tim kerja di rumah sakit darurat tersebut. 100 lebih dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya yang mengikuti upacara Peringatan Hari Pahlawan pada Selasa (10/11/2020) kemarin, adalah bagian dari keseluruhan The Winning Team yang ia maksud.
Tim kerja kebanggaan itu, dirancang serta diwujudkan Mayjen Tugas Ratmono dalam kurun waktu yang relatif singkat. Sejumlah rekor ia ciptakan bersama tim kerja. Menjadi rumah sakit terbesar di Indonesia yang menangani pasien Covid-19 dan memperingati Hari Pahlawan dengan ber-APD lengkap bersama 100 lebih tenaga kesehatan, adalah 2 Rekor RSDC Wisma Atlet yang dicatat Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
MURI adalah sebuah museum yang didirikan oleh tokoh serba bisa Jaya Suprana. Pencatatan tersebut tentu saja penting, sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia melawan Covid-19. Selain kedua rekor itu, masih ada sejumlah rekor lain yang sudah diciptakan Mayjen Tugas Ratmono bersama The Winning Team RSDC Wisma Atlet.
Rekor ketiga adalah sebagai rumah sakit dengan zero kematian tenaga kesehatan. Rekor keempat, penurunan jumlah pasien yang luar biasa, sebagaimana diapresiasi secara langsung oleh Letjen Doni Monardo selaku Ketua Gugus Tugas Covid-19, pada Rabu (28/10/2020) lalu.
Rekor kelima, rumah sakit penanganan Covid-19 melibatkan paling banyak relawan yang berasal dari paling banyak Fakultas Kedokteran dari Perguruan Tinggi di Indonesia. Artinya, nyaris hampir semua alumni dari Fakultas Kedokteran di Indonesia, terwakili di RSDC Wisma Atlet. Ini sekaligus mencerminkan kompetensi pendidikan kedokteran di tanah air.
Bahkan, RSDC Wisma Atlet melibatkan lebih dari 1.000 personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berasal dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara dengan beragam kompetensi. Ada dokter, perawat, ahli gizi, psikolog, psikiater, dan tenaga pengamanan. Seluruh sumber daya manusia tersebut diintegrasikan Mayjen Tugas Ratmono menjadi The Winning Team RSDC Wisma Atlet.
Itu catatan kepemimpinan yang mengesankan di era pandemi Covid-19, sekaligus menjadi catatan sejarah perjalanan bangsa ini melawan virus yang telah mengubah wajah Indonesia.
Jakarta 12-11-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H