Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rambut Gondrong Anak Sekolah, Bruder Honoratus, dan Pangudi Luhur

5 September 2017   13:11 Diperbarui: 10 September 2017   02:03 12429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Larangan berambut gondrong di sekolah, dicanangkan pihak berwenang. Pada tahun 70-an, razia rambut gondrong dilakukan secara rutin di berbagai sekolah. Tapi, Bruder Honoratus, Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Jakarta, tetap membolehkan muridnya berambut gondrong. Sikapnya tentu saja mencengangkan, sekaligus mengagetkan banyak pihak. Foto: dicapture isson khairul dari laman print.kompas.com, Senin (04/09/2017).

Tapi, ketika saya pertama kali meliput SMA Pangudi Luhur di Jl. Brawijaya IV, Jakarta Selatan, Bruder Honoratus sudah tidak di sana. Itu sekitar tahun 1980-an. Seingat saya, yang menjadi kepala sekolah saat itu adalah Bruder Michael Pudyartono FIC. Jadi, secara fisik, sebetulnya saya belum pernah bertatap-muka dengan Bruder Honoratus. Meski demikian, saya sangat terkesan dengan sikap serta prinsipnya dalam mendidik. Dari teman saya yang alumni SMA Pangudi Luhur itu, saya tahu, Bruder Honoratus akrab dengan para murid.

Masa remaja itu, bagai mural di dinding-dinding kota. Sangat ekspresif, sangat mendambakan kebebasan. Dibutuhkan pendekatan untuk mendidik remaja. Dan, pilihan pendekatan dengan remaja, dengan anak-anak muda, butuh kreativitas. Bruder Honoratus sudah melakukannya, sudah mencontohkannya kepada kita. Foto: isson khairul
Masa remaja itu, bagai mural di dinding-dinding kota. Sangat ekspresif, sangat mendambakan kebebasan. Dibutuhkan pendekatan untuk mendidik remaja. Dan, pilihan pendekatan dengan remaja, dengan anak-anak muda, butuh kreativitas. Bruder Honoratus sudah melakukannya, sudah mencontohkannya kepada kita. Foto: isson khairul
Bahkan, kata teman saya, Bruder bisa jadi teman curhat. Ia sering melukis wajah gadis yang ia taksir, dan beberapa lukisan dengan pensil itu, ia perlihatkan ke Bruder Honoratus. Dalam beberapa kesempatan, mereka ngobrol. Kadang ngobrolin sang gadis yang ia taksir, kadang ngobrolin tentang lukisan. Teman saya ini jadi makin bersemangat melukis, karena lukisannya diapresiasi oleh Bruder Honoratus. Ia bukan hanya melukis gadis yang ia taksir, tapi juga sudah mulai melukis objek lain.

Menurut saya, obrolan Bruder Honoratus dengan teman saya itu, baik tentang gadis yang ia taksir, maupun tentang lukisan, sesungguhnya adalah sebuah pendidikan yang penting untuk perkembangan jiwa. Terutama, untuk ia yang pada masa itu masih remaja, masih SMA. Selain itu, Bruder Honoratus telah memandunya, membimbingnya mengasah kreativitas melalui aktivitas melukis. Meskipun baru sebatas melukis dengan pensil. Sampai di sini kita paham, bahwa mendidik memang butuh pendekatan. Dan, pilihan pendekatan dengan remaja, dengan anak-anak muda, butuh kreativitas. Bruder Honoratus sudah melakukannya, sudah mencontohkannya kepada kita.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com              

Jakarta, 05 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun