Dari kedua contoh deskripsi di atas, memang tidak sepenuhnya hanya dari apa yang kita lihat. Sebagian juga dari apa yang kita dengar. Dalam hal ini, untuk melengkapi suatu deskripsi, memang diperlukan kombinasi antara bahan lihat dan bahan dengar. Tentang bagaimana porsi kedua bahan itu, tergantung pada penekanan deskripsi yang kita kehendaki. Pada kedua contoh di atas, menurut saya, penulisnya hendak menekankan aspek kemiskinan yang berkorelasi dengan kurang gizi.
Di empat alinea di atas, memang belum dipaparkan, apa pekerjaan sang tuan rumah dan apa pula profesi sang menantu. Boleh jadi, mereka adalah buruh, dengan pekerjaan serabutan, yang secara finansial serba kekurangan. Akibatnya berimbas pada gizi sang anak. Untuk kepentingan penulisan, pengamatan terhadap objek tersebut, tentulah tidak bisa sambil lalu. Sang penulis harus benar-benar mencermatinya secara saksama.
Oh, ya, para peserta ini selanjutnya akan menulis dengan tema Dharma Wanita dan Pendidikan. Tulisan dari tiap peserta akan diedit oleh tim Komunitas Kompasianer KutuBuku dan kemudian akan diterbitkan menjadi sebuah buku. Keseluruhan prosesnya dikelola oleh komunitas ini. Sebagai pegiat komunitas, kami senang mendapat kesempatan untuk sharing tentang dunia literasi. Kita tahu, menurut data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), indeks tingkat membaca orang Indonesia hanyalah 0,001. Itu artinya, dari 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan serius. Ini tantangan untuk kita.
isson khairul –dailyquest.data@gmail.com  Â
Jakarta, 26-04-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H