Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak-anak Pantang Menyerah di Teater Tanah Air, Sebuah Edukasi Alternatif

28 November 2015   11:16 Diperbarui: 28 November 2015   11:39 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa pentingnya teater bagi pendidikan anak? Anies Baswedan[2], Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menjawabnya dalam Festival Nasional Teater Anak-anak 2015, yang digelar 31 Agustus hingga 3 September lalu, di TIM. ”Kalau ada anak-anak yang berminat di bidang teater, tolong didorong. Ini kesempatan untuk menumbuhkan kreativitas mereka,” pesan Mendikbud, Anies Baswedan, saat itu. Teater, menurut Anies Baswedan, adalah bagian dari pendidikan kesenian, yang menumbuhkan banyak potensi pada anak.

Ketika tampil di panggung, kata Anies Baswedan, itu adalah proses bagi anak untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya. Melalui teater, anak-anak latihan olah fisik sekaligus berlatih olah rasa. Tubuh, pikiran, kata-kata, perbuatan, dan imajinasi mereka menyatu dalam aktivitas teater. Karena itulah, Anies Baswedan menyayangkan, dalam pendidikan kesenian di berbagai sekolah, teater sering diabaikan. Sampai di sini, kita tahu, kesungguhan Jose Rizal Manua mengayomi anak-anak melalui teater, adalah sesuatu yang patut kita apresiasi.

Dalam Festival Nasional Teater Anak-anak 2015, Jose Rizal Manua menjadi salah seorang juri. Mendikbud Anies Baswedan, sebagaimana dituturkan Jose Rizal Manua, mengajaknya berdiskusi untuk mengembangkan pendidikan sains kepada pelajar melalui teater. Menurut Anies Baswedan, melalui teater, anak-anak terlibat aktif secara fisik, rasio, dan emosi. Hal ini tentu akan membantu mereka memahami materi pelajaran yang diajarkan. Wah, sebuah langkah pendidikan yang menggembirakan.

Dengan kreatif, Jose Rizal Manua menciptakan suasana latihan yang menyenangkan bagi anak-anak usia 6-14 tahun tersebut. Mereka antusias mengikuti latihan, dengan penuh riang-gembira. Sementara, orangtua mereka menunggui di seputar tempat latihan, yang dengan senang hati menyaksikan perkembangan kreativitas buah hati mereka. Sebuah proses pendidikan di ruang terbuka, sebuah alternatif bagi orangtua. Foto: isson khairul

Apresiasi Seni untuk Anak

Kita mengenal Tika Bravani, yang memerankan tokoh Fatmawati, dalam film Soekarno: Indonesia Merdeka. Ia lulusan Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Semasa SMP dan SMA, Tika Bravani menyukai seni peran dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler teater. Perempuan kelahiran Denpasar, 17 Februari 1990 tersebut, juga mengikuti ajang pemilihan Abang None Jakarta, tahun 2009. Tika Bravani barangkali menjadi salah satu contoh, dari apa yang dikemukakan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan.

Ia mengatakan, mendorong anak-anak berteater, bukan berarti pendidikan kita diarahkan untuk mencetak seniman, melainkan agar anak-anak mampu mengapresiasi kesenian. Agar mereka mampu menyerap nilai-nilai dari seni dan budaya[3]. Kacung Marijan mengungkapkan hal itu ketika menghadiri Festival Nasional Teater Anak-anak 2015, yang diikuti 34 kelompok teater dari 34 provinsi di Indonesia[4]. Festival ini wujud apresiasi kepada kelompok teater di daerah, khususnya teater anak-anak. Lewat kegiatan seperti ini, jiwa seni anak-anak ditumbuhkan.

Dari pengalaman Jose Rizal Manua mengelola Teater Tanah Air sejak 14 September 1988, ia mendapatkan banyak apresiasi dari orangtua yang mengikutkan anak mereka di Teater Tanah Air. ”Mereka bilang, anak mereka jadi lebih percaya diri. Selain itu, mereka juga jadi lebih toleran saat bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya,” ujar Jose Rizal Manua, yang juga meluangkan waktu untuk berdialog dengan para orangtua dari anak-anak asuhannya.

Para orangtua tersebut umumnya menunggui anak mereka latihan teater. Anak-anak itu sudah merasa menjadi keluarga besar. Karena rentang usia anak-anak di Teater Tanah Air 6-14 tahun, Jose Rizal Manua selalu menanamkan kesadaran kepada anak asuhannya, agar yang lebih tua membimbing yang lebih muda. Ini sisi lain dari proses pendidikan yang berlangsung alamiah di sana. Yang mengesankan, meski mereka berasal dari latar belakang yang beragam, dengan jenjang pendidikan yang juga beragam, toh mereka senantiasa kompak dalam berteater.

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Jakarta, 28 November 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun