Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak-anak Pantang Menyerah di Teater Tanah Air, Sebuah Edukasi Alternatif

28 November 2015   11:16 Diperbarui: 28 November 2015   11:39 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak Teater Tanah Air terus berlatih, tiap minggu. Dari sinilah mereka menjelajah panggung festival teater anak sedunia, hingga sukses meraih penghargaan internasional. Jumat, 4 Desember 2015, Teater Tanah Air akan memanggungkan Lautan Merah Putih di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl. Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat. Ada dua kali pertunjukan: pukul 14.00 WIB dan 16.30 WIB. Naskah ditulis oleh budayawan Putu Wijaya dan disutradarai Jose Rizal Manua. Foto: isson khairul

Anak-anak tetaplah anak-anak. Main kejar-kejaran saat upacara bendera. Juga, menari sembari tertawa-tawa. Mereka berimajinasi secara leluasa. Lalu, apa maknanya selembar bendera?

Jawaban atas pertanyaan itulah yang dikemas Jose Rizal Manua, menjadi tontonan segar. Menghibur sekaligus mendidik. Ada sekitar 60 anak, dengan rentang usia 6-14 tahun, yang membawakan tontonan ini. Mereka, dengan imajinasi masing-masing, menunjukkan kepada kita, betapa anak-anak memiliki cara yang khas untuk menggugah kita, tentang makna berbangsa serta bernegara.

Pantang Menyerah untuk Mendunia

Ke-60 anak-anak itu adalah anak asuhan Jose Rizal Manua di Teater Tanah Air, Jakarta. Sejak bulan Maret lalu, mereka telah berlatih tiap minggu, karena rencananya tontonan Lautan Merah Putih tersebut, akan mereka mainkan pada 17 Agustus 2015, menyambut Proklamasi Kemerdekaan. Tapi, apa hendak dikata, belum ada pihak yang berminat mensponsori tontonan itu. Berhentikah mereka berlatih? “Tidak. Kami tetap latihan tiap minggu. Bukankah spirit bendera Merah Putih adalah spirit pantang menyerah?” ujar Jose Rizal Manua balik bertanya, saat mereka latihan di emperan Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada Minggu, 22 November 2015, lalu.

Teater Tanah Air memang sejak dulu selalu latihan di emperan, di ruang publik yang terbuka. “Sejak didirikan 14 September 1988, Teater Tanah Air adalah teater kehidupan, sebagai ranah pendidikan untuk anak-anak,” ungkap Jose Rizal Manua. Dari emperan itulah, Teater Tanah Air berlatih menanamkan sendi-sendi kehidupan berteater kepada anak-anak. Ada kalanya juga, mereka latihan di area parkiran, masih dalam kawasan TIM. Kadangkala, mereka latihan di pinggir kali, di belakang TIM.

Dan, dari emperan itu pulalah, mereka berhasil tampil di berbagai festival teater anak-anak sedunia, hingga mereka sukses meraih penghargaan internasional, antara lain: The Best Performance pada The Asia-Pacific Festival of Children’s Theatre di Toyama-Jepang, tahun 2004, The Best Performance pada 9Th World Festival of Children’s Theatre di Lingen (Ems)-Jerman, tahun 2006, The Best Performance pada 10Th World Festival of Children’s Theatre di Moscow-Rusia, tahun 2008, serta The Best Performance pada International Children’s Festival of Performing Arts di New Delhi-India, tahun 2013.

Pada Jumat, 4 Desember 2015, Teater Tanah Air akan memanggungkan Lautan Merah Putih di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl. Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat. Ada dua kali pertunjukan: pukul 14.00 WIB dan 16.30 WIB. Naskah pertunjukan ini ditulis oleh budayawan Putu Wijaya. Pementasan ini didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Pusat Kesenian Jakarta (PKJ). Dalam konteks pendidikan anak-anak melalui teater, bila ada pihak yang hendak berpartisipasi, silakan menghubungi Teater Tanah Air di Whatsapp 0811-1683-614.

Jose Rizal Manua sebagai pengasuh, pembimbing, dan pembina Teater Tanah Air, dengan telaten mendampingi anak-anak asuhannya. Ia lebih dari seorang guru, yang senantiasa memberi ruang kreatif, hingga anak-anak tersebut leluasa mengembangkan kreativitas mereka. Melalui teater, ia mendidik anak-anak untuk menemukan jati diri mereka, agar mereka memiliki rasa percaya diri mengarungi kehidupan ini. Guntingan berita di atas, dari Harian Kompas, edisi Minggu, 18 Oktober 2015. Foto: isson khairul

Teater Penting Bagi Pendidikan

Kita tahu, di Teater Tanah Air, Jose Rizal Manua, sesungguhnya adalah seorang pendidik. Ia menempatkan dirinya sebagai guru kehidupan, yang mewadahi serta mengakomodir imajinasi anak-anak. Harian Kompas menyebutnya sebagai magma teater anak Indonesia[1]. Julukan tersebut, bukanlah hal yang berlebihan. Karena, sejak 14 September 1988, melalui Teater Tanah Air, Jose Rizal Manua tiada henti mengembangkan kreativitas anak-anak melalui teater. Anak-anak usia 6-14 tahun, ia ayomi dengan sepenuh hati. Ia bawa untuk menjelajah panggung-panggung festival teater kelas dunia.

Apa pentingnya teater bagi pendidikan anak? Anies Baswedan[2], Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menjawabnya dalam Festival Nasional Teater Anak-anak 2015, yang digelar 31 Agustus hingga 3 September lalu, di TIM. ”Kalau ada anak-anak yang berminat di bidang teater, tolong didorong. Ini kesempatan untuk menumbuhkan kreativitas mereka,” pesan Mendikbud, Anies Baswedan, saat itu. Teater, menurut Anies Baswedan, adalah bagian dari pendidikan kesenian, yang menumbuhkan banyak potensi pada anak.

Ketika tampil di panggung, kata Anies Baswedan, itu adalah proses bagi anak untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya. Melalui teater, anak-anak latihan olah fisik sekaligus berlatih olah rasa. Tubuh, pikiran, kata-kata, perbuatan, dan imajinasi mereka menyatu dalam aktivitas teater. Karena itulah, Anies Baswedan menyayangkan, dalam pendidikan kesenian di berbagai sekolah, teater sering diabaikan. Sampai di sini, kita tahu, kesungguhan Jose Rizal Manua mengayomi anak-anak melalui teater, adalah sesuatu yang patut kita apresiasi.

Dalam Festival Nasional Teater Anak-anak 2015, Jose Rizal Manua menjadi salah seorang juri. Mendikbud Anies Baswedan, sebagaimana dituturkan Jose Rizal Manua, mengajaknya berdiskusi untuk mengembangkan pendidikan sains kepada pelajar melalui teater. Menurut Anies Baswedan, melalui teater, anak-anak terlibat aktif secara fisik, rasio, dan emosi. Hal ini tentu akan membantu mereka memahami materi pelajaran yang diajarkan. Wah, sebuah langkah pendidikan yang menggembirakan.

Dengan kreatif, Jose Rizal Manua menciptakan suasana latihan yang menyenangkan bagi anak-anak usia 6-14 tahun tersebut. Mereka antusias mengikuti latihan, dengan penuh riang-gembira. Sementara, orangtua mereka menunggui di seputar tempat latihan, yang dengan senang hati menyaksikan perkembangan kreativitas buah hati mereka. Sebuah proses pendidikan di ruang terbuka, sebuah alternatif bagi orangtua. Foto: isson khairul

Apresiasi Seni untuk Anak

Kita mengenal Tika Bravani, yang memerankan tokoh Fatmawati, dalam film Soekarno: Indonesia Merdeka. Ia lulusan Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Semasa SMP dan SMA, Tika Bravani menyukai seni peran dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler teater. Perempuan kelahiran Denpasar, 17 Februari 1990 tersebut, juga mengikuti ajang pemilihan Abang None Jakarta, tahun 2009. Tika Bravani barangkali menjadi salah satu contoh, dari apa yang dikemukakan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan.

Ia mengatakan, mendorong anak-anak berteater, bukan berarti pendidikan kita diarahkan untuk mencetak seniman, melainkan agar anak-anak mampu mengapresiasi kesenian. Agar mereka mampu menyerap nilai-nilai dari seni dan budaya[3]. Kacung Marijan mengungkapkan hal itu ketika menghadiri Festival Nasional Teater Anak-anak 2015, yang diikuti 34 kelompok teater dari 34 provinsi di Indonesia[4]. Festival ini wujud apresiasi kepada kelompok teater di daerah, khususnya teater anak-anak. Lewat kegiatan seperti ini, jiwa seni anak-anak ditumbuhkan.

Dari pengalaman Jose Rizal Manua mengelola Teater Tanah Air sejak 14 September 1988, ia mendapatkan banyak apresiasi dari orangtua yang mengikutkan anak mereka di Teater Tanah Air. ”Mereka bilang, anak mereka jadi lebih percaya diri. Selain itu, mereka juga jadi lebih toleran saat bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya,” ujar Jose Rizal Manua, yang juga meluangkan waktu untuk berdialog dengan para orangtua dari anak-anak asuhannya.

Para orangtua tersebut umumnya menunggui anak mereka latihan teater. Anak-anak itu sudah merasa menjadi keluarga besar. Karena rentang usia anak-anak di Teater Tanah Air 6-14 tahun, Jose Rizal Manua selalu menanamkan kesadaran kepada anak asuhannya, agar yang lebih tua membimbing yang lebih muda. Ini sisi lain dari proses pendidikan yang berlangsung alamiah di sana. Yang mengesankan, meski mereka berasal dari latar belakang yang beragam, dengan jenjang pendidikan yang juga beragam, toh mereka senantiasa kompak dalam berteater.

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Jakarta, 28 November 2015

--------------------------

Sekali waktu, datanglah ke TIM, Jakarta. Tiap Minggu sore, di teras gedung Graha Bhakti Budaya (GBB), salah satu gedung pertunjukan di sana, kelompok teater anak-anak, Teater Tanah Air, latihan di sana.

http://www.kompasiana.com/issonkhairul/dari-ruang-terbuka-di-tim-jakarta-teater-tanah-air-jadi-juara-festival-dunia_560bdc43337b61bc0a67bd5c

Dengan alat peraga berupa makanan tradisional, mahasiswi Sanata Dharma, Yogyakarta, mengajak anak-anak bermain hitung-hitungan, lengkap dengan perkalian dan pembagian.

http://www.kompasiana.com/issonkhairul/sains-sejak-dini-studi-matematika-dengan-tempe-dan-apem-di-pinggir-kali_55f57c2ed19273aa048b4567

--------------------------

[1] Anak-anak suka belajar, tetapi jangan digurui. Kalau digurui, mereka melakukan yang disuruh, padahal mereka memiliki energi yang berbeda dan yang unik, melebihi dari apa yang disuruh. Yang terpenting, bagaimana menggali sumber api yang ada dalam diri anak-anak, sehingga mereka hadir dengan keberagaman. Tidak diintervensi. Selengkapnya, silakan baca Jose Rizal, Magma Teater Anak, yang dilansir print.kompas.com, pada Minggu | 18 Oktober 2015.

[2] Mendikbud Anies Baswedan meminta orang tua dan guru memerhatikan pendidikan seni teater, untuk menunjang pembangunan pendidikan di tanah air. Anies Baswedan meminta hal tersebut, saat meresmikan Festival Nasional Teater Anak Anak (FNTA) di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, pada Senin (31/8/2015). Selengkapnya, silakan baca Buka Festival Teater Anak, Mendikbud Himbau Orang Tua dan Guru Perhatikan Seni Teater, yang dilansir mediaindonesia.com, pada Senin l 31 Agustus 2015.

[3] Seni teater adalah satu instrumen yang penting untuk proses pembelajaran bagi siswa. Melalui teater, mereka punya kesempatan untuk membangun rasa percaya diri, memiliki kemampuan untuk menumbuhkan simpati dan empati. Selengkapnya, silakan baca Teater Nasional Anak, Instrumen Seni Bagi Buah Hati, yang dilansir majalahkartini.co.id, pada Senin | 31 Agustus 2015 | 17:15 WIB.

[4] Sebanyak 510 siswa mementaskan cerita daerah dalam Festival Nasional Anak-anak 2015. Siswa berusia 8-13 tahun yang mengikuti festival itu adalah perwakilan dari sanggar atau sekolah di 34 provinsi di Indonesia. Selengkapnya, silakan baca 510 Siswa Pentaskan Cerita Daerah dalam Festival Nasional Anak 2015, yang dilansir print.kompas.com, pada Senin Siang | 31 Agustus 2015 l 15:44 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun