Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

2 Buku Baru dari Kompasianer Peniti Community, sebagai Life Investment

24 Agustus 2015   08:20 Diperbarui: 24 Agustus 2015   08:20 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Selasa l 25 Agustus 2015 l 15.30 WIB tersebut, selain membedah buku Refleksi 70 Tahun Indonesia, juga akan dibedah buku Catatan Kecil Perjalanan PNPM-MPd, yang merupakan karya perseorangan, Iskandar Zulkarnain[6], yang tentu saja juga seorang Kompasianer. Dalam konteks memperingati hari-hari Proklamasi Kemerdekaan ke-70 tahun, secara content, kedua buku tersebut sesungguhnya berkelindan, saling kait-mengait, saling melengkapi. Bukankah dalam kekinian, gerakan membangun Indonesia, dimulai dari daerah?

Mulai tahun 2016, Presiden Joko Widodo menjanjikan perubahan politik anggaran. Dana Desa menjadi Rp 47 triliun[7]. Dengan kata lain, pendulum anggaran negara, mulai bergeser dari pusat ke daerah. Artinya, pada tahun depan, anggaran negara akan lebih berorientasi ke daerah. Tidak saja berupa peningkatan alokasi dana transfer, tetapi strukturnya juga diubah. Hal itu ditujukan agar lebih mendorong pembangunan desa dan daerah. Dalam kata-kata Joko Widodo, membangun Indonesia dari pinggiran, dari daerah dan desa.

Maka, sejumlah tulisan Iskandar Zulkarnain dalam Catatan Kecil Perjalanan PNPM-MPd tersebut, menjadi bagian dari upaya kita untuk memahami berbagai realitas di daerah. Karena, ia terlibat langsung dengan masyarakat setempat. Ia mencerna segenap aspirasi masyarakat daerah. Kemudian, ia menuliskannya untuk kita. Sebagai orang lapangan, yang berkecimpung dengan aktivitas masyarakat di pedesaan, Iskandar Zulkarnain selama ini telah menjadi mata dan telinga Kompasiana dalam menyerap dinamika pedesaan yang sesungguhnya.

Kita tahu, ada 74.093 desa di seluruh Indonesia. Agar dana desa yang telah digulirkan pemerintah benar-benar bermanfaat bagi desa, pemerintah mengerahkan 12.000 orang sebagai pendamping dana desa. Mereka ini sebelumnya adalah pendamping Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, yang disingkat PNPM Mandiri[8]. Mereka inilah yang bertugas mendampingi penggunaan dana desa dan membantu menyusun pelaporan dana desa. Dari Iskandar Zulkarnain, melalui berbagai tulisannya, kita sesungguhnya sedang memahami Indonesia dari pinggiran, dari daerah dan desa.

Ini kenang-kenangan pada Kompasianival 2014 di Taman Mini Indonesia Indah. Foto kiri, sebagian kerabat-kerja Kompasianer Peniti Community (KPC) mengacungkan sejumlah buku, sebagai upaya untuk menggugah kita agar terus berkarya. Foto kanan, Thamrin Sonata, Roselina Tjiptadinata, Tjiptadinata Effendi, dan Kompasianer (maaf lupa namanya) berfoto bersama di depan bunga papan kiriman Pak Tjip dan Bu Tjip untuk memeriahkan Kompasianival 2014. Foto: koleksi thamrin sonata

Buku Keroyokan, Buku Perseorangan

Menerbitkan buku keroyokan dan buku perseorangan adalah bagian dari dedikasi Kompasianer Peniti Community (KPC) untuk mewadahi keragaman ekspresi para Kompasianer. Pada buku keroyokan Refleksi 70 Tahun Indonesia, misalnya. Karena penulisnya berasal dari berbagai disiplin ilmu, beragam profesi, dan malah sebagian bermukim di berbagai negara di dunia, maka pemaknaan mereka tentang 70 Tahun Indonesia, tentulah colour full. Melalui buku ini, mereka berupaya menginspirasi pembaca, sebagai bagian dari langkah untuk merawat rasa kebangsaan kita.

Pada buku perseorangan Catatan Kecil Perjalanan PNPM-MPd dari Iskandar Zulkarnain, misalnya, juga tidak kalah colour full. Tiap desa memiliki dinamikanya sendiri. Tiap aktivitas juga merefleksikan spirit keindonesiaan yang mengesankan. Dalam konteks perseorangan, keragaman serta kedalaman materi dari sejumlah tulisan Iskandar Zulkarnain, relatif memadai untuk disatukan menjadi sebuah buku. Ini salah satu dari buku perseorangan yang sudah diterbitkan Kompasianer Peniti Community (KPC), di samping buku Beranda Rasa Pak Tjip dan Penjaga Rasa Bu Tjip.

Dalam konteks penerbitan buku, keroyokan maupun perseorangan, memiliki dinamika tersendiri bagi Thamrin Sonata, yang mengelola KPC secara day to day. Dengan rasa humornya yang tinggi dan semangatnya untuk membangun kebersamaan yang meluap-luap, segala bentuk galau bisa ia sisihkan, hingga ia tetap leluasa mengedepankan kreativitas. Urusan pribadi, kesibukan berkomunitas, dan kelanggengan berkarya, masing-masing punya slot. Tidak bercampur-baur.  

Okelah, kita tentu menyadari, masih banyak hal yang harus dibenahi di negeri ini. Bukan hanya oleh penyelenggara negara, tapi juga oleh kita sebagai warga negara. Inspirasi dari 30 penulis dalam buku tersebut, mungkin tidak cukup untuk merangkum, betapa luar biasa sesungguhnya tanah kelahiran kita. Demikian juga dengan catatan perseorangan Iskandar Zulkarnain. Meski semua itu belum sebanding dengan perjuangan dan pengorbanan para pendahulu, setidaknya mereka telah berupaya menggugah kita untuk merawat Indonesia, secara bersama-sama.

Jakarta, 24 Agustus 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun