[7] Sekarang, masyarakat Bali sudah sesak, diperparah lagi dengan suasana konflik sosial, khususnya konflik yang terjadi di tengah-tengah kemiskinan yang semakin merambah naik. Selengkapnya, silakan baca Guru Besar Unud nilai Bali dilanda ketimpangan sosial ekonomi, yang dilansir antaranews.com, pada Minggu l 26 Juli 2015 l 11:27 WIB.
[8] Tentang hal ini, pada tahun 2002, dua ekonom Bank Dunia, David Dollar dan Aart Kraay, memublikasikan makalah dengan judul Growth is Good for the Poor. Dengan menggunakan data 92 negara, mereka menunjukkan, bahwa rata-rata pendapatan masyarakat 20 persen termiskin, selalu naik seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Selengkapnya, silakan baca Ketimpangan dan Pertumbuhan, yang dilansir print.kompas.com, pada Selasa | 11 Agustus 2015.
[9] Jumlah rumah tangga petani, terus mengecil, namun jumlah petani gurem terus meningkat. Hal itu membuktikan bahwa konsep pembangunan yang tidak seimbang di Bali, ternyata telah gagal mensejahterakan masyarakat setempat. Selengkapnya, silakan baca Bali Perlu Mengubah Paradigma Pembangunan Tidak Seimbang, yang dilansir beritasatu.com, pada Rabu l 27 Agustus 2014 | 09:28 WIB.
[10] Selengkapnya, silakan baca Pendapatan Perkapita Penduduk Bali Meningkat, Jumlah Warga Miskin Juga Bertambah, yang dilansir balisaja.com, pada Kamis l 9 April 2015.
[11] Tantangan kelesuan di bidang ekonomi yang mulai mendera sejak awal tahun, ternyata belum berhasil diatasi sepenuhnya oleh pemerintah. Selengkapnya, silakan baca Kebijakan Ekonomi Masih Parsial, yang dilansir print.kompas.com, pada Rabu | 29 Juli 2015.
[12] Selengkapnya, silakan baca Masih Banyak Kemiskinan, Cita-cita Bung Hatta Belum Tercapai, yang dilansir kompas.com, pada Senin l 17 Agustus 2015 | 12:30 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H