Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Abraham Samad Lawan Istana dan Pembela Budi Gunawan

14 Januari 2015   16:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:10 3165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Budi Gunawan digadang-gadang menjadi calon tunggal Kapolri, suara sumbang bergema di mana-mana. Khususnya, mengenai keterkaitannya dengan kasus Rekening Gendut serta keganjilan proses penunjukannya. Para pembela merapatkan barisan dan melontarkan argumen habis-habisan. Ada yang terkesima.

Tapi kemudian, terhenyak setelah KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi. Proses hukum memang baru dimulai. Sejumlah pernyataan yang dilansir media, antara lain, dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, politisi PDIP Trimedya Panjaitan, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri Ronny F. Sompie, dan Ketua Fraksi PPP Hasrul Azwar yang ditabulasi berikut ini, setidaknya menggambarkan sikap mereka terhadap Budi Gunawan.

1421202328677701605
1421202328677701605

Arus Suara Istana

Di tengah gencarnya upaya pemberantasan korupsi dan semangat transparansi, penunjukan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri, menuai sejumlah kecaman. Terutama, karena tidak dilibatkannya KPK dan PPATK dalam proses seleksi orang nomor satu di jajaran kepolisian tersebut. Istana bersikukuh bahwa tahapan yang dilakukan, sudah sesuai prosedur. Kandang Banteng juga tak kalah dengusnya untuk membenarkan langkah yang sudah ditempuh.

Presiden memang punya hak prerogatif tapi itu bukan alasan untuk tak mendengarkan suara publik. Bukankah yang akan dipilih adalah pejabat publik, yang diharapkan akan membela hak-hak publik? Para pelindung di balik hak prerogatif tampaknya memilih berseberangan dengan publik, demi bergantung pada kekuasaan.

Setelah KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi, sejumlah pernyataan yang dilansir media, antara lain, dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, Sekretaris Kabinet Andi Wijayanto, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, dan Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang ditabulasi berikut ini, setidaknya memberikan gambaran relevansi sikap mereka terhadap Budi Gunawan, terkait jabatan yang mereka sandang.

14212024001761121489
14212024001761121489

Jakarta, 14-01-2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun