Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Operasi Pasar Beras, Solusi Sesaat dengan Aneka Sebab

27 Februari 2015   05:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:26 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada Sebab, Ada Akibat

Apa sebenarnya yang menjadi penyebab meroketnya harga beras? Sebagaimana dicantumkan di Tabel 1, menurut Rachmat Gobel, kenaikan harga beras disebabkan adanya pedagang beras yang bermain di balik kenaikan harga tersebut. Ada 1.800 ton beras masuk ke Pasar Cipinang, Jakarta Timur, tetapi tidak melalui deliver order (DO) dari gudang Bulog. Temuan Rachmat Gobel tersebut, bisa menjadi salah satu indikator.

Tapi, benarkah karena 1.800 ton beras tanpa DO itu yang menjadi penyebab meroketnya harga beras di berbagai wilayah di tanah air? Dibutuhkan pembuktian yang komprehensif, tentunya. Penyebab lain, sebagaimana dikemukakan Ahmad Imron, pedagang beras di Pasar Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur, stok beras kosong sejak sepekan. Ia menghubungi pemasok di Pulau Jawa dan Sulawesi tapi nihil. Menurut Ahmad, biasanya, selalu ada stok dan pengiriman tidak pernah telat. Tapi, sejak satu minggu ini, tidak ada kiriman beras.

Bila mengacu pada hukum ekonomi, beras terbatas, permintaan tinggi, maka otomatis harga melambung. Artinya, penyebab naiknya harga beras, karena kurang atau tidak adanya pasokan. Kondisi tersebut sama dengan yang terjadi di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. ”Pasokan beras di Cipinang itu normalnya 3 ribu ton per hari, sekarang kondisinya cuma 500-600 ton,” tutur Nelly Soekidi, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta. Otomatis, harga beras meroket.

Bila mengacu kepada penegasan Jokowi bahwa stok beras kita cukup sampai masa panen nanti, maka faktor distribusi beras yang cukup dan tepat waktu, nampaknya menjadi faktor utama yang menyebabkan harga beras tidak wajar. Pengetahuan serta pemahaman tentang faktor penyebab naiknya harga beras oleh beberapa pejabat seperti ditampilkan di Tabel 2, tentulah sesuatu yang memprihatinkan.

Harap diingat, naiknya harga beras adalah akibat. Operasi Pasar adalah akibat. Kedua hal itu adalah akibat. Yang seharusnya dicermati pihak yang berwenang adalah apa yang menjadi penyebab. Ada pembeda yang jelas antara sebab dan akibat. Jika penyebabnya tidak mereka pahami dengan benar, bagaimana mungkin mereka mencarikan solusi yang cespleng untuk menstabilkan harga beras?

[caption id="attachment_353115" align="aligncenter" width="658" caption="Tabel 3. Ada 17 nara sumber yang terkait dengan content yang relevan dengan beras. Dari ke-17 nara sumber tersebut, ada 7 nara sumber yang memberikan pendapat tentang penyebab naiknya harga beras belakangan ini. Itu saya temukan dari penelusuran terhadap kompas.com edisi Rabu, 25 Februari 2015, yang menayangkan 442 content di 45 page hari itu. Sumber Petikan dan Foto: kompas.com edisi Rabu, 25 Februari 2015"]

14249640731315713978
14249640731315713978
[/caption]

Mengapa Sebab, Kenapa Akibat

Situasi dan kondisi perberasan di masing-masing wilayah, berbeda-beda. Pemahaman pejabat yang berwenang tentang penyebab naiknya harga beras di lingkup tugas masing-masing, tentulah salah satu hal yang memegang peranan penting. Dengan demikian, mereka bisa mengantisipasi serta mencarikan solusi, sesuai dengan beban tugas yang mereka emban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun