Mohon tunggu...
ISSAM MUHAMMAD RAYHAN
ISSAM MUHAMMAD RAYHAN Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Manusia yang hobi berpikir dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Terjebak di Hyper Reality

7 Maret 2019   12:21 Diperbarui: 7 Maret 2019   12:45 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

atau

"Ah pokoknya Jokowi-Ma'ruf yang menang!"

"Ah Prabowo-Sandi dong yang menang!"

Teman-teman yang saya hormati, selamat datang di hyper-reality dimana kita semua sudah terjebak di satu ruang dan kita anggap kita sedang berada di dunia yang nyata. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita memang sudah terjebak di hyper-reality, karena kita bergantung dengan teknologi, hanya saja bagaimana sikap kita menghadapi arus dari teknologi itu sendiri.

Bukan suatu kesalahan jika kita terjebak di dalam hyper-reality, seperti yang sudah saya bilang, tergantung bagaimana sikap kita dalam menghadapinya. Tapi masalahnya, apakah kita bisa? Bagaimana dengan yang tidak bisa? Mereka yang lebih famous di dunia maya, mereka yang lebih di segani dan di junjung tinggi di dunia maya, mereka yang benar-benar sudah terjebak di dalam lubang yang sangat dalam dan nyaman di sana.

Apakah kalian pernah melihat meme tentang perbandingan antara kehidupan kalian di dunia maya dan di dunia nyata? Disaat kalian sangat terkenal di dunia maya, tapi di saat kalian meninggal, tidak ada satu pun orang yang melayat kalian karena tidak tahu kalian itu tinggal dimana, atau lebih jelasnya, mereka gak dekat dengan kalian. Mereka hanya pengagum kalian di dunia maya. Sungguh miris sebenarnya,

Banyak orang-orang yang menggunakan sosial media sebagai platform mereka untuk menunjukkan eksistensi diri mereka. Saya ambil contoh kalau dia laki-laki, dengan karakter yang bijak, atau pandai membuat rangkaian kata yang bisa di retweet oleh kawula muda. Atau seorang perempuan cantik tidak bercelah, menunjukkan screenshot DM Instagram nya yang berisi pujian dari laki-laki penggoda yang lucknut.

Tidak sedikit juga orang yang menggunakan identitas orang lain untuk merubah diri jadi orang yang identitasnya di curi, kalau kalian nonton film Identity Thief kalian pasti akan ngakak, eh maksudnya mengerti.

Satu lagi yang membuat saya miris dengan orang yang sudah terlalu dalam terjebak di dalam hyper-reality adalah, ketika ketidak-aslian yang dibuat oleh manusia yang membuat mereka jadi berbeda. Contoh yang bisa di ambil dan paling mudah untuk dimengerti adalah aplikasi untuk mempercantik diri. Sudah banyak aplikasi yang dibuat untuk mempercantik diri, atau untuk menambah kepercayaan diri seseorang lewat aplikasi yang dibuat sedemikian rupa untuk membuat kita semakin 'palsu'.

"Ah, sirik aja lu! Gak bisa apa diemin aja urusan kita!"

"Biarin aja, lah! Yang cantik/ganteng kan gue!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun