Mohon tunggu...
Isra Amin Ali
Isra Amin Ali Mohon Tunggu... Wiraswasta - KTP

"Dari BANDA NEIRA Menjadi INDONESIA"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Welvaren, Napak Tilas Sejarah Perk dan Perkenier Pala di Banda Neira

13 September 2024   20:13 Diperbarui: 14 September 2024   14:50 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa bagian Perk Welvaren yang rusak berat | Sumber: Dokumentasi Pribadi

Perk Welvaren memliki luasan 86 Ha, berada di urutan kedua dari sisi luas setelah Perk Westklip yang memiliki luas 140 Ha. Pala dan Fully yang dihasilkan dari Perk-Perk ini fluktuatif karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: bencana alam (gempa bumi, letusan gunung api, dan badai), kekurangan tenaga kerja, penyakit, keterbatasan modal, serta situasi perang turut memberikan andil.

Para Pekerja di Perk Pala sedang memanen Pala Tahun 1899 | Sumber: WikimediaCommons
Para Pekerja di Perk Pala sedang memanen Pala Tahun 1899 | Sumber: WikimediaCommons

Perk Welvaren dari masa ke masa sering berganti kepemilikan dan pengelola. ercatat di tahun 1872 pemilik Perk Welvaren adalah seorang berkebangsaan Belanda yang bernama C.J. Fedder dengan Administrator Perkebunan yaitu F.B.P. Struby. 

Jumlah pohon Pala dalam kawasan Perk Welvaren di tahun itu sebanyak 14.300 pohon produktif dan 1.950 pohon muda, dengan jumlah pekerja sebanyak 87 orang (sebagian besar adalah kuli kontrak dan orang buangan dari berbagai daerah akibat perang melawan Belanda). 

Selain itu ada juga warga lokal yang bekerja secara musiman sesuai kebutuhan. Terdapat juga 13 pekerja professional seperti, Administrator, Asisten Administrator, Mandor, Tenaga Medis, Akuntan, Klerk, dan lain-lain.

Sejak tahun 1852 produksi Pala di Pulau Ay dan khususnya di Perk Welvaren mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena mendapat tambahan jumlah pekerja dan dukungan lainnya dari Pemerintah Kolonial Belanda. Kondisi ini membuat kehidupan para Perkenier (pemilik perkebunan) dan keluarganya menjadi makmur dan sejahtera sesuai dengan nama Perk mereka yaitu "Welvaren".

Para Pekerja sedang melakukan penyortiran biji Pala | Sumber: Troppenmuseum
Para Pekerja sedang melakukan penyortiran biji Pala | Sumber: Troppenmuseum

Situasi menjadi berubah ketika berkecamuk Perang Dunia II (1937-1945), di mana ekspor pala ke pasar-pasar potensial menjadi terhambat akibat perang, dan puncaknya pada tanggal 12 April 1942 ketika tentara Jepang behasil mencapai Kepulauan Banda dan berhasil menguasai semua pulau. 

Seluruh Perkenier dan warga keturunan Belanda ditawan oleh Jepang, kebun-kebun pala terbengkalai. Jepang tidak bisa berbuat apa-apa karena Pala tidak bisa diekspor dan tidak bisa dimakan oleh tentaranya. 

Banyak pohon pala yang rusak akibat ditebang dan digantikan dengan tanaman pangan/hortikultura untuk kebutuhan logistik tentara, juga untuk ketahanan pangan bagi warga lokal.

Dampak dari perang merubah kehidupan para Perkenier yang tadinya penuh kemewahan, sejahtera dan makmur, menjadi menderita. Pala dan fully tidak lagi sewangi dulu dan memberikan kehidupan yang menjanjikan. Banyak Perkenier dan keluarganya yang memilih Kembali ke Negeri Belanda, ke Batavia dan kota-kota lainnya yang dianggap lebih menjanjikan kehidupan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun