Situasi menjadi berubah ketika berkecamuk Perang Dunia II (1937-1945), dimana ekspor pala ke pasar-pasar potensial menjadi terhambat akibat perang, dan puncaknya pada tanggal 12 April 1942 ketika tentara Jepang behasil mencapai Kepulauan Banda dan berhasil menguasai semua pulau. Seluruh Perkenier dan warga keturunan Belanda ditawan oleh Jepang, kebun-kebun pala terbengkalai, Jepang tidak bisa berbuat apa-apa karena Pala tidak bisa diekspor dan tidak bisa dimakan oleh tentaranya. Banyak pohon pala yang rusak akibat ditebang dan digantikan dengan tanaman pangan/hortikultura untuk kebutuhan logistik tentara juga untuk ketahanan pangan bagi warga lokal.
Dampak dari perang merubah kehidupan para Perkenier yang tadinya penuh kemewahan, sejahtera dan makmur, menjadi menderita. Pala dan fully tidak lagi sewangi dulu dan memberikan kehidupan yang menjanjikan. Banyak Perkenier dan keluarganya yang memilih Kembali ke Negeri Belanda, ke Batavia dan kota-kota lainnya yang dianggap lebih menjanjikan kehidupan yang lebih baik.
Kini puing-puing Bangunan Perk Welvaren menjadi saksi bisu haru birunya berbagai episode dari drama kehidupan yang pernah terjadi silih berganti antara kaum Penjajah dan kaum Terjajah. Welvaren memberikan pelajaran hidup yang berharga dimana berbagai suku bangsa menyatu dalam perjuangan untuk bertahan hidup juga untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran.
Sebuah Catatan dari Pulau Ay - Banda Neira
Oleh  : Isra Amin Ali
(Pemerhati Sejarah dan Budaya Banda Neira)