Mohon tunggu...
Isra Amin Ali
Isra Amin Ali Mohon Tunggu... Wiraswasta - KTP

"Dari BANDA NEIRA Menjadi INDONESIA"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Film "Gadis di Ruang Tunggu" Dalam Pandangan Teori Interaksionisme Simbolik, Herbert Blumer

6 November 2019   13:25 Diperbarui: 6 November 2019   13:30 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Hanah dalam pandangan Blumer pada adegan film ini yaitu

  • Ketika melihat dan mendengar Jaka masuk ke dalam ruang tunggu pasien dengan tergesa-gesa,  suara yang keras, membentak dan dengan ekspresi yang kurang bersahabat, ketika jaka duduk di sampingnya, Hanah hanya tersenyum dan menggeleng-geleng kepalanya setelah itu ia mencoba membangun komunikasi dengan Jaka dengan bertanya mengenai penyakitnya, keberadaan istrinya serta masalah yang dihadapinya, Jaka menjawab seluruh pertanyaan Hanah dengan suara keras dan bahkan samping membanting benda yang ada didekatnya, tanggapan Hana cukup tegas dan datar sekaligus merupakan kritik kepada Jaka akan kekasarannya, atas komunikasi itu Hanah mengetahui dengan jelas masalah yang dihadapai dan akhirnya membantu Jaka dengan cara menukar kartu antriannya supaya Jaka lebih duluan diperiksa oleh dokter.  Dari sini terlihat bahwa lewat kontak dan komunikasi dengan Jaka akhirnya Hanah bisa memaknai masalah yang dihadapi oleh Jaka dan menawarkan bantuan dengan cara menukar kartu antrian.
  • Ketika mendengar pertengkaran antara Jaka dan Oma, Hanah tersenyum dan tertawa, melihat ekspresinya itu Jaka tersinggung dan membentaknya dengan bertanya Kenapa kamu tertawa? Hanah dengan ekspresi kaget langsung meminta maaf, disini Hanah melakukan re-intepretasi atas kekeliruannya seakan menyadari bahwa apa yang ia lakukan yaitu tertawa dalam pandangan orang lain dengan kondisi seperti itu adalah sesuatu yang kurang bagus, walaupun tindakan tertawa itu dalam pandangan Hanah adalah hal biasa dan suatu bentuk kritikan atas tindakan kekanak-kanakan Jaka dan Oma yang bertengkar dalam ruang tunggu.

3. Suster adalah seorang wanita muda yang bertugas sebagai Reception di tempat prakter dokter, karakter Suster tersebut ramah tetapi tegas dalam menerapkan aturan yang berlaku di tempat praktek tersebut.

Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Suster dalam pandangan Blumer pada adegan film ini yaitu

Dalam berkomunikasi dengan Jaka yang emosional, egois dank keras kepala, Suster tetap melayani dengan tenang denga bahasa yang ramah tetapi tetap tegas dalam menerapkan aturan yang berlaku, dalam satu sesi adegan ketika Jaka ingin menyela masuk meminta resep dokter tapi ditahan sama suster dengan mengatakan bahwa bisa menggunakan copy resep tapi Jaka tetap ngotot, disitu terlihat sedikit ekspresi Suster yang diam dan mungkin jengkel sehingga mempengaruhi imajinasi Jaka bahwa Suster membentak dengan suara yang keras menyuruh tunggu dan kembali duduk.  Di sini terlihat bahwa Suster menggunakan simbol-simbol secara verbal maupun non verbal dengan ekspresi wajah dan sikap tubuh sebagai bentuk kritikan terhadap Jaka.

4. Oma, sosok Oma yang tergambar dalam film tersebut menunjukkan karakter yang tidak sabaran, tempramen dan gaya bicara yang blak-blakan yang mungkin karena sakit perut yang dialaminya serta kondisi  tuanya sehingga tidak kuat untuk mengantri lebih lama .

Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Oma dalam pandangan Teori Blumer pada adegan film ini yaitu :

  • Oma merasa waktu tunggunya terlalu lama sehingga dia tidak sabar untuk mengantri sehingga mendesak cucunya untuk bertanya ke Suster dengan ekspresi wajah yang jengkel, dalam hal ini Oma menganggap bahwa dia ingin diprioritaskan untuk diperiksa oleh dokter dia juga menganggap aspek waktu sangatlah Penting baginya karena tidak kuat menahan sakit.
  • Di sesi lain Oma yang tidak sabaran mengomel ke cucu nya, Jaka yang kebetulan berada disampingnya menggerutu secara verbal mengucapkan kata "Berisik", ucapan itu langsung disanggah oleh Oma dengan nada bentakan dan ekspresi wajah yang marahkepada Jaka juga kepada Pemuda yang batuk-batuk karena dianggap berisik dan menganggu, tindakan Oma ini menunjukkan bahwa ia ingin dipahami oleh orang lain atau dengan kata lain lain dia menginginkan orang lain bisa memaknai kondisinya saat itu.

5. Cucu Oma, adalah sosok Pemuda yang kelihatannya sangat sabar dan paham akan kondisi Oma nya dengan cara menenangkan ketika Oma marah dan tidak sabar.

Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Cucu Oma dalam pandangan Blumer pada adegan film ini yaitu;

Dia berusaha menenangkan Oma nya untuk bersabar dan menenangkan dengan cara yang lembut ketika Oma nya marah-marah sama Jaka dan Pemuda yang batuk, sikap dan ekspresinya menunjukkan dia memahami melalui fakta sosial yang dialami oleh Oma nya dimana Oma nya menjadi tidak sabaran dan tempramen karena kondisi sakitnya, lama mengantri dan  juga karena kondisi ruang tunggu yang yang tidak nyaman.

6. Pemuda, merupakan salah satu pasien yang menderita penyakit batuk, dalam adegan-adegan di film tersebut, si Pemuda tidak berbicara atau melakukan komunikasi secara verbal dengan pasien yang lain, yang ditunjukkan adalah symbol-simbol non verbal.

Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Cucu Oma dalam pandangan Blumer dalam adegan film ini yaitu :

  • Pemuda tersebut dalam satu sesi sedang duduk menggoyang kaki sambil mengipas-ngipas kartu antrinya diiringi dengan suara batuk, situasi ini bisa ditafsirkan sebagai simbol kalau dia juga mengalami kondisi yang tidak sabar untuk diperiksa komunikasi yang dia bangun dengan simbol batuk itu wujud agar orang lain juga bisa memaknai dirinya kalau dia juga butuh untuk secepatnya diperiksa.
  • Di adegan lain, ketika Jaka masuk dan dengan suara yang kasar meminta kepada Suster agar dia diprioritaskan karena sudah mendaftar lewat telepon serta si Oma yang tidak sabaran beradu mulut dengan Jaka, si pemuda terus mengeluarkan suara batuk, ini merupakan sebagai suatu Fakta Sosial dan simbol tersebut bisa dimaknai sebagai bentuk protes atau kritik terhadap Oma dan Jaka agar sabar dalam menunggu antrian sesuai dengan aturan yang diterapkan di tempat praktek dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun