Sinopsis Film
Gadis di Ruang Tunggu merupakan film pendek berdurasi 8 menit yang disutradarai oleh Cathy Sharon tahun 2010. Film pendek ini menceritakan seorang gadis sabar dan selalu merasa bahagia, bagaimanapun keadaan yang ia jalani. Di sebuah ruang tunggu tempat praktek dokter, dimana orang-orang sedang menunggu antrian untuk diperiksa oleh dokter. Tiba-tiba datang Jaka yang marah-marah karena dia sudah menelepon suster untuk dapet nomor antrian tetapi tetap dapat nomer urut terakhir.
Jaka menilai dirinya adalah orang yang punya paling banyak masalah di dunia. Gara-gara tumpukan masalah ini-itu, kepala Jaka jadi sakit dan pusing. Makanya dia ingin cepat-cepat diperiksa dokter karena dia juga masih harus menghadiri meeting. Jaka merasa makin pusing karena di ruang tunggu itu suasananya ramai sekali.
Hana, seorang gadis yang juga menunggu antrian tapi ia selalu memandang positif semua hal sehingga ia menikmati waktu tunggunya. Hana mencoba menenangkan Jaka yang kesal, tapi sifat Hana yang sepertinya tak punya beban dalam hidup membuat Jaka makin kesal. Namun entah kenapa ia tetap mengobrol dengan Hana dan mengeluarkan segala keluh kesah dan unek-uneknya kepada Hana.
Jaka pun masih terus marah-marah dan akhirnya Hana memberikan nomer antrian dia biar Jaka bisa diperiksa lebih cepat. Ketika Jaka mau diperiksa, ia bertanya kepada suster apa penyakit Hana karena dia pikir Hana terlihat sehat-sehat saja. Suster pun menceritakan bahwa Hana memiliki virus ditubuhnya yang menyerang organ-organ tubuhnya semenjak 5 tahun yang lalu. Dimulai dari lidahnya yang tidak bisa mengecap, matanya yang buta, dan sebentar lagi ia divonis bahwa kakinya akan lumpuh.
Jaka pun terdiam dan trenyuh saat mengetahui beban hidup Hana jauh lebih berat darinya, tetapi Hana tetap bersikap santai dalam mengahadapinya. Bahkan ia dapat dengan sempurna menutupi beban hidupnya itu. Jaka pun kembali ke ruang tunggu dan Hana pun bertanya, "Kok ga jadi masuk?". Jaka pun menjawab, "Saya sudah merasa jauh lebih baik. Ayo saya bantu." Hana pun hanya tersenyum dan Jaka mulai membantu Hana menuju ruang periksa dokter.
Dalam film ini ada 8 tokoh sebagai pemeran yaitu :
- Suster
- Pasien 1
- Oma (Pasien)
- Cucu Oma
- Pemuda (Pasien)
- Wanita Muda (Pasien)
- Jaka, Eksekutif Muda (Pasien)
- Hana, Gadis penderita penyakit berat (Pasien)
Gambaran Situasi dan Dialog yang Terjadi di Ruang Tunggu
Exposition : Pemuda batuk-batuk, kaki kanan di tumpukan pada kaki sebelah kiri, tangannya memainkan kartu tunggu. Oma meluapkan kemarahannya pada cucu yang menemaninya menunggu si dokter.
Rising Action Kedua : Hanah hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya, ia masih asyik dan sabar menunggu si dokter.
Rising Action Ketiga : Jaka datang dengan tergesa-gesa dan marah-marah kepada suster, karena ia telah mendaftar lewat telepon. Namun, antrian ternyata tidak berlaku untuk line telepon, jadi dengan terpaksa ia harus menunggu empat pasien terlebih dahulu.
Rising Action Keempat : Hanah bertanya perihal penyakit yang diderita Jaka.
Rising Action Kelima : Pemuda batuk-batuk. Si Oma menanyakan dengan nada tinggi kepada cucunya.
Rising Action Keenam : Jaka mengeluh tentang ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh suara tinggi si Oma.
Rising Action Ketujuh : Si Oma mendengar keluhan Jaka, ia langsung membentak Jaka dan menuduh Jaka yang berisik.
Rising Action Kedelapan : Cucu si Oma menyuruh Oma untuk sabar, sementara Pemuda masih saja mengeluarkan suara batuk-batuknya.
Rising Action Kesembilan : Si Oma kemudian mengomel kepada Pemuda perihal suara batuknya tersebut.
Rising Action Kesepuluh : Si cucu masih menganjurkan kepada si Oma untuk tidak marah-marah.
Rising Action Kesebelas : Hanah tertawa.
Rising Action Keduabelas : Jaka menanyakan perihal tertawa Hanah dengan nada tinggi.
Rising Action Ketigabelas : Ekspresi wajah Hanah terlihat menyesal, ia mengucapkan kata maaf kepada Jaka.
Climax : Oma masuk ke ruang dokter. Jaka bertanya kepada Suster, apakah ia tidak bisa menyelak masuk terlebih dahulu karena ia hanya ingin meminta resep dokter. Suster menyarankan agar ia mengcopy resep biasa, namun Jaka tidak mau lantaran sakit yang dideritanya membuat ia merasa kepalanya mau pecah. Imajinasi Jaka bermain, si suster membentak dengan hebat dan menyuruhnya duduk kembali. Jaka berteriak.
Falling Action : Jaka kembali duduk di tempat tadi. Hanah menganjurkan Jaka untuk sabar.
Rising Action : Jaka membentak Hanah
Rising Action : Hanah masih meladeni kemarahan Jaka dengan lelucon.
Rising Action : Jaka gemas dan makin emosi.
Rising Action : menanyakan perihal emosi Jaka.
Rising Action : Jaka menjelaskan masalah-masalah yang ia temukan dalam hidupnya.
Rising Action : Hanah masih bertanya dengan ringan mengenai keberadaan istri Jaka.
Rising Action : Jaka menjelaskan keberadaan istrinya.
Rising Action : Hanah masih bertanya dengan ringan.
Rising Action : Jaka menjawab pertanyaan tersebut dengan emosi.
Rising Action : Hanah tersenyum, ia bertanya dengan tekanan bahwa setipa orang memiliki masalah.
Rising Action : Jaka menjelaskan kepenatannya sembari melemparkan benda yang ada di tangannya.
Rising Action : Suster kaget. Hanah menawarkan nomornya kepada Jaka.
Rising Action : Jaka kaget.
Rising Action : Hanah kembali menjelaskan niat baiknya.
Rising Action : Masih belum yakin akan tawaran Hanah.
Rising Action : Hanah menekankan keseriusan niat baiknya.
Rising Action : Jaka langsung menukarkan kartu tunggu miliknya dengan Hanah.
Rising Action : Hanah tersenyum.
Rising Action : Suster memanggil Hanah. Jaka menjelaskan bahwa ia sudah bertukar kartu tunggu dengan Hanah. Suster kaget.
Rising Action : Jaka bertanya kepada Suster perihal penyakit yang diderita Hanah.
Rising Action : Suster menolak memberi tahu.
Rising Action : Jaka membujuk Suster.
Rising Action : Suster menjelaskan penyakit yang di derita Hanah. Kemudian ia mengajak Jaka untuk masuk ke ruang dokter
Resolution : Jaka mendekati Hanah. Hanah bertanya mengenai pembatalan Jaka untuk masuk ke ruang dokter. Jaka sudah merasa lebih baik, akhirnya ia menuntun Hanah masuk ke ruang dokter.
TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER
Herbert Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksi simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Menurut Craib (dalam Sarmini, 2002: 50), asumsi teori interaksi simbolik Blumer adalah sebagai berikut.
- Manusia bertindak terhadap sesuatu dasar asumsi internilai simbolik yang dimiliki sesuatu itu (kata, benda, atau isyarat) dan bermakna bagi mereka.
- Makna-makna itu merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat manusia.
- Makna-makna yang muncul dari simbol-simbol yang dimodifikasi dan ditangani melalui proses penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan benda-benda dan tanda-tanda yang dipergunakan.
Sesuatu ini tidak mempunyai makna yang intrinsik karena makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis. Bagi Blumer, "sesuatu" itu bisa berupa fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun nonverbal, dan apa saja yang patut "dimaknakan".
Menurut Blumer, sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental, seperti: memilih, memeriksa, mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya.
Pemberian makna tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut.
Tindakan manusia tidak disebabkan oleh "kekuatan luar", tidak pula disebabkan oleh "kekuatan dalam", tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut sebagai self-indication.
Proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication terjadi dalam konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sesuai dengan pemaknaan atas tindakan itu.
Blumer mengatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons (Kamanto, 2000: 185). Makna dari simbol-simbol merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat.
Individu dan masyarakat merupakan aktor dalam interaksi simbolik yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan individu tidak ditentukan oleh individu itu sendiri, juga tidak ditentukan oleh masyarakat, namun oleh pengaruh keduanya. Dengan kata lain, tindakan seseorang adalah hasil dari "internal dan eksternal stimulasi" (Sarmini, 2002: 53).
FILM GADIS DI RUANG TUNGGU DALAM PANDANGAN TEORI BLUMER
1. Jaka merupakan seorang eksekutif muda yang dalam hal ini juga merupakan seorang pasien , gambaran sosok Jaka yang sedang mengalami sakit kepala akibat banyak masalah dalm hidupnya, ia tunjukkan dalam sikap yang tidak sabar dalam mengantri, emosional dan blak-blakan dalam berbicara serta menunjukkan ekspresi yang kurang bersahabat kepada suster maupun pasien-pasien yang lain, dan seakan-akan sakitnya lebih parah dari pasien yang lain.
Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Jaka dalam pandangan Blumer pada adegan film ini yaitu :
- Dia merasa bahwa aspek Waktu saat itu sangatlah penting untuk dia diperiksa dan segera diberi obat supaya sakitnya bisa sembuh dan dalam waktu yang secepatnya dia bisa kembali ke Kantor untuk mengikuti proses tender proyek, dalam hal ini sejalan dengan pandangan Blumer yaitu seseorang akan memberi pemaknaan kepada sesuatu ketika sesuatu itu Penting bagi Dirinya.
- Ketika dia berinteraksi dengan Hanah, di mana secara langsung Jaka menyampaikan kejengkelan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya seperti kalah tender, internet yang mati, mobilnya menabrak pagar, istrinya yang sudah satu bulan bulan berada di Bali untuk meditasi dan lain-lain, penjelasan atas masalahnya itu mendapat respon dari Hanah dengan berupaya menghibur dan dengan tulus membantu dengan cara menukar nomor antrian agar Jaka bisa diperiksa terlebih dahulu. Hal ini berlanjut ketika Jaka berkomunikasi dengan Suster mengenai sakit yang diderita oleh Hanah, ketika suster menjelaskan Jaka tersadar bahwa ternyata penyakit yang diderita Hanah sangatlah berat dan belum sebanding dengan sakitnya. Dari gambaran ini dapat diketahui bahwa proses pemaknaan hanya bisa dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain atau terhadap sesuatu melalui Fakta Interaksi Sosial.
- Setelah mendapat penjelasan dari Suster terkait dengan penyakit yang diderita oleh Hanah sangatlah berat, maka Jaka yang tadinya hendak menggunakan kartu antri Hanah untuk memeriksa di dokter, akhirnya berpikir kembali dan hatinya menjadi luluh dan dengan seketika ia merasa kondisinya (sakit kepala) makin membaik dan dengan tulus dia meminta maaf kepada Hanah dan menuntun Hanah ke ruang periksa dokter. Dari gambaran di atas menunjukkan Jaka awalnya mengalami Mis Intepretasi atas kondisi pasien lain termasuk Hanah yang mana dia menganggap bahwa kondisi sakitnya atau beban hidupnya lebih berat dibandingkan dengan orang lain, menyadari akan hal itu jaka melakukan Re-Intepretasi atau proses pemaknaan ulang dengan cara meminta maaf dan menuntun Hanah ke ruangan dokter, Jaka menyadari bahwa apa yang dialami Hanah lebih berat dibandingkan dengan dirinya
2. Hanah merupakan seorang wanita muda dan pasien yang menderita penyakit akibat virus yang menyerang organ-organ tubuhnya satu persatu dari mulai indra pengecapnya tidak berfungsi, disusul mata sebelah kiri nya tidak dapat melihat kemudian mata kanannya dan berdasarkan vonis dokter dalam waktu yang tidak lama dia akan mengalami kehilangan fungsi organ pendengarannya. Dalam adegan film sosok Hanah sangatlah tenang, komunikatif dan sabar seakan tidak ada beban dalam hidupnya.
Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Hanah dalam pandangan Blumer pada adegan film ini yaitu
- Ketika melihat dan mendengar Jaka masuk ke dalam ruang tunggu pasien dengan tergesa-gesa, suara yang keras, membentak dan dengan ekspresi yang kurang bersahabat, ketika jaka duduk di sampingnya, Hanah hanya tersenyum dan menggeleng-geleng kepalanya setelah itu ia mencoba membangun komunikasi dengan Jaka dengan bertanya mengenai penyakitnya, keberadaan istrinya serta masalah yang dihadapinya, Jaka menjawab seluruh pertanyaan Hanah dengan suara keras dan bahkan samping membanting benda yang ada didekatnya, tanggapan Hana cukup tegas dan datar sekaligus merupakan kritik kepada Jaka akan kekasarannya, atas komunikasi itu Hanah mengetahui dengan jelas masalah yang dihadapai dan akhirnya membantu Jaka dengan cara menukar kartu antriannya supaya Jaka lebih duluan diperiksa oleh dokter. Dari sini terlihat bahwa lewat kontak dan komunikasi dengan Jaka akhirnya Hanah bisa memaknai masalah yang dihadapi oleh Jaka dan menawarkan bantuan dengan cara menukar kartu antrian.
- Ketika mendengar pertengkaran antara Jaka dan Oma, Hanah tersenyum dan tertawa, melihat ekspresinya itu Jaka tersinggung dan membentaknya dengan bertanya Kenapa kamu tertawa? Hanah dengan ekspresi kaget langsung meminta maaf, disini Hanah melakukan re-intepretasi atas kekeliruannya seakan menyadari bahwa apa yang ia lakukan yaitu tertawa dalam pandangan orang lain dengan kondisi seperti itu adalah sesuatu yang kurang bagus, walaupun tindakan tertawa itu dalam pandangan Hanah adalah hal biasa dan suatu bentuk kritikan atas tindakan kekanak-kanakan Jaka dan Oma yang bertengkar dalam ruang tunggu.
3. Suster adalah seorang wanita muda yang bertugas sebagai Reception di tempat prakter dokter, karakter Suster tersebut ramah tetapi tegas dalam menerapkan aturan yang berlaku di tempat praktek tersebut.
Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Suster dalam pandangan Blumer pada adegan film ini yaitu
Dalam berkomunikasi dengan Jaka yang emosional, egois dank keras kepala, Suster tetap melayani dengan tenang denga bahasa yang ramah tetapi tetap tegas dalam menerapkan aturan yang berlaku, dalam satu sesi adegan ketika Jaka ingin menyela masuk meminta resep dokter tapi ditahan sama suster dengan mengatakan bahwa bisa menggunakan copy resep tapi Jaka tetap ngotot, disitu terlihat sedikit ekspresi Suster yang diam dan mungkin jengkel sehingga mempengaruhi imajinasi Jaka bahwa Suster membentak dengan suara yang keras menyuruh tunggu dan kembali duduk. Di sini terlihat bahwa Suster menggunakan simbol-simbol secara verbal maupun non verbal dengan ekspresi wajah dan sikap tubuh sebagai bentuk kritikan terhadap Jaka.
4. Oma, sosok Oma yang tergambar dalam film tersebut menunjukkan karakter yang tidak sabaran, tempramen dan gaya bicara yang blak-blakan yang mungkin karena sakit perut yang dialaminya serta kondisi tuanya sehingga tidak kuat untuk mengantri lebih lama .
Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Oma dalam pandangan Teori Blumer pada adegan film ini yaitu :
- Oma merasa waktu tunggunya terlalu lama sehingga dia tidak sabar untuk mengantri sehingga mendesak cucunya untuk bertanya ke Suster dengan ekspresi wajah yang jengkel, dalam hal ini Oma menganggap bahwa dia ingin diprioritaskan untuk diperiksa oleh dokter dia juga menganggap aspek waktu sangatlah Penting baginya karena tidak kuat menahan sakit.
- Di sesi lain Oma yang tidak sabaran mengomel ke cucu nya, Jaka yang kebetulan berada disampingnya menggerutu secara verbal mengucapkan kata "Berisik", ucapan itu langsung disanggah oleh Oma dengan nada bentakan dan ekspresi wajah yang marahkepada Jaka juga kepada Pemuda yang batuk-batuk karena dianggap berisik dan menganggu, tindakan Oma ini menunjukkan bahwa ia ingin dipahami oleh orang lain atau dengan kata lain lain dia menginginkan orang lain bisa memaknai kondisinya saat itu.
5. Cucu Oma, adalah sosok Pemuda yang kelihatannya sangat sabar dan paham akan kondisi Oma nya dengan cara menenangkan ketika Oma marah dan tidak sabar.
Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Cucu Oma dalam pandangan Blumer pada adegan film ini yaitu;
Dia berusaha menenangkan Oma nya untuk bersabar dan menenangkan dengan cara yang lembut ketika Oma nya marah-marah sama Jaka dan Pemuda yang batuk, sikap dan ekspresinya menunjukkan dia memahami melalui fakta sosial yang dialami oleh Oma nya dimana Oma nya menjadi tidak sabaran dan tempramen karena kondisi sakitnya, lama mengantri dan juga karena kondisi ruang tunggu yang yang tidak nyaman.
6. Pemuda, merupakan salah satu pasien yang menderita penyakit batuk, dalam adegan-adegan di film tersebut, si Pemuda tidak berbicara atau melakukan komunikasi secara verbal dengan pasien yang lain, yang ditunjukkan adalah symbol-simbol non verbal.
Simbol-simbol yang ditunjukkan oleh Cucu Oma dalam pandangan Blumer dalam adegan film ini yaitu :
- Pemuda tersebut dalam satu sesi sedang duduk menggoyang kaki sambil mengipas-ngipas kartu antrinya diiringi dengan suara batuk, situasi ini bisa ditafsirkan sebagai simbol kalau dia juga mengalami kondisi yang tidak sabar untuk diperiksa komunikasi yang dia bangun dengan simbol batuk itu wujud agar orang lain juga bisa memaknai dirinya kalau dia juga butuh untuk secepatnya diperiksa.
- Di adegan lain, ketika Jaka masuk dan dengan suara yang kasar meminta kepada Suster agar dia diprioritaskan karena sudah mendaftar lewat telepon serta si Oma yang tidak sabaran beradu mulut dengan Jaka, si pemuda terus mengeluarkan suara batuk, ini merupakan sebagai suatu Fakta Sosial dan simbol tersebut bisa dimaknai sebagai bentuk protes atau kritik terhadap Oma dan Jaka agar sabar dalam menunggu antrian sesuai dengan aturan yang diterapkan di tempat praktek dokter.
Oleh : Isra Amin Ali
Pemerhati Sejarah dan Sosial Budaya
Referensi :
- Kamanto, Sunarto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi Kedua. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
- Polama, Margareth. M., 2000. Sosiologi Kontemporer. Terj. Cet. Ke-5. Jakarta: Rajawali Press.
- Ritzer, George et al. 2004. Teori Sosiologi Modern (Terj.). Jakarta: Prenada Media.
- Sarmini. 2002. Teori-Teori Antropologi. Surabaya: Unesa University Press.
- Wagiyo, Dkk. 2004. Teori Sosial Moder. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
- https://www.youtube.com/watch?v=xDfp12Y4MDE&t=39s -- Gadis di Ruang Tunggu
- itsmagnesiumbenzoate.blogspot.co.id
- tukangteori.com
- tulisandakwahislam.blogspot.co.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI