Mohon tunggu...
Isra Amin Ali
Isra Amin Ali Mohon Tunggu... Wiraswasta - KTP

"Dari BANDA NEIRA Menjadi INDONESIA"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Film "Gadis di Ruang Tunggu" Dalam Pandangan Teori Interaksionisme Simbolik, Herbert Blumer

6 November 2019   13:25 Diperbarui: 6 November 2019   13:30 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinopsis Film

Gadis di Ruang Tunggu merupakan film pendek berdurasi 8 menit yang disutradarai oleh Cathy Sharon tahun 2010.  Film pendek ini menceritakan seorang gadis sabar dan selalu merasa bahagia, bagaimanapun keadaan yang ia jalani.  Di sebuah ruang tunggu tempat praktek dokter, dimana orang-orang sedang menunggu antrian untuk diperiksa oleh dokter. Tiba-tiba datang Jaka yang marah-marah karena dia sudah menelepon suster untuk dapet nomor antrian tetapi tetap dapat nomer urut terakhir.

Jaka menilai dirinya adalah orang yang punya paling banyak masalah di dunia. Gara-gara tumpukan masalah ini-itu, kepala Jaka jadi sakit dan pusing. Makanya dia ingin cepat-cepat diperiksa dokter karena dia juga masih harus menghadiri meeting. Jaka merasa makin pusing karena di ruang tunggu itu suasananya ramai sekali.

Hana, seorang gadis yang juga menunggu antrian tapi ia selalu memandang positif semua hal sehingga ia menikmati waktu tunggunya. Hana mencoba menenangkan Jaka yang kesal, tapi sifat Hana yang sepertinya tak punya beban dalam hidup membuat Jaka makin kesal. Namun entah kenapa ia tetap mengobrol dengan Hana dan mengeluarkan segala keluh kesah dan unek-uneknya kepada Hana.

Jaka pun masih terus marah-marah dan akhirnya Hana memberikan nomer antrian dia biar Jaka bisa diperiksa lebih cepat. Ketika Jaka mau diperiksa, ia bertanya kepada suster apa penyakit Hana karena dia pikir Hana terlihat sehat-sehat saja. Suster pun menceritakan bahwa Hana memiliki virus ditubuhnya yang menyerang organ-organ tubuhnya semenjak 5 tahun yang lalu. Dimulai dari lidahnya yang tidak bisa mengecap, matanya yang buta, dan sebentar lagi ia divonis bahwa kakinya akan lumpuh.

Jaka pun terdiam dan trenyuh saat mengetahui beban hidup Hana jauh lebih berat darinya, tetapi Hana tetap bersikap santai dalam mengahadapinya. Bahkan ia dapat dengan sempurna menutupi beban hidupnya itu. Jaka pun kembali ke ruang tunggu dan Hana pun bertanya, "Kok ga jadi masuk?". Jaka pun menjawab, "Saya sudah merasa jauh lebih baik. Ayo saya bantu." Hana pun hanya tersenyum dan Jaka mulai membantu Hana menuju ruang periksa dokter.

Dalam film ini ada 8 tokoh sebagai pemeran yaitu :

  • Suster
  • Pasien 1
  • Oma (Pasien)
  • Cucu Oma
  • Pemuda (Pasien)
  • Wanita Muda (Pasien)
  • Jaka, Eksekutif Muda (Pasien)
  • Hana, Gadis penderita penyakit berat (Pasien)

Gambaran Situasi dan Dialog yang Terjadi di Ruang Tunggu

Exposition : Pemuda batuk-batuk, kaki kanan di tumpukan pada kaki sebelah kiri, tangannya memainkan kartu tunggu. Oma meluapkan kemarahannya pada cucu yang menemaninya menunggu si dokter.
Rising Action Kedua : Hanah hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya, ia masih asyik dan sabar menunggu si dokter.
Rising Action Ketiga : Jaka datang dengan tergesa-gesa dan marah-marah kepada suster, karena ia telah mendaftar lewat telepon. Namun, antrian ternyata tidak berlaku untuk line telepon, jadi dengan terpaksa ia harus menunggu empat pasien terlebih dahulu.
Rising Action Keempat : Hanah bertanya perihal penyakit yang diderita Jaka.
Rising Action Kelima : Pemuda batuk-batuk. Si Oma menanyakan dengan nada tinggi kepada cucunya.
Rising Action Keenam : Jaka mengeluh tentang ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh suara tinggi si Oma.
Rising Action Ketujuh : Si Oma mendengar keluhan Jaka, ia langsung membentak Jaka dan menuduh Jaka yang berisik.
Rising Action Kedelapan : Cucu si Oma menyuruh Oma untuk sabar, sementara Pemuda masih saja mengeluarkan suara batuk-batuknya.
Rising Action Kesembilan : Si Oma kemudian mengomel kepada Pemuda perihal suara batuknya tersebut.
Rising Action Kesepuluh : Si cucu masih menganjurkan kepada si Oma untuk tidak marah-marah.
Rising Action Kesebelas : Hanah tertawa.
Rising Action Keduabelas : Jaka menanyakan perihal tertawa Hanah dengan nada tinggi.
Rising Action Ketigabelas : Ekspresi wajah Hanah terlihat menyesal, ia mengucapkan kata maaf kepada Jaka.
Climax : Oma masuk ke ruang dokter. Jaka bertanya kepada Suster, apakah ia tidak bisa menyelak masuk terlebih dahulu karena ia hanya ingin meminta resep dokter. Suster menyarankan agar ia mengcopy resep biasa, namun Jaka tidak mau lantaran sakit yang dideritanya membuat ia merasa kepalanya mau pecah. Imajinasi Jaka bermain, si suster membentak dengan hebat dan menyuruhnya duduk kembali. Jaka berteriak.
Falling Action : Jaka kembali duduk di tempat tadi. Hanah menganjurkan Jaka untuk sabar.
Rising Action : Jaka membentak Hanah
Rising Action : Hanah masih meladeni kemarahan Jaka dengan lelucon.
Rising Action : Jaka gemas dan makin emosi.
Rising Action : menanyakan perihal emosi Jaka.
Rising Action : Jaka menjelaskan masalah-masalah yang ia temukan dalam hidupnya.
Rising Action : Hanah masih bertanya dengan ringan mengenai keberadaan istri Jaka.
Rising Action : Jaka menjelaskan keberadaan istrinya.
Rising Action : Hanah masih bertanya dengan ringan.
Rising Action : Jaka menjawab pertanyaan tersebut dengan emosi.
Rising Action : Hanah tersenyum, ia bertanya dengan tekanan bahwa setipa orang memiliki masalah.
Rising Action : Jaka menjelaskan kepenatannya sembari melemparkan benda yang ada di tangannya.
Rising Action : Suster kaget. Hanah menawarkan nomornya kepada Jaka.
Rising Action : Jaka kaget.
Rising Action : Hanah kembali menjelaskan niat baiknya.
Rising Action : Masih belum yakin akan tawaran Hanah.
Rising Action : Hanah menekankan keseriusan niat baiknya.
Rising Action : Jaka langsung menukarkan kartu tunggu miliknya dengan Hanah.
Rising Action : Hanah tersenyum.
Rising Action : Suster memanggil Hanah. Jaka menjelaskan bahwa ia sudah bertukar kartu tunggu dengan Hanah. Suster kaget.
Rising Action : Jaka bertanya kepada Suster perihal penyakit yang diderita Hanah.
Rising Action : Suster menolak memberi tahu.
Rising Action : Jaka membujuk Suster.
Rising Action : Suster menjelaskan penyakit yang di derita Hanah. Kemudian ia mengajak Jaka untuk masuk ke ruang dokter
Resolution : Jaka mendekati Hanah. Hanah bertanya mengenai pembatalan Jaka untuk masuk ke ruang dokter. Jaka sudah merasa lebih baik, akhirnya ia menuntun Hanah masuk ke ruang dokter.

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER

Herbert Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksi simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Menurut Craib (dalam Sarmini, 2002: 50), asumsi teori interaksi simbolik Blumer adalah sebagai berikut.

  1. Manusia bertindak terhadap sesuatu dasar asumsi internilai simbolik yang dimiliki sesuatu itu (kata, benda, atau isyarat) dan bermakna bagi mereka.
  2. Makna-makna itu merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat manusia.
  3. Makna-makna yang muncul dari simbol-simbol yang dimodifikasi dan ditangani melalui proses penafsiran yang digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan benda-benda dan tanda-tanda yang dipergunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun