Â
 Lantunan yang tak asing ku dengar.  Sepertinya aku mengenalnya. Tapi prasangka ku rasanya  tak mungkin. Aku dongakkan pandanganku ke arah suara lembut itu. Ah si dia,benar itu dia. Bagaimana aku harus mengespresikan diriku,,,!! Jantung seolah bersaing dengan bunyi drum yang membuat nafasku sempat sesak seperti tercekik. Keringat dingin yang tiba-tiba menyelimutiku. Airmata yang seolah ingin ikut mengintip keanehan ini. Bibir yang tiba-tiba terkunci. Dan sekeliling yang serasa mematung ikut menyaksikan sandiwara pertemuan ini. Hanya senyum sejajar tanpa ekspresi yang ku balaskan. Sungguh aku tak mampu berkata-kata dihadapannya. Untung aku bisa menguasai diri dan tak begitu kelihatan salah tingkah. Dia duduk di ayunan persis dihadapanku. Tapi aku tetap tak berani memandangnya.  Karena aku tahu, tatapannya bisa membunuhku sejenak.
Â
Munafik,,ya sangat munafik jika aku bilang aku tak bahagia dengan kehadirannya. Tapi bagaimana aku harus  bersikap? Dia terus melempariku dengan seribu pertanyaan basa basi. Aku masih tetap sok sibuk memainkan kata demi kata di keybordku. Sesekali aku aku jawab singkat-singkat saja dan tersenyum sekenanya. Bukan karena aku sombong, tapi karena kebiasaan bawelku tiba-tiba mati setiap berhadapan dengannya. Bibirku kelu dan seperti dijahit berlipat-lipat kali. Yang pasti aku nervouse. Terkadang aku kecolongan malu dengan statementnya.
Â
        "udahlah gak usah pura-pura sibuk ngetik, aku tau kamu lagi gak fokus"
Â
Memang iya dalam hatiku,tapi aku hanya tersenyum saja. Sesekali dia curi-curi tengok ke monitorku tapi aku selalu lebih sigap memeluk lappi mungilku biar si dia tak bisa merebutnya. Padahal semua yang aku tulis itu hanya nasehat-nasehat yang dia katakan padaku.
        "gak usah takut ngadepin masa depan, takut gak takut pasti akan datang,jadi mending gak usah takut"
        "sesulit apapun masalah yang dihadapi, selalu ingat, ALLAH tidak akan membebankan hambanya melebihi kemampuannya"
        " jangan sampai membuatmu berhenti melangkah hanya karena masalah sepele"