Mohon tunggu...
Ielzha
Ielzha Mohon Tunggu... Administrasi - Lecturer - Pembelajar - Reader - Blogger - influencer

Hanya dengan mengingat-Nya hati menjadi tenang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebahagiaanku Vs Valentine's Day

16 September 2022   11:39 Diperbarui: 16 September 2022   11:56 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pri (foto hanya pemanis)

Gerimis manis pada langit yang terang ini. Aneh memang terasa. Awan kelabu yang tak terlihat tebal. Hanya sekilas menggelap lalu menghilang. Seolah --olah sedang bersaing dengan matahari yang tak mau kalah menerangi jagad rasa ini. Semakin lama dan semakin deras siraman air dari angkasa sana. Entah dari mana ku temukan sumbernya, tapi yang pasti inilah hukum alam. Sayangnya aku bukan pengamat dalam gejala-gejala alam.

 

Dan kini,,,langit biru seolah tak ingin melewatkan kisahku. Berapa menit hujan deras yang mengguyur seantero desaku ini ternyata harus mengalah karena langit  menantang untuk menemaniku di sepertiga siang ini. Ah memang indah sore ini. Meski pelangi tak menyempurnakan keindahan senja soreku yang sesekali bertiup angin kesejukan menusuk lembut dalam hati. Meniupkan keramahan pada rongga-rongga kehidupan.

 

Febuari,,, bulan kasih sayang,,,

Ah,,liburanku memang selalu indah, menyenangkan dan benar -- benar membuat semangatku kembali pulih. Sekedar bertemu orang -- orang yang merindukanku dan pastinya yang sangat aku rindukan saja bisa membuat senyumku kembali merekah. Ketika pertama kali ku injakkan bumi perkampunganku saja aku sudah merasakan hawa -- hawa ketenangan yang menerobos melalui pori-pori kulitku hingga merasuk kedalam hati dan pikiranku. Aku tersenyum. Tak sabar rasanya menghabiskan waktu liburanku yang teramat panjang ini. Sudah ku susun rencana atas liburanku kali ini. Mulai dari mengamati keadaan di sekelilingku sekiranya ada yang berubah. Lalu aku bisa menikmati sajian-sajian khas yang membuat lidahku rindu rasanya. Juga sesekali mengunjungi pasar. Hihi,,, kenangan waktu itu membuatku tawa kecilku terlepas. Ah sore ini aku ingin sekedar bersantai dan menenangkan diri ditaman-taman kota.

 

Aku ambil kunci motorku dan kawasaki hijau mudaku siap mengantarku ke taman itu. Yaaa,,, "bambu runcing", taman yang paling dekat dengan lokasiku.  Tak usah pakai helm,udah sore ini. Razia juga sepertinya tak ada. Sepuluh menit menyusuri jalan raya yang tak begitu padat kendaraan akhirnya sampai di "bambu runcing". Aku parkirkan motorku disebelah saung. Satu tempat yang ingin ku tuju, ayunan,,, ayunan ketenangan aku bilang. Karena lebih mirip dengan kursi goyang milik nenekku tapi ini hanya beda redaksi saja. Aku duduk bersantai sambil jemariku menyibukkan diri dengan tuts-tuts di keyboard lappy mungilku. Imajiku berlayar jauh hingga terkadang tak ku sadar dimana khayalanku menuju. Bahkan bisa sampai membuatku tak menyadari keramaian disekelilingku.

 

                "divya,sendirian aja lagi ngapain,,,?"

 

 Lantunan yang tak asing ku dengar.  Sepertinya aku mengenalnya. Tapi prasangka ku rasanya  tak mungkin. Aku dongakkan pandanganku ke arah suara lembut itu. Ah si dia,benar itu dia. Bagaimana aku harus mengespresikan diriku,,,!! Jantung seolah bersaing dengan bunyi drum yang membuat nafasku sempat sesak seperti tercekik. Keringat dingin yang tiba-tiba menyelimutiku. Airmata yang seolah ingin ikut mengintip keanehan ini. Bibir yang tiba-tiba terkunci. Dan sekeliling yang serasa mematung ikut menyaksikan sandiwara pertemuan ini. Hanya senyum sejajar tanpa ekspresi yang ku balaskan. Sungguh aku tak mampu berkata-kata dihadapannya. Untung aku bisa menguasai diri dan tak begitu kelihatan salah tingkah. Dia duduk di ayunan persis dihadapanku. Tapi aku tetap tak berani memandangnya.  Karena aku tahu, tatapannya bisa membunuhku sejenak.

 

Munafik,,ya sangat munafik jika aku bilang aku tak bahagia dengan kehadirannya. Tapi bagaimana aku harus  bersikap? Dia terus melempariku dengan seribu pertanyaan basa basi. Aku masih tetap sok sibuk memainkan kata demi kata di keybordku. Sesekali aku aku jawab singkat-singkat saja dan tersenyum sekenanya. Bukan karena aku sombong, tapi karena kebiasaan bawelku tiba-tiba mati setiap berhadapan dengannya. Bibirku kelu dan seperti dijahit berlipat-lipat kali. Yang pasti aku nervouse. Terkadang aku kecolongan malu dengan statementnya.

 

                "udahlah gak usah pura-pura sibuk ngetik, aku tau kamu lagi gak fokus"

 

Memang iya dalam hatiku,tapi aku hanya tersenyum saja. Sesekali dia curi-curi tengok ke monitorku tapi aku selalu lebih sigap memeluk lappi mungilku biar si dia tak bisa merebutnya. Padahal semua yang aku tulis itu hanya nasehat-nasehat yang dia katakan padaku.

                "gak usah takut ngadepin masa depan, takut gak takut pasti akan datang,jadi mending gak usah takut"

                "sesulit apapun masalah yang dihadapi, selalu ingat, ALLAH tidak akan membebankan hambanya melebihi kemampuannya"

                " jangan sampai membuatmu berhenti melangkah hanya karena masalah sepele"

 

                Ah hanya nasehat ringan sebenarnya. Dan Dia memang selalu tau bahasa diamku. Memang kami jarang bertemu. Itu karena jarak masing-masing tempat tinggal yang tidak memungkinkan untuk bertemu setiap waktu. Tapi Wajar,, semalam aku baru saja sms-an dengannya. Banyak yang aku ceritakan dan aku sharingkan dengannya. Memang aku sering sms-an dengannya. Yaaaaa,,hampir sering. Sudahlah terlalu indah kalau aku harus mengagungkan sosok dia. Dan sepertinya aku tak perlu mengumbar kata -- kata pengakuan tentang kekagumanku terhadapmu. Karena setiap yang terikat dalam dirimu itu hanya milik yang MAHA KUASA.

 

"Hmm,,, adzan maghrib,aku pulang ya,," sapaku lirih hampir tak terdengar

 

 Kamu masih menemaniku. Banyak bercerita tentang kerinduanmu pada alam ini. Banyak yang kamu share-kan juga. Ingin rasanya masih berlama-lama denganmu. Tapi aku tak mau terlalu lama pula membiarkan sikap diamku.

 

                "hati-hati divya,satu lagi yang perlu kamu tau,,, AKU PEDULI TERHADAPMU"

 

Senyum mengembang di bibirnya. Entah apa yang ku ekspresikan balas untuknya pada waktu itu. Yang ku ingat jelas, dia meraih tangan kananku,,lalu menggenggamkan sebungkus chunkybar untukku dan membiarkanku berlalu.  Ku nyalakan motorku dan aku segera bergegas pulang. Gerimis di sore ini kiranya mengintip lagi,memang rintik tak terlalu deras mengiri senyumku sepanjang perjalanan pulang.  Oh Tuhan,,, apa aku harus merayakan ini sebagai hari valentine untuk bulan kasih sayang ini,,?!?! Besok valentine's day,,, ah ini hanya kebetulan saja. Aku tau. Terimakasih alfa,,,

 

*Cerpen lama ngendap di laptop

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun