Mohon tunggu...
ISNA SARIFAH
ISNA SARIFAH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo 2022

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengurangi makanan cepat saji dan menjaga pola makana demi kesehatan hingga hari tua

29 Desember 2023   14:19 Diperbarui: 29 Desember 2023   14:27 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Gaya hidup di masa muda bukan hanya berpengaruh jangka pendek pada masa itu saja tetapi juga mempengaruhi kesehatan hingga hari tua. Banyak orang yang mengabaikan pola makan mereka dengan pola pikir "yang penting makan" atau "kalau lapar langsung makan nggak usah diatur segala toh sama-sama kenyang". Padahal mengatur pola makan sangat penting untuk kehidupan. Dengan pola makan yang teratur maka akan membantu tubuh agar lebih sehat dan dapat terhindar dari berbagai macam penyakit contohnya seperti penyakit lambung. 

     Semakin berkembangnya zaman, masyarakat juga semakin dimanja oleh teknologi yang serba praktis dan instan bahkan makanan pun juga mengalami perkembangan hingga kini terdapat jenis makanan instan dan praktis serta ada juga yang langsung siap santap. Makanan cepat saji atau sering disebut dengan fast food ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif dalam kehidupan Masyarakat. Salah satu dampak positifnya yaitu seperti membantu pegawai kantoran ataupun profesi lain yang sibuk dan sering dikejar waktu serta anak kos atau mahasiswa untuk menghemat uang pengeluaran karena makanan instan memang tergolong murah dan cocok di kantong anak kos dan pelajar atau mahasiswa, jadi tidak heran makanan cepat saji menjadi menu makan utama ditengah aktivitas harian yang padat sedangkan dampak negatifnya adalah pada bumbu penyedap rasa serta kandungan lemak dan kalori tinggi yang apabila dikonsumsi setiap hari dapat meningkatkan kemungkinan terkena obesitas. Obesitas atau kegemukan ini dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi yang lain.

    Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Nilsen tahun 2008, didapatkan data bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia mengkonsumsi fast food, dengan rincian sebagai berikut: sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan makanan selingan dan 2 % memilih untuk makan pagi. Penelitian yang dilakukan Heryanti tahun 2009, dengan judul "Kebiasaan makan cepat saji, aktivitas fisik dan faktor lainnya dengan status gizi", didapatkan hasil tingkat konsumsi fast food tertinggi adalah golongan pelajar yaitu sebesar 83,3%. Golongan pelajar dapat dikategorikan dalam usia remaja. Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10-19 tahun. Masa remaja adalah fase individu yang mengalami perkembangan sehingga dapat mencapai kematangan secara mental, emosional, sosial, serta fisik. Pada masa ini remaja cenderung labil dan mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang terdekat, mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan tren yang sedang berkembang di masyarakat. Pengaruh tren ini membuat remaja mempunnyai ragam makanan apa yang dikonsumsi. Pilihan makanan yang tidak tepat akan berdampak buruk pada Kesehatan (Kristianti : 2009).

    Dampak buruk dari kebiasaan konsumsi junk food jika dikonsumsi secara berlebihan yaitu dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti, diabetes (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), pengerasan pembuluh darah (ateroskleosis), penyakit jantung koroner, stroke, kanker, dan peningkatan status gizi seperti kegemukan dan obesitas (Sari : 2008). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan 8,8% remaja mengalami kelebihan berat badan (overweight), dan 10,4% mengalami obesitas. Riskesdas tahun 2010 memaparkan bahwa remaja perempuan yang mengalami obesitas mencapai 11,9% dan laki-laki mencapai 8,8%, meningkat pada kejadian obesitas 10,8% (Riskesdas : 2013)

    Makanan cepat saji ini biasanya merupakan faktor utama remaja menjadi pemalas karena memilii kalori yang cukup tinggi sehingga selalu merasa kenyang namun kandungan nutrisinya terbatas. Kemudian bahan tambahan pangan yang terkandung pada makanan juga merupakan salah stu hal yang harus diperhatikan karena pada umumnya makana cepat saji tersebut mengandung zat-zat tambahan seperti pemanis, pengawet, pewarna, dan penguat rasa ( Ramayulisdkk, 2008) 

 Adapun faktor yang memengaruhi perilaku konsumsi makanan cepat saji:

1. Pengetahuan

Pengetahuan bisa memengaruhi perilaku dan pola pikir

2. Pengaruh teman sebaya

Mayoritas remaja mendapatkan dukungan dari teman sebayanya untuk mengonsumsi makanan cepat saji

3. Tempat nyaman untuk berkumpul

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun