Â
Â
Teori hukuman dan Penghargaan
Dalam suatu kelompok, dinamika yang ada di dalamnya adalah hal yang wajar. Ada kalanya, setiap anggota kelompok melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya tetapi dianggap melanggar kesepakatan/ keyakinan bersama. Â Hukuman kerap kali diberikan bagi siapa saja yang dianggap melanggar. Sebaliknya, penghargaan diberikan kepada mereka yang dianggap mematuhi peraturan atau mencapai suatu prestasi.
Hukuman sendiri dianggap sebagai identitas gagal, tiba-tiba, dan berlaku satu arah, bersifat fisik dan psikis, penerima merasa tersakiti. Selanjutnya, disiplin positif memiliki dua jenis dalam bentuk identitas sukses berupa konsekuensi dan restitusi. Konsekuensi sudah terrencana dan disepakati oleh pemberi maupun penerima. Pemberi hanya bersifat menonitor pelaksanaannya saja. Berbeda dengan hukuman, penerima hanya akan merasa tidak nyaman dalam jangka waktu sebentar saja. Sedangkan restitusi merupakan upaya untuk membuat penerima (dalam hal ini murid) bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya, memperbaikinya atas inisiatif sendiri, dan setelahnya penerima dapat kembali ke kelompoknya dengan karakter baik yang lebih kuat.
Dalam menerapkan disiplin, seseorang melakukan posisi kontrol yang berbeda-beda. Dianne Gossen menyebutkan ada lima posisi ketika seseorang melakukan kontrol yaitu sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer.
Dari kelima posisi inilah posisi kontrol sebagai manajer dianggap posisi paling sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam posisi manajer, seorang pemegang kontrol berbuat sesuatu bersama dengan penerima (murid), mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukungnya agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di posisi manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Pada posisi ini terdapat penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.
Â
Â
Keyakinan Kelas/ Sekolah