"Assalamualaikum, hai aku Anggar"
Ku ingat-ingat siapa dia, dan ternyata dia adalah teman dari temanku.
"Waalaikumussalam, iya". Balasku singkat
"Aku mendapatkan nomormu dari temanku, senang berkenalan denganmu semoga kita menjadi teman baik". Dia membalas lagi
Enam bulan setelah kami berteman aku selalu merasa senang dan bahagia dibuatnya. Saat bersamanya membuatku sangat tenang dan tak merasa khawatir tentang apa pun.
Lama-lama kami semakin dekat hingga suatu hari dia berkata bahwa dia menyukaiku dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Aku terdiam karena sebenarnya aku pun merasakan hal yang sama bahwa aku juga menyukai seseorang untuk yang pertama kalinya.Â
 Kemudian aku bersuara dan mengatakan terus terang tentang rasa ini.
"Aku juga, tapi aku tidak berniat untuk menjalin suatu hubungan seperti berpacaran. Ibu dan kakakku tidak mengizinkan itu lagi pula kamu akan muak karena aku sangat pencemburu" aku menjawab
"Sebetulnya aku juga sama sepertimu tidak diizinkan untuk berpacaran diusiaku yang saat ini dan aku bisa menghadapi rasa cemburumu itu" dia menjawab sambil tertawa
Beberapa bulan kemudian setelah itu dia seperti biasa selalu mengirimiku pesan singkat. Dia selalu berusaha melakukan semua yang terbaik sebisanya.Â
Suatu hari dia pergi ke jakarta bersama paman dan bapaknya saat pulang dia menemuiku dan memberiku sebuah gelang.