Mohon tunggu...
Isna Kamal
Isna Kamal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Human

fot The Task

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Apem di Bulan Ramadhan

1 April 2022   01:17 Diperbarui: 1 April 2022   01:25 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

"Ramadhan tiba Ramadhan tiba Ramadhan tiba". Denting lagu-lagu khas menjelang bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini semakin terdengar merdu dari setiap lirik dan bait makna yang sangat mendalam. 

Tiap-tiap toko kelontong, super market, iklan, bahkan fyp tik-tok sekalipun saling berlomba menambah nuansa Ramadhan dengan memutar lagu-lagu religi dan mengusung tema Ramadhan padan tiap-tiap iklan maupun pertokoan.

Marhaban ya Ramadhan. Bulan pada tahun Hijriyah kali ini telah berada di akhir Sya'ban yang secara tidak langsung menunjukkan akan pergantian bulan menuju bulan Ramadhan, dimana negara yang bermayoritas dengan keyakinan Agama Islam ini pastinya akan berantusisas dan menyambut dengan kebungahan hati yang tak dapat terungkap dengan kata-kata. 

Dalam beberapa hadits mengungkapkan: "Barang siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka" (dalam kitab Durrotun Nasihin). Kemurahan hati sang Pencipta memang tidak ada yang melebihi tanding-Nya. 

Hanya dengan kita senang dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan, Allah membalasnya dengan keharaman jasad tiap-tiap mereka untuk masuk ke dalam neraka yang panasnya 70x melebihi panasnya api bumi. 

Kegembiraan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan juga merupakan tanda bentuk keimanan seorang hamba. Kebanyakan dari setiap orang menyebut Ramadhan sebagai bulan yang suci, namun hanya sebagian yang mengetahui dan memahami makna dari kata "suci" itu sendiri. 

Disebut suci karena Ramadhan bulan yang diberkahi juga banyaknya kemuliaan, dan Allah mewajibkan pada setiap muslim untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan maka seluruh pintu surga terbuka untuknya, pintu-pintu neraka Jahim ditutup, setan-setan dibelenggu, dan di dalam bulan Ramadhan terdapat sebuah malam yang lebih baik daripada 1000 bulan yaitu malam Lailatul Qadr. 

Adapun firman Allah yang menunjukkan keistimewaan bulan Ramadhan pada Q.S Al-Baqarah: 185 "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. 

Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak puasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur".

Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1443 H/2022 M ini, pasti ada tradisi perayaan-perayaan untuk menyambut bulan Ramadhan pada setiap daerah yang memiliki perbedaan dan keberagaman. Daerah Jombang Jawa Timur salah satunya, yang turut serta dalam menyambut Ramadhan dengan menggelar Megengan juga berziarah kubur beberapa hari menjelang Ramadhan. 

Pada tahun 1442 H/2021 M kemarin, Bupati Jombang mengadakan acara megengan meskipun di tengah pandemi Covid-19 merajalela dengan ganasnya, beliau mengadakan acara bukan secara bebas tanpa adanya awas, namun beliau tetap mematuhi seluruh protocol Kesehatan juga tidak terlalu terbuka untuk umum, cukup dilaksanakan di Pendopo Pemerintah Kabupaten Jombang dan tidak ada acara kirab apem seperti pada tahun sebelum-sebelumnya. 

Namun perayaan itu tak mengurangi sedikit pun rasa gembira warga Jombang untuk menyambut Ramadhan. Acara megengan sederhana digelar dengan adanya gunungan tumpeng apem setinggi kurang lebih 3m dengan jumlah jajan apem sebanyak 1442 itu dipamerkan di Pendopo Pemkab Jombang. Kabupaten Jombang mengadakan tradisi megengan yang sudah ada sejak lama agar kelestarian dan tradisi nenek moyong tidak luntur oleh zaman maupun waktu. 

Trasisi ini tidak semata-mata hanyalah untuk kebungahan hati saja dalam menyambut Ramadhan, namun memiliki makna yang sangat dalam yakni sebagai ungkapan permohonan maaf kepada sesama umat manusia dan siap memasuki bulan puasa, "Megengan berasal dari kata megeng artinya menahan perbuatan yang dilarang Allah SWT, baik itu menahan lapar, dahaga juga hawa nafsu. 

Sedangkan Afwun artinya maaf, yang diwujudkan dalam tradisi membuat kue apem" tutur Bupati Jombang Hj. Mundjidah Wahab. Kegiatan tahunan ini sekaligus bertujuan untuk mengenalkan pangan local yang disajikan dalam bentuk jajanan apem, melestarikan budaya megengan juga akan meningkatkan produk UMKM dan kreatifitas rasa maupaun aneka apem.

Silaturrahim warga Jombang yang sangat erat tidak sampai di situ saja. Mereka juga mengadakan acara "maleman" yang merupakan tradisi untuk membagikan nasi kotak ataupaun hantaran lain kepada saudara maupun tetangga sebagai perwujudan lain dari sedekah. 

Di Jombang sendiri masih sangat kental akan tradisi ini, maleman diadakan mulai malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan bukan tanpa tujuan, mereka mengharapkan agar bertepatan dengan malam Lailatul Qadr. 

Menurut beberapa warga Jombang, mereka mengadakan acara itu sebagai bentuk rasa syukur mereka karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan lagi tahun ini. Dengan menebar kebaikan dan berbagi kebahagiaan itulah warga Jombang selalu hidup rukun dan damai. 

Selain maleman, ada tradisi lain yang menandakan bahwa akan berakhirnya bulan Ramadhan, dengan berziarah sebagai bentuk tradisi rutinan sebelum lebaran yang dimulai sejak lima hari akhir bulan Ramadhan. Mereka biasa datang secara berombongan maupun berpasangan.

Perbandingan nuansa perayaan dalam penyambutan Bulan Ramadhan dilihat dari sebelum pandemi dengan adanya wabah pandemi sangatlah berbeda. 

Sebelum adanya pandemi, masyarakat Jombang akan berkumpul di GOR Jombang secara berbondong-bondong untuk melihat gundukan jajan apem yang siap akan di arak dari bundaran Ringin Contong yang disebut sebagai "titik nol" kilometer di Kabupaten Jombang, menuju alun-alun Jombang setelah sampai di alun-alun Jombang maka gunungan apem tersebut akan dibagikan kepada warganya. 

Serunya di sini adalah saat masyarakat berebut jajan apem yang menjulang tinggi itu. Tradisi tersebut biasa dijuluki dengan "Grebek Apem". Adanya grebek apem juga sebagai tanda bahwa Pasar Ramadhan di Jombang telah di buka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun