Oleh karena itu, kita harus bisa memposisikan diri dengan baik dalam menghadapi siswa. Ada lima jenis posisi kontrol yang perlu diketahui yaitu sebagai Penghukum, sebagai Pembuat rasa bersalah, sebagai Teman, Sebagai Pemantau dan Sebagai Manajer.
Adapun penerapan budaya positif yang bisa kita lakukan sebagai pendidik di sekolah  adalah dengan Selalu berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk menerapkan budaya positif di sekolah dan  selalu berusaha membangun motivasi intrinsik siswa melalui keyakinan kelas.Â
Dalam pembentukan nilai keyakinan kelas siswa selalau dilibatkan, sehingga siswa ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas tersebut. Mulai curah pendapat, merumuskan keyakinan kelas dan menempel keyakinan kelas tersebut di depan kelas.Â
Melalui hal tesebut siswa akan lebih antusias dalam menjalani keyakinan kelas yang telah dibuat dan juga siswa akan lebih memiliki kesadaran dan bertanggung jawab. Sehingga nantinya seandainya siswa melakukan kesalahan, kita dapat mengembalikan kepada keyakinan kelas tersebut dengan menggunakan tahapan-tahapan segitiga restitusi.Â
Adapun segitiga restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, serta memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.Â
Restitusi membantu murid untuk jujur pada diri sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan. Terdapat tiga langkah dalam Segititiga Restitusi yaitu menstabilkan identitas validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Menstabilkan identitas bertujuan untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Menvalidasi tindakan yang salah bertujuan memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan.Â
Jika anak berbuat salah maka yang perlu kita garis bawahi bahwa ada kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi. Menanyakan keyakinan. Siswa kita Tanya tentang keyakinan yang bernilai atau bermakana. Kita Tanya ingin menjadi orang seperti apa mereka. Kemudian kita hubungkan dengan nilai-nilai yang dmereka percaya. Dari hal tersebut nilai-nilai kebajikan dan motivasi instrinsik akan terbangun dalam diri siswa, sehingga budaya positif di sekolah akan tercipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H