Dengan latar seperti itu, lewat JCC, kopi Jawa bisa semakin dipopulerkan sebagai komoditas unggulan nasional yang bisa diekspor ke kancah global. Ekonomi kreatif berkelanjutan juga bisa didorong melalui Festival Peneleh dengan mempromosikan Kampung Peneleh sebagai destinasi wisata baru. Â
Coffee Talk bergizi
Ini sesuai dengan pernyataan Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) Jatim Muhammad Noor Nugroho dalam sambutannya saat membuka coffee talk tanggal 6 Juli 2024 pukul 09.30 pagi. Bahwa talkshow ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan eksposur dan penjualan komoditas kopi Jawa dengan diversifikasi produk olahan dan jasa kopi sesuai kebutuhan pasar.Â
Bukan hanya konsumen lokal, tetapi juga pasar global sebagaimana tema talkshow pagi itu "How to Bring Nusantara Cofee to International Markets".
Saya beruntung bisa hadir bersama teman-teman Kompasianer Jatim (Cak Kaji) dalam coffee talk tersebut. Gelar wicara yang dilaksanakan di Hotel Double Tree sejak pukul 09.30 sampai pukul 12.00 ini menghadirkan tiga narasumber kompeten yang menyedot perhatian para undangan. Tak heran jika mereka betah sejak awal hingga acara berakhir.
Kalau sudah bicara kopi, kita memang bisa bicara banyak hal menarik melampaui jenis kopi di dalam cangkir yang akan kita minum. Kopi bukan lagi sekadar minuman, melainkan pemersatu beragam orang tanpa memandang latar belakang atau keyakinan.Â
Itulah kira-kira yang disampaikan Muhammad Aga, barista atau pramukopi yang telah menyabet banyak penghargaan dan menekuni bisnis kopi hingga kini. Kopi punya fungsi menarik untuk memantik percakapan dengan orang asing, misalnya, lalu membangun koneksi hingga tercipta komunitas yang solid.
Kekuatan komunitas dan kejelasan pasar
Aga mengingatkan bahwa produk bagus atau kopi enak saja tidak cukup di era saat ini. Pengusaha kopi harus mendekati komunitas dan mendengarkan keinginan mereka sebagai bentuk apresiasi. Di sinilah perlunya memahami bahwa jualan kopi bukan sekadar jualan produk, melainkan menjual pengalaman.
Jika serius menggeluti bisnis kopi, Aga berpesan berdasarkan pengalamannya bahwa kualitas dan kuantitas kopi tidak bisa disatukan. Kalau ada kopi bagus dan produksinya banyak, itu patut dicurigai. Begitu juga jika ada kopi enak tetapi harganya murah, itu juga mustahil.