Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Coffee Talk di Surabaya Angkat Potensi Kopi Nusantara untuk Pasar Dunia

10 Juli 2024   13:05 Diperbarui: 10 Juli 2024   20:36 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Aga, pramukopi dan pencinta kopi (Dok. pri)

Maka pengusaha kopi harus paham soal pasar: mau membidik penikmat specialty grade atau commercial grade. Untuk kopi specialty grade, pasarnya cukup spesifik dengan mengutamakan pengalaman citarasa. Harga yang ditawarkan pun biasanya cenderung lebih mahal. 

Selain persediaannya tak banyak, dari segi cup quality, kopi specialty grade berada di atas 80 poin -- berbeda dengan commercial grade yang cup quality-nya di bawah 80 poin. Selain itu, jenis komersial menarget pasar lebih luas dengan harga lebih terjangkau dan kapasitas produksi lebih tinggi dan proses lebih cepat. 

Yang diburu adalah pengalaman

Sementara Roy N. Mandey, yang merupakan ketua Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), menuturkan besarnya potensi ekspor kopi Nusantara ke luar negeri. Misalnya ke Uzbekistan yang belum tersentuh oleh produk kopi lantaran di sana kopi tidak tumbuh.

Dalam suatu kunjungan di hotel Uzbekistan, Roy terheran-heran mengapa tak ada minuman kopi sebagaimana ditemukan di hotel belahan dunia lain. Yang tersedia hanya teh. Ternyata, kopi baru tersedia saat importir menyetok kopi. Dari sini terbukalah pasar ekspor dari Indonesia.

Roy N. Mandey optimistis Aprindo bisa bawa kopi Nusantara ke kelas dunia. (dok. pri)
Roy N. Mandey optimistis Aprindo bisa bawa kopi Nusantara ke kelas dunia. (dok. pri)

Lebih lanjut Roy menyampaikan bahwa bisnis kopi juga dipengaruhi oleh perubahan iklim, geopolitik dunia, serta perubahan gaya hidup konsumen modern. Namun, ia optimistis bahwa pasar ekspor yang sangat potensial saat ini adalah India dengan serapan 46% melampaui Cina yang hanya 15%.

Mengamini pendapat Aga, Roy menyatakan bahwa pelanggan semakin mencari pengalaman minum kopi yang unggul dan istimewa. Jadi memang bukan sekadar produk, melainkan soal pengalaman. Di sisi lain, konsumen juga kian menyadari bagaimana dampak produksi kopi terhadap lingkungan dan masyarakat. Ini membuat bisnis kopi semakin unik.

Di akhir presentasi, Roy membuka peluang bagi UMKM yang ingin menjajal pasar ekspor. Aprindo bisa menjembatani dan memfasilitasi lewat sumber daya yang mereka miliki. Ia mempersilakan UMKM lokal berhimpun agar bisa dibantu Aprindo.

Frinsa Bandung tembus pasar global

Sebagai narasumber akhir pada Coffe Talk tahun ini adalah Wildan Mustofa, yang merupakan owner CV Frinsa UMKM kopi asal Bandung, Jawa Barat. Lelaki berkaca mata dengan semangat berapi-api ini membuka presentasi dengan kondisi bisnisnya sendiri. Ia mengaku Frinsa tengah berada di tahap maturity, karena telah mencapai tingkat stabilitas dan pertumbuhan yang tenang.

Namun, ia meyakini tahap ini justru krusial: apakah akan terus stabil ataukah malah menurun drastis. Itu tergantung inovasi yang perlu dilakukan. Inilah momen untuk merenung agar dapat mengambil langkah-langkah yang tepat guna menjaga bisnis sehingga kondisinya tenang, terukur, dan terarah.

Wildon Mustofa mengingatkan perlunya peningkatan produksi kopi Nusantara. (Dok. pri)
Wildon Mustofa mengingatkan perlunya peningkatan produksi kopi Nusantara. (Dok. pri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun