Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hikayat Para Pengusir Redup, Perempuan yang Menyalakan Hidup

18 Juni 2024   13:50 Diperbarui: 18 Juni 2024   14:05 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan pembatik yang memanfaatkan energi matahari demi pemberdayaan ekonomi (Dok. Ihya) 

Jika kemalasan, kejumudan, dan berbagai kesukaran hidup kita gambarkan sebagai sesuatu yang "redup", maka perempuan tangguh seperti Susiani adalah pejuang sejati yang tak berhenti berusaha untuk menyalakan hidup. Agar harapan terus berpijar dengan sumber daya terdekat dan lebih hemat seperti energi matahari.

Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip pandangan menarik Eka Budianta -- penulis dan penyair sekaligus pemerhati masalah lingkungan. Sebagaimana diceritakan dalam buku Humanisme Bisnis, ia pernah diundang di sebuah diskusi panel untuk berbicara tentang usaha mengoptimalkan produktivitas tenaga kerja wanita.  

"Saya pikir topik itu sangat bersifat seksis, dan bisa dituduh bernada 'melecehkan' perempuan. Semua tahu di bumi ini tidak ada yang lebih produktif ketimbang perempuan. Mau dioptimalkan bagaimana lagi?" (h.24)

Pendapat Eka bisa dikonfirmasi dengan fenomena di lapangan. Menurut data Kemenko PMK, misalnya, per Juli 2020 ada sekitar 60% dari 64 juta UMKM di Indonesia yang dikelola oleh perempuan. Terutama ketika Covid-19, para wanitalah yang gesit mengambil kendali ekonomi keluarga menyusul para suami yang terkena PHK. Para perempuan begitu adaptif, luwes, dan tidak canggung menggali lahan baru demi mendapatkan pemasukan bagi keluarga.

Inilah sekeping hikayat para perempuan yang berhasil menghapus masalah dengan memilih solusi yang masuk akal. Memilih energi baru terbarukan sembari melestarikan tradisi, yang berdampak luas bukan saja bagi perempuan lain, melainkan lingkungan yang kian mendesak untuk diselamatkan. 

Sumber tulisan:

  • wawancara langsung
  • Humanisme Bisnis (2003), penerbit Puspa Swara
  • Biogas Sumber Energi Alternatif (2019), penerbit PT Trubus Swadaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun