Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Beasiswa ke Jepang Tanpa Kuliah, Pesantren Wirausaha Solusinya

30 Mei 2024   12:36 Diperbarui: 31 Mei 2024   07:53 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembenihan pohon, baik untuk alam dan keuangan (Dok. pri)

Suatu kali seorang teman jurnalis datang untuk meliput. Sudah lazim orangtua yang mengenal wali santri akan mengulurkan uang sekadar untuk jajan. Saat bertemu si sulung, dia pun mengangsurkan paket camilan. "Tadinya mau kukasih uang, tapi kiai tidak memperbolehkan," ujarnya kepada saya serampung berkunjung.

Kebun sayur di kompleks pesantren. (Dok. pri)
Kebun sayur di kompleks pesantren. (Dok. pri)

Demi mendukung kesehatan, ponpes pun memperhatikan makanan santri. Mereka sama sekali tidak menggunakan penyedap rasa atau bahan-bahan kimia dari pabrik. Semua berasal dari kebun, termasuk sayur dan ikan. 

Begitu juga dengan pengelolaan pertanian, peternakan, perikanan -- tak ada zat kimia yang dipakai, semua alami. Selain kebun sayur dengan insect net greenhouse, di lingkungan pondok memang terdapat peternakan sapi dan kambing serta perikanan dalam bentuk biflok. Pola peternakan dan perikanan ini juga ditularkan kepada kelompok petani di desa lain.

Pakan ternak yang dibuat sendiri dengan bahan alami (Dok. pri)
Pakan ternak yang dibuat sendiri dengan bahan alami (Dok. pri)

Tak harus menjadi kiai

Kiai Habibul Amin menandaskan bahwa pesantren berbasis wirausaha ia dirikan menyusul menurunnya kepercayaan publik terhadap lulusan pesantren. Dia berkomitmen bahwa santri modern haruslah memiliki keterampilan atau skill yang bisa diandalkan dan disebarkan minimal kepada masyarakat tempat santri tinggal. 

Keahlian tersebut akan menjadi sarana untuk berkomunikasi dengan umat dalam rangka menggembleng mereka secara ekonomi dan finansial. Masyarakat mungkin spontan menolak jika didaakwahi, tetapi menggunakan media bisnis mereka mungkin akan tertarik.

Bioflok tempat ikan diternak di Ponpes Fathul Ulum Jombang (Dok. pri)
Bioflok tempat ikan diternak di Ponpes Fathul Ulum Jombang (Dok. pri)

Itulah tujuan terselubung kiai. Kendati tidak mewajibkan santri nanti menjadi kiai, setidaknya skill itu menjadi ladang untuk masuk ke relung hati warga. Bahasa ekonomi akan relatif lebih mudah dipakai bersama-sama.

Dengan menjadi petani atau peternak -- yang merupakan profesi dominan di Tanah Air -- para santri lulusan Ponpes Fathul Ulum diharapkan bukan cuma piawai berbicara seputar pertanian, tetapi juga sesekali menyisipkan kajian tentang tauhid, fiqih, hingga tasawuf.

Barangkali spirit positif inilah yang ditangkap oleh perusahaan sebesar Astra, juga Bank Indonesia yang menggelontorkan bantuan kepada ponpes asuhan Habibul Amin baru-baru ini. Ada secercah harapan untuk memajukan negeri lewat kontribusi sporadis dari orang-orang kecil yang ingin tumbuh lewat karya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun