KUE YANG DISAJIKAN selama lebaran jadi salah satu hal yang dinantikan. Ketika Ramadan hendak berakhir, segera terbayang kegembiraan berkunjung ke rumah handai taulan untuk bersilaturahmi dan mencicipi aneka hidangan, termasuk kue-kue dalam stoples yang beragam.
Mereka yang bergembira bukan hanya penduduk kampung, tapi juga penghuni apartemen di kota-kota. Semuanya bersuka cita karena menuntaskan kewajiban dan akhirnya menutup perjuangan dengan perayaan kegembiraan bersama-sama.
Tak terkecuali saya yang sejak kecil menantikan momen "unjung-unjung" yang dalam bahasa Jawa berarti mengunjungi kerabat dan tetangga pada hari lebaran. Sewaktu kecil saya bahkan mengantongi beberapa item jajanan di saku celana untuk dikudap di rumah, salah satunya kacang goreng yang sangat nikmat dan istimewa.
Di antara jenis hidangan yang tersaji selama lebaran, saya selalu menikmati jajanan atau kue tradisional karena punya cita rasa tersendiri dan lantaran makin sedikit yang menyajikannya di atas meja.
Beberapa kue atau jajanan tradisional berikut ini ternyata masih eksis dan saya temui pada lebaran idulfitri tahun 2022 Masehi atau 1443 Hijriah. Penasaran apa saja yang saya dapatkan selama kunjungan kemarin?
1. Kluntung
Kue berbentuk gulungan ini sangat populer di desa saya, di Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Saya yakin kue yang juga dikenal dengan nama semprong ini juga dikenal di banyak daerah lain di Indonesia.Â
Mungkin sebagian orang lebih mengenal dengan sebutan egg roll, nah kluntung adalah egg roll tradisional. Pembuatannyatidak rumit tapi memasaknya cukup trikcy. Adonan dituang dan diratakan pada cetakan tebal nan berat lalu dipanggang di atas api. Cetakan harus diangkat dengan perhitungan waktu yang presisi agar adonan yang dipanggang bisa digulung menjadi kluntung; tidak pecah atau mengeras.
Kluntung atau semprong rasanya manis dan sangat pas dikudap sembari mengobrol bersama keluarga atau sahabat saar silaturahmi lebaran atau bahkan dikemas sebagai oleh-oleh.
2. Gapit
Kue tradisional kedua yang saya jumpai selama idulfitri 1443 H adalah gapit yang bentuknya pipih. Berbahan tepung beras, gapit sama renyahnya dengan kluntung yang masih ada di desa tempat saya dilahirkan.Â
Proses pembuatan gapit pun mirip pembuatan kluntung, dengan dicetak dan dipanggang dia atas api. Bedanya, gapit terasa gurih sedangkan kluntung terasa manis. Beda lain terletak pada bentuknya; kluntung harus digulung sementara gapit cukup dijepit dan dibiarkan pipih agar tetap renyah.
3. Keripik pisang
Keripik pisang juga masih bisa saya temukan di beberapa rumah meskipun jumlahnya tak sebanyak kluntung dan gapit. Mungkin karena pembuatannya harus tekun sehingga orang kini jarang menyajikannya selama lebaran. Solusinya, sejumlah orang mulai membeli keripik pisang berbahan kepok atau pipit sehingga tak perlu repot lagi.
Keripik pisang buatan Lamongan biasa menggunakan jenis kepok yang didatangkan dari Bojonegoro atau Lumajang. Lebaran tahun ini ada produsen yang mengaku absen membuat sebab bahan tengah langka atau cukup mahal. Saya menemukan keripik pisang dalam rasa manis atau gurih, dua-duanya nikmat walau saya lebih menyukai rasa manis.
4. Rengginang
Jajanan lain yang meramaikan deretan kue tradisional adalah rengginang. Agak aneh sebenarnya karena di desa saya rengginang disebut krecek yang bisa bermakna makanan berbeda di daerah lain. Namun rengginang kini juga banyak dipakai sebagai penamaan sehari-hari. Mungkinkah lantaran sempat heboh frasa "remah rengginang" beberapa tahun lalu?
Rengginang dibuat dari beras ketan atau beras biasa yang dikukus lalu dijemur dan digoreng sebelum dihidangkan. Rengginang berciri renyah saat gigir sehingga bisa ambyar kalau tak berhati-hati menggigitnya. Rengginang juga sempat populer karena kerap disimpan di kaleng wafer bermerek kondang.
Awas, ada jebakan!
5. Madu mongso
Selain rengginang, kue tradisional yang saya temukan pada lebaran tahun ini adalah madu mongso. Inilah kue yang semakin langka menurut saya. Dari sekian rumah yang saya kunjungi, hanya satu rumah yang menyajikannya. Apakah karena pembuatannya yang berat dan rasanya yang manis membuat orang enggan mengadopsinya sebagai hidangan lebaran? Yang jelas, bentuknya imut alias lucu karena gendut dengan pita yang disematkan sebagai pengikat.Â
6. Rempeyek
Terakhir, ada rempeyek atau peyek yang juga tersaji dalam toples dan kaleng wafer untuk menyemarakkan hidangan lebaran. Meskipun kategorinya kerupuk, tetapi rempeyek selalu saya temukan dari tahun ke tahun di atas meja selama bersilaturhmi idufitri. Pembuatannya yang mudah dan rasanya yang mantap membuat orang gemar menghidangkannya.
Barangkali untuk melengkapi opor  atau kari ayam yang disantap saat lebaran. Rempeyek yang tersaji antara lain dicampur dengan teri, kacang hijau, dan kacang tanah. Tentu saja favorit saya adalah yang dipadu kacang tanah.
Itulah beberapa kue atau sajian tradisional yang masih eksis dan saya temukan saat lebaran. Sebenarnya wingko yang merupakan kuliner Lamongan juga sempat dihidangkan tapi sangat minor jumlahnya. Mungkin sebab setiap orang sudah bisa membuatnya sendiri dan sangat mudah dibeli bahkan di luar lebaran sehari-hari.Â
Bagaimana dengan sobat Kompasianer, adakah yang mencicipi kue tradisional selama lebaran kemarin? Tentunya mencicipi langsung ya, bukan hanya melihatnya dari aplikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H