Mohon tunggu...
Ismuziani ita
Ismuziani ita Mohon Tunggu... Perawat - Mental Health Nurse

Selalu bersyukur pada Allah.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kisah Nyata: Mendengar Curhat Kisah Hidup Korban "Pelakor"

16 Juli 2020   15:12 Diperbarui: 17 Juli 2020   10:00 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto by:ebahana.com

Malam itu Rian pulang ke rumah tengah malam, saya pura-pura tertidur saat menyadari Rian masuk kerumah. Rian masuk kamar dan melihat saya sudah tertidur. Rian kemudian ke kamar mandi, saat Rian tak ada di kamar, saya periksa HPnya, saya membaca puluhan SMS mesra dari perempuan, sebut saja nama perempuan itu Inong

Bismillahirrahmanirrahim, 

Setelah membaca artikel dari sahabat kompasianer muhibudin aifa tentang Tips menghadapi Pelakor, yang tayang beberapa hari yang lalu, Penulis termotivasi untuk berbincang bincang dengan sahabat Penulis seorang muslimah yang suaminya di goda oleh pelakor. 

Sebut saja nama sahabat Penulis Bunga, atas permintaan Penulis,  Bunga rela untuk berbagi kisah dengan sahabat sekalian.  Semoga sedikit pengalaman hidup Bunga bisa membuat mata kita terbuka, khususnya para wanita yang mengganggu biduk rumah tangga orang lain, para wanita yang jatuh cinta dengan pria yang sudah menikah, yang kemudian mencari berbagai cara agar pria idamannya bisa bercerai dengan pasangannya, kemudian memilih hidup baru dengan pelakor.

" Bunga, kamu bisa berbagi apa yang ingin kamu bagi, dan simpan apapun itu untuk dirimu sendiri, bagian yang tidak ingin orang lain tahu" Saran penulis pada Bunga.

Dengan tarikan nafas panjang, menahan seluruh beban dan sesak di dada, Bunga mulai berbagi kisah hidupnya.

"Saya menikah dengan Bang Rian ( bukan nama sebenarnya) setelah saya lulus Sarjana Pendidikan pada tahun 2001, setelah sebelumnya kami bertunangan lebih kurang selama tiga tahun. Tiga tahun tunangan bukan jaminan bahwa Rian akan setia pada saya sebagai istrinya. Rian pada saat itu bekerja di sebuah Perusahaan BUMD, dengan gaji cukup untuk menghidupi keluarga kecil kami"

"Setahun setelah menikah kami di karuniakan seorang putri cantik, sebut saja namanya Shinta. Rian sangat menyayangi Shinta kecil, sepulang dari kantor, Rian selalu menyempatkan waktunya untuk sekedar bermain dengan Shinta kecil"

"Hingga pada suatu hari, saat itu umur Shinta sekitar 4 tahunan. Rian sudah mulai telat pulang dari kantor. Pulang sering malam dengan alasan lembur kerja, saat saya menghubungi rekan kerjanya, kawannya memberitahukan bahwa Rian tidak lembur di kantor, Rian sudah pulang seperti jam pulang biasanya"

"Hati saya mulai tidak tenang, saya mulai me reka-reka kemana Rian setelah jam kantor. Saya tidak memberi tahu Rian, kalau saya sudah mengetahui bahwa Rian tidak pernah lembur dikantor, saya se olah-olah tidak mengetahui apapun"

"Malam itu Rian pulang ke rumah tengah malam, saya pura-pura tertidur saat menyadari Rian masuk kerumah. Rian masuk kamar dan melihat saya sudah tertidur. Rian kemudian ke kamar mandi, saat Rian tak ada di kamar, saya periksa HPnya, saya membaca puluhan SMS mesra dari perempuan, sebut saja nama perempuan itu Inong. 

"Saya membaca sekilas deretan SMS dari Inong dengan perasaan campur aduk, secepat kilat saya salin nomor HP Inong di kertas dan saya simpan dibawah tumbukan pakaian saya di lemari"

"Esoknya saya hubungi nomor HP Inong, saya bilang saya istrinya Rian, dan mengajaknya berjumpa, Inong memenuhi permintaan saya untuk berjumpa, saya meminta nya datang ke Sekolah tempat saya bekerja. Inong datang ke Sekolah, saya bawa dia ke ruangan saya, karena saya guru BP, ruangan saya terpisah dengan ruangan dewan guru lainnya, dan kami bisa bebas berbicara"

Penulis terus menyimak cerita Bunga, kali ini penulis ingin bertanya pada Bunga
"Bagaimana rupanya wajah si Inong itu Buk, dan bagaimana kamu mengontrol emosi kamu, biar tidak pecah saat berjumpa Inong..? " Tanya penulis pada Bunga .

Bunga menanggapi pertanyaan Penulis, dan melanjutkan ceritanya

"Wajah Inong cantik, dia lebih muda lima tahun dari saya, kulitnya putih, tubuhnya langsing, secara fisik memang dia lebih menarik, tapi tetap bersyukur pada Allah atas semua pemberian Allah pada saya, semoga Allah selalu mempercantik hati dan sikap saya. Saat itu Inong minta maaf dan berjanji tidak akan berhubungan lagi dengan Rian, Inong mengaku tidak mengetahui jika Rian sudah menikah. Inong meminta nomor HP saya, dan saya berikan, saya percaya atas niat baik Inong yang berjanji tidak akan berhubungan lagi dengan Rian"


"Sesaat setelah pertemuan itu, saya menjadi tenang, harapan saya semoga kedepan tidak akan ada masalah lagi dalam hubungan saya dan Rian"


Bunga menarik nafas panjang, dan jeda sejenak, Penulis menunggu dengan sabar, tanpa bersuara dan tanpa bicara sedikitpun, kemudian Bunga melanjutkan lagi ceritanya.


" Ternyata Inong tidak sungguh-sungguh dengan janjinya, sikap baiknya saat berjumpa dengan saya hanya sandiwaranya saja. Selang dua jam dari pertemuan saya dengan Inong, Inong mengirim SMS ke saya, dengan kata-kata kasar, dan pada akhirnya Inong mengirim pesan ke HP saya dengan kalimat menyatakan dia sangat mencintai Rian, dan apapun yang terjadi tak akan melepaskan Rian"


"Selang beberapa saat kemudian, Rian menelpon saya, dan memarahi saya, karena saya mengajak Inong berjumpa, diam-diam tanpa setahu Rian. Ternyata Inong telah bercerita pada Rian, jika kita telah bertemu. Rian tidak pernah sebelum nya memarahi saya, dan kemudian Rian mengancam saya, jika saya memberitahukan hal ini pada keluarga, Shinta yang akan dibawa jauh dari saya, tiba-tiba wajah Shinta kecil menghiasi pikiran saya, saya izin pada Kepala Sekolah untuk pulang lebih awal, dengan alasan kurang sehat"


"Sesampai dirumah, saya mencari Shinta, ibu saya mengatakan Shinta sedang tidur, saya memilih istirahat di kamar, untuk menenangkan pikiran saya. Setelah itu saya menyiapkan makan siang untuk Rian, Rian pulang tapi tak berbicara dengan saya, saya memberitahukan untuk makan, dia menjawab dengan suara kasar, dia tak mau makan. Kemudian dia kembali mengancam saya, jika saya memberitahukan kepada keluarga dia punya hubungan dengan Inong, saya tidak akan bisa melihat Shinta lagi "


Penulis kembali bertanya pada Bunga "Jadi buk Bunga, tidak bercerita pada keluarga buk Bunga tentang masalah ini? "


"Pertamanya saya tidak bercerita, tapi setelah satu bulan kemudian saya bercerita pada Ibu saya, saat itu karena Ibu menanyakan kepada saya, kenapa Rian sering telat pulang dari kantor belakangan ini. Respon Ibu dan Ayah saya, mendatangi keluarga Rian, dan membicarakan masalah ini, sementara keluarga Rian marah pada saya dan keluarga saya, mereka mengatakan kami memfitnah Rian"


"Hubungan saya dengan Rian dan keluarga Rian tidak harmonis lagi, saya berkeinginan untuk menggugat cerai Rian, keinginan saya di tentang oleh Ayah saya, kata Ayah jangan menyerah pada orang yang merusak rumah tangga kamu, kamu berhak mempertahankan pernikahan kamu"


"Hidup tetap berjalan, Rian semakin hari semakin lupa dengan saya dan Shinta, kebutuhan hidup saya dan Shinta di ambil alih oleh orang tua saya, kebetulan saya masih tinggal bersama dengan orang tua, saya tetap melayani Rian sebagai suami saya, tidak peduli dengan sikapnya pada saya. Inong masih saja sering mengirim SMS ke saya, menuliskan kata-kata yang menyakitkan hati saya, jika saya membalas SMS nya, dan balasan saya akan dikirim ke Rian, dan Rian akan memarahi saya, Rian tidak akan menerima penjelasan saya, bagi Rian yang salah adalah saya"


"Hingga suatu hari, saya menemukan buku nikah Rian dan Inong di dalam tas kerja Rian, hati saya hancur sebenarnya, tapi saya mencoba berpikir positif, dari pada mereka berzina, mungkin lebih bagus menikah. Saya ajak Rian berbicara masalah ini, Rian menjelaskan bahwa benar dia telah menikah dengan Inong, dan karena saya sudah tahu masalah ini, maka Rian akan berbagi waktu jadwal menginap di rumah Inong dan rumah saya "


Penulis menanyakan lagi pada Bunga "Setelah berapa lama mereka menikah, buk Bunga menemukan buku nikah mereka, dan itu buku nikah KUA atau buku nikah siri? "


"Buku nikah mereka dari KUA, tapi alamat nya tidak sesuai KTP mereka, saya tidak tahu, bagaimana ceritanya sehingga bisa ada buku nikah tersebut, dan saya juga tidak terpikirkan untuk melaporkan mereka ke pihak berwajib karena memakai alamat dan status palsu pada saat itu"


"Sepeninggal kedua orang tua saya, kehidupan saya semakin sulit, saya tidak dinafkahi oleh Rian, uang gaji saya yang hanya guru honorer tidak mencukupi kehidupan saya dan anak saya, tahun 2008 saya hamil dan mengalami perdarahan, saya meminta Rian standby dirumah saya, jika perdarahan tambah banyak, mungkin saya perlu penanganan medis. Rian tidak peduli, dia tetap pulang dan menginap di rumah Inong, rumah Inong dan rumah saya berjauh kira-kira satu jam perjalanan dengan sepeda motor/mobil "


"Malam nya saya mengalami perdarahan hebat, sekitar jam sepuluh malam saya menelpon Rian, meminta nya membawa saya ke Klinik, Rian menolak permintaan saya, besok pagi saja katanya. Saya menahan nyeri perut yang hebat, saya minum obat anti nyeri untuk meringankan rasa sakit. Saya tak berani minta pertolongan saudara atau tetangga saya, akhirnya saya pasrah saja, jika Allah menginginkan saya masih hidup, tentulah perdarahan hebat ini tak akan merenggut nyawa saya. Jam lima subuh saya coba SMS Rian, saya mengatakan merasa sangat lemah, tapi SMS balasan yang masuk ke HP saya dengan nomor Inong menuliskan kata kata yang kasar, kata Inong saya tidak usah cari-cari alasan biar Rian menemani saya, nyeri perut yang hebat terkalahkan dengan luka dihati saya"


"Paginya Rian sampai, dengan marah-marah membawa saya ke Klinik Bersalin. Di klinik Rian ditanyakan oleh Bidan yang sedang bertugas, kenapa tidak tadi malam langsung dibawa pasiennya, biar cepat tertangani, sayup-sayup saya mendengar Rian bilang pada petugas, saya tidak mau ke Klinik tadi malam, saya malas berdebat.

"Dokter Spesialis Kandungan melakukan tindakan kurettasi pada rahim saya, setelah saya dibius total sebelumnya. Saat saya sadar, yang saya temukan bukan suami saya menemani saya, tapi kakak sepupu saya, saya menanyakan keberadaan Rian pada sepupu saya, sepupu saya mengatakan Rian pulang, tadi Rian meminta pada Kak Laila untuk menemani saya "

 "Kak Laila memberikan HP kepunyaan saya yang dititipkan Rian padanya, ada beberapa SMS masuk dari Inong, dia kembali mengganggu saya dengan kata-kata kasar nya, Inong menuduh saya curang, katanya saya pura-pura sakit untuk menarik perhatian Rian. Saya hapus SMS Inong, saya abaikan dengan tidak membalas nya"

" Dua bulan setelah keguguran, saya hamil lagi, saya memberitahukan Rian, Rian meminta saya untuk menggugurkan kandungan saya dengan alasan Inong marah jika saya hamil, saya tidak tahu kenapa Rian harus mendengar dan mengikuti semua perkataan Inong, ada yang bilang sama saya mungkin Rian terkena semacam guna-guna atau pengaruh magic lainnya, saya kurang percaya hal ini, saya cuma mengandalkan Allah, ini ujian dari Allah buat saya"


"Saya melahirkan anak kedua, bayi laki-laki, biaya persalinan harus saya tanggung sendiri,Rian tidak mau mengeluarkan biaya, meskipun pernah meminta saya untuk menggugurkan kandungan, Rian sangat senang pada bayi laki-laki kami, saya berharap dengan kehadiran anak kedua, Rian bisa berubah, bisa menyayangi saya dan anak-anak"


Penulis kembali bertanya pada Bunga, memberikan ruang supaya Bunga bisa mengatur emosinya " gimana sikap Rian setelah anak kedua lahir, Bunga tadi gak cerita, dengan Inong Rian punya anak atau gak? "


" Anak Rian dengan si Inong, sekarang ada dua, dua-duanya laki-laki, pada saat anak saya Furqan ( nama samaran) masih kecil, anak Rian baru satu, anak pertama nya ber umur sekarang sekitar 13 Tahun, dan anak keduanya sekarang ber umur kira-kira sekitar tiga tahunan, anak saya Shinta 17 tahun dan anak saya Furqan 10 tahun"


"Saat Shinta kelas dua SMP, Rian di PHK dari kantor nya, bagi saya sebenarnya tidak ngaruh Rian ada kerja atau tidak, karena Rian tidak menafkahi kami, bertahun tahun sejak Rian menikah lagi, Rian menjadikan saya bukan hanya sebagai istri nya, saya merasa seperti pembantunya, semua baju baju nya saya yang cuci dan setrika, katanya Inong gak sempat cuci baju, jadi pakaian Rian saya yang cuci, sementara pakaian Inong dibawanya ke Loundry, saya pernah melihat bon Loundry di kantong baju Rian "


Penulis pun emosi mendengar cerita Bunga, Penulis bertanya lagi karena penasaran " Apa yang membuat buk Bunga bertahan, dalam kondisi di Poligami, tidak dinafkahi, tidak diberikan kasih sayang yang wajar, dan di dhalimi seperti ini? "


" Pertamanya yang membuat saya bertahan karena anak saya Shinta, sampai saya punya anak satu lagi, Furqan, biarlah meskipun tidak dinafkahi setidaknya masih serumah dengan papanya, meskipun jarang-jarang"
Untuk kesekian kalinya, penulis bertanya lagi pada Bunga " Sampai sekarang buk Bunga masih di Poligami..? "


" Akhir 2018 saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Rian, saya mengajukan gugatan cerai ke Mahkamah Syari'ah, saya sudah tidak bisa bertahan, dan anak-anak pun sudah besar, jadi tidak bisa membawa anak-anak saya ke rumah istri keduanya, saya tidak bisa bertahan karena Rian sudah mulai KDRT dan mulai mengenal Narkoba, saya melihat gejala efek narkoba muncul pada Rian, dan beredar berita Rian dan Inong pengedar narkoba, saat ini Inong sedang menjalani hukuman di penjara karena tertangkap kasus Narkoba"


Penulis terkejut mendengar uraian Bunga, Penulis tak tega lagi rasanya untuk terus bertanya pada Bunga, tapi jiwa penasaran Penulis masih menggoda hati untuk bertanya lagi. "Sekarang buk Bunga memilih single parent, anak-anak dalam asuhan buk Bunga, apa buk Bunga tidak kewalahan sendiri menafkahi dan mengasuh anak-anak? "

Bunga menggelengkan kepalanya menandakan jika Bunga tidak kewalahan mengasuh anak sendirian.


"Bagi saya tidak ada bedanya, ada suami atau tidak, toh selama Rian masih berstatus suami saya, Rian juga tidak sepenuhnya mengasuh anak-anak, dan tidak juga menafkahi kami, malah saya yang ikut memberikan uang kepada Rian untuk bensin, pulsa dan rokoknya, jadi saya berpikir dengan berpisah malah saya ikut menghemat pengeluaran biaya"

Penulis merasa sudah cukup mendengar semua kisah hidup Bunga, Bunga mencoba mempertahankan pernikahan nya dari PELAKOR, tapi pada ujungnya terpaksa harus mengambil jalan perpisahan. Penulis kemudian menanyakan pesan-pesan dari Bunga untuk ibu-ibu yang suami nya tergoda wanita lain. 

"Dari saya ni, untuk istri yang suaminya tergoda wanita lain, jangan marah-marah, jangan mengambil keputusan saat marah, jangan membenci suami, tetap berikan pelayanan untuk suami, tetap berikan asuhan terbaik untuk anak-anak, sambil terus berdoa pada Allah agar diberikan jalan keluar yang terbaik, pada akhirnya saat saya memilih bercerai, saya berdoa pada Allah, agar saya dijauhkan dari orang-orang yang menzhalimi saya, Rian menikah lagi sekitar tahun 2006, saya coba dulu bertahan dan bersabar, meskipun akhir 2018 saya harus mengambil keputusan berpisah, keputusan ini saya ambil karena sudah ada ancaman nyawa, Rian sudah sering memukul Shinta dan saya, Rian dan Inong pun sudah terperangkap dalam kasus narkoba. Harapan saya, semoga tidak ada wanita dan anak-anak lainnya yang menjadi korban karena kepala keluarga tersandung cinta wanita lain"

Kemudian Penulis mengucapkan terimakasih atas kerja sama Bunga membagikan kisah hidupnya, Penulis mencoba menggoda Bunga dengan pertanyaan  terakhir " Ini pertanyaan terakhir ya, hhmmm... Maaf,Buk Bunga, apa tidak ada keinginan untuk menikah lagi? "

Bunga tersenyum mendengar pertanyaan Penulis

" Apa saya harus menjawab juga pertanyaan ini, keinginan untuk menikah lagi kadang ada terbersit dihati saya, setelah sekian lama saya menderita lahir dan batin, tapi Allah belum mengirim seseorang untuk saya, semuanya saya serahkan pada Allah yang maha Kuasa"

Penulis ikut memberikan semangat pada Bunga, ikut mendoakan agar Bunga mendapatkan seseorang yang akan mendampingi Bunga sampai akhir usia. Pertemuan kali ini berakhir dengan sebuah pelukan hangat, penulis seakan ikut merasakn beban hidup yang dirasakan sahabatnya. Semoga dengan kisah Bunga kita bisa mengambil pelajaran hidup untuk kita semua. 

Pada Allah jua penulis mengucapkan Syukur alhamdulillah, setelah berhasil mengontrol emosi dalam menulis artikel ini. 

Banda Aceh, 16 Juli 2020

Ismuziani ita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun