Setibanya di desa Undar-Andir, residen menemukan bahwa jalan menuju pesanggrahan Cikande Udik telah dihalangi dengan berbagai cara dan anggota kelompok perlawanan menunjukan sikap mengancam. Namun rombongan residen terus bergerak hingga mencapai jarak kira-kira 150 reod dari rumah Kamphuis. Ketika melihat kedatangan residen, kelompok massa itu segera melakukan serangan hingga melukai komandan Zillesen.
Residen Buyn yang melihat situasi tidak menguntungkan segera menarik diri dan kembali ke desa Undar-Andir. Di sana ia menyimpulkan bahwa peristiwa itu bukan hanya merupakan perampokan biasa tetapi sudah mengarah pada pemberontakan rakyat. Oleh karenanya dengan meninggalkan Zellisen dan kesatuan Jayengsekar di Undar-Andir, Buyn kembali ke Serang.
Setelah tibanya di Serang, ia berunding dengan komandan garnisun, komandan Jayengsekar dan Bupati Bantenbagi pengarahan pasukan yang lebih besar pada hari itu. Bupati diperintahkan membawa pasukan ke Petir untuk mencegah perluasan perlawanan, sementara para asisten residen di seluruh karesidenan Banten diperintahkan untuk waspada.
Buyn melihat bahwa konsentrasi pasukan harus segera dilakukan untuk mematahkan perlawanan. Oleh karena itu ia bukan hanya memanggil sejumlah kesatuan dari Pandeglang dan Anyer, namun juga meminta bantuan dari para pelaut Bugis yang bermukim di Pulau Panjang untuk bergabung dalan pasukan yang akan dikirim ke Cikande Udik.
Di samping itu juga Buyn menyiapkan peralatan sejumlah perahu dan kapal di laut yang akan mencegat pelarian gerakan perlawanan kea rah pantai. Buyn, yang khawatir bahwa berita peristiwa itu dengan cepat akan memotivasi pergolakan di tempat lain, mengirimkan laporan kepada pemerintah pusat dan residen Batavia yang diterima pada tanggal 14 Desember 1845.
Sementara itu pesanggrahan Cikande Udik, para pemimpin perlawanan segera mewujudkan rencana mereka dengan menegakan struktur pemerintahan baru.
Sejumlah tokoh yang terlibat langsung dalam pembunuhan orang-orang Belanda diberi gelar dan kedudukan, sementara tujuan perlawanan mereka kini diperluas bukan hanya membebaskan rakyat dari penderitaan melainkan juga semangat jihad untuk mengusir semua orang kafir dari tanah Banten.
Untuk meningkatkan kepercayaan dan pengaruhnya, sejumlah jimat dan mantra dibagikan kepada anggota perlawanan dengan keyakinan mereka tidak akan mempan terkena senjata lawan. Jumlah mereka juga telah bertambah dari sekitar 300 menjadi 600 orang sebagai akibat dari kedatangan massa di luar Cikande.
Buyn membawa seluruh kekuata yang ada di Serang ke Undar-Andir dan mereka tiba pada pukul 11 malam tanggal 13 Desember 1845. Kekuatan yang dibawa Buyn terdiri atas kapten Buyn sebagai komandan, letnan infanteri Fytsen, 45 orang serdadu dari kompi ke-2, batalyon ke-13 dan 3 pucuk Meriam. Bersama mereka juga tiba sekitar 30 orang anggota Jayengsekar di bawah komandan letnan Zetstra.Â
Pasukan ini diperkuat oleh beberapa orang kepala pribumi setempat yang membawa sekitar 50 orang serdadunya. Setelah mata-mata dikirm untuk memantau situasi dan kembali melaporkan hasilnya, pada pukkul 4 subuh tanggal 14 Desember 1845 kesatuan ini mulai bergerak menuju pesanggrahan Cikande Udik yang dipimpin oleh kapten Buys sementara residen Buyn mengikutinya.
Setelah menyebrangi parit yang mengelilinginya, pasukan memasuki lokasi pesanggarahn. Letnan Zetstra dan kesatuan Jayengsekar memulai penyerangan terhadap gerombolan massa. Sebelum Zetstra bergerak, tiga pucuk Meriam di bawah komando Sersan Pauly melepaskan tembakan untuk menghancurkan barikade yang merintangi halaman.