Mohon tunggu...
Ismi Aryanti
Ismi Aryanti Mohon Tunggu... Lainnya - Ismi Aryanti Khusnul Khatimah

" Mahasiswa Prodi Pendidikan IPA, Universitas Pancasakti Tegal "

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Praktikum dalam Proses Pembelajaran Sains

9 Juli 2022   22:40 Diperbarui: 9 Juli 2022   22:54 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen pribadi

Pentingnya Praktikum dalam Proses Pembelajaran Sains

Oleh: Ismi Aryanti Khusnul Khatimah

Mahasiswi Program Studi Pendidikan IPA Universitas Pancasakti Tegal

ismiaryanti@gmail.com

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penafsiran praktikum ialah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat menemukan peluang untuk menguji, serta melakukan suatu percobaan. Praktikum ialah suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar. 

Dalam kegiatan praktikum, biasanya terdapat langkah-langkah untuk melakukan suatu percobaan yang dilakukan dalam pengujian untuk memperoleh hasil yang akurat berdasarkan fakta yang ada.

Menurut Albert Einstein (1940), sains adalah sebuah upaya atau tindakan yang memungkinkan dari berbagai variasi atau pengalaman indrawi, yang mampu membentuk sebuah sistem pemikiran atau pola pikir secara rasional dan seragam.

Pengembangan keahlian proses sains siswa bisa dilakukan dengan menggunakan tata cara praktikum, sebab pada aktivitas praktikum bisa dikembangkan keterampilan psikomotorik, kognitif, dan juga afektif. Pada aktivitas praktikum, siswa dapat melakukan aktivitas mengamati, menafsirkan informasi, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, merancang praktikum, mengkomunikasikan hasil praktikum dan mengajukan persoalan.

Dalam proses pembelajaran sains, dibutuhkan suatu cara yang digunakan agar siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan yang sesuai dengan kurikulum yang ada. Salah satu cara yang tepat adalah dengan melaksanakan praktikum. Karena, dengan kegiatan praktikum akan memudahkan siswa dalam memahami konsep, kenyataan, dan proses sains. 

Sehingga keterampilan siswa akan semakin meningkat. Kegiatan praktikum yang terdapat dalam proses pembelajaran sains akan membangkitkan semangat kepada para siswa, sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu serta dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis dalam memecahkan suatu masalah.

Pendidikan sains merupakan pendidikan yang mempunyai banyak materi di dalamnya, yang dilakukan sesuai dengan tuntunan kurikulum yang berlaku, serta dalam pelaksanaan pembelajarannya sangat dibutuhkan aktivitas praktikum selaku penunjang supaya siswa bisa memahami suatu konsep yang susah dimengerti bila tidak dilakukan kegiatan praktikum dalam proses belajarnya. 

Aktivitas praktikum yang ada pada proses pembelajaran dapat meningkatkan banyak keahlian, baik keahlian raga maupun keahlian sosial. Kegiatan praktikum dalam proses pembelajaran sains merupakan suatu fasilitas bagi siswa yang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami materi-materi dalam proses pembelajaran serta agar siswa dapat berlatih mempraktikkan keahlian proses sains. 

Keahlian sains yang bisa dilakukan dalam aktivitas praktikum diantaranya yaitu untuk meningkatkan keahlian siswa dalam proses observasi, komunikasi, interpretasi, klasifikasi, merancang dan melaksanakan penelitian, mengajukan persoalan, serta mengajukan hipotesis. Semua keterampilan tersebut ialah keahlian proses intelektual yang penting dilakukan dalam mempelajari sains.

Ada empat alasan mengapa praktikum perlu dilakukan dalam proses pembelajaran sains. Pertama, praktikum bisa membangkitkan motivasi belajar sains, kedua praktikum bisa meningkatkan keahlian dasar dalam melaksanakan eksperimen. Ketiga, praktikum bisa menjadi tempat untuk memahami pengetahuan ilmiah. Keempat, praktikum mendukung modul pelajaran.

Sekitar tahun 1960 sampai tahun 1970, kurikulum dalam pembelajaran sains di berbagai negara sudah menekankan pada kegiatan praktikum, tapi hanya sedikit penelitian yang dilakukan pada waktu itu terutama pada kegiatan penelitian mengenai aspek proses belajar pada kegiatan praktikum. 

Pada tahun 1960, terdapat reformasi dalam pembelajaran sains, kegiatan praktikum yang ada dalam pendidikan sains dilakukan agar para siswa menjadi lebih terbiasa dan semakin akrab dengan kegiatan pengamatan, penemuan, dan proses memecahkan suatu masalah.

Walaupun kegiatan praktikum sudah ada sejak lama dan sudah menjadi salah satu bagian dalam pembelajaran sains di banyak negara, namun peranannya masih terdapat perubahan dalam menemukan fakta-fakta yang ada. Dalam Sebagian besar kurikulum sains, terutama pada saat tahun 1960, kegiatan praktikum yang paling utama yaitu digunakan untuk mengkonfirmasi aspek-aspek yang berupa fakta dan teori-teori yang terdapat dalam pembelajaran sains. 

Kurikulum sains pada tahun 1960 dan tahun 1970 mengubah kegiatan yang ada di laboratorium dari mengkonfirmasi aspek-aspek yang berupa fakta dan teori-teori untuk memunculkan masalah, kemudian mengembangkan keterampilan inkuiri, serta untuk memberikan kesempatan belajar, dan untuk melakukan sebuah penelitian. 

Kegiatan praktikum sudah sejak lama digunakan agar dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam menciptakan pengalaman secara langsung mengenai prosedur eksperimen, objek-objek, dan konsep-konsep. Pada kurikulum baru, kegiatan laboratorium digunakan sebagai perangkat dalam belajar inkuiri ilmiah dan dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

Kegiatan penelitian maupun percobaan (kerja ilmiah) selalu dilakukan melalui pemberian pengalaman belajar yang dilakukan secara langsung dengan menggunakan dan mengembangkan keterampilan suatu proses yang meliputi suatu kemampuan dalam mengamati, menyusun suatu hipotesis, 

melakukan pengukuran, mengajukan suatu pertanyaan, merencanakan suatu percobaan, dalam hal ini termasuk juga mengidentifikasi berbagai variabel yang ada dalam suatu percobaan, membuat kemudian menafsirkan suatu informasi berupa grafik atau data, menerapkan suatu konsep, kemudian menyimpulkan, 

lalu mengkomunikasikannya, semua itu bisa dilakukan secara verbal maupun dengan cara non verbal. Agar dapat dikembangkannya sikap-sikap dan nilai yang meliputi rasa keingintahuan, jujur, teliti, tekun dalam melakukan suatu kegiatan, memiliki daya cipta, memiliki pemikira yang terbuka, kritis dan mau mengajukan hipotesis, memiliki kemampuan dalam bekerja sama, serta peduli terhadap lingkungan sekitar.

Tempat yang biasanya digunakan dalam kegiatan pembelajaran sains salah satunya yaitu di laboratorium. Laboratorium ialah suatu ruang tertutup dimana percobaan atau eksperimen serta riset dilakukan. 

Laboratorium dilengkapi peralatan-peralatan yang bisa digunakan dalam melaksanakan suatu eksperimen ataupun percobaan yang dicoba pada proses pembelajaran sains, melaksanakan pengujian sesuatu percobaan, setelah itu menganalisisnya, melaksanakan riset ilmiah, maupun melakukan praktek- praktek yang lain yang ada dalam pembelajaran sains. 

Salah satu tujuan digunakannya laboratorium dalam pembelajaran sains adalah untuk memperdalam pengetahuan setiap peserta didik. Laboratorium merupakan salah satu tempat yang digunakan dalam proses belajar mengajar. 

Pengetahuan yang diberikan oleh seorang pendidik yang dilakukan secara lisan di ruang kelas belum bisa sepenuhnya memberikan pengetahuan sekaligus makna yang mendalam bagi setiap peseta didik, karena masih terdapat banyak teori-teori yang diberikan, sehingga diperlukan suatu pembuktian ilmiah. 

Berbagai macam teori yang diberikan oleh seorang pendidik di dalam ruang kelas akan lebih bermanfaat dan lebih bermakna bagi siswa apabila mereka mereka semua dapat membuktikan sendiri melalui suatu percobaan-percobaan dan kegiatan-kegiatan praktikum. 

Dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, peserta didik akan memperoleh kemampuan pengetahuan yang lebih bertahan lama pada diri setiap peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat secara aktif dalam mengembangkan dan membangun pengetahuannya.

Meskipun demikian, masih banyak kendala-kendala yang dapat mengakibatkan pembelajaran yang dilakukan di laboratrium menjadi tidak efektif bagi peserta didik, masalah tersebut muncul dari beberapa faktor, diantaranya yaitu karena kegiatan praktikum yang dilakukan biayanya sangat mahal, 

sedangkan masalah yang ada pada pendidik yaitu bagaimana mendapatkan alat-alat laboratorium yang sesuai dengan keadaan keuangan sekolah, bisakah guru sains dalam menggunakan alat-alat laboratorium, bagaimana cara memelihara alat-alat laboratorium, bagaimana cara penyimpanan dan perawatan alat-alat tersebut? semua hal tersebut seringkali membuat frustasi para tenaga pendidik. 

Sehingga akibatnya dapat menghambat kegiatan praktikum yang dilakukan, serta dapat memperburuk hasil belajar yang diperoleh jika tanpa dilakukannya kegiatan praktikum, padahal biasanya di negara-negara berkembang masih diterapkan kurikulum sains dan mau menerima tantangan dalam belajar sains. 

Oleh karena itu, sebaiknnya di negara berkembang seperti di Indonesia membuat peralatan dengan harga yang memadai, dengan cara mendistribusikan nya secara langsung oleh pusat untuk seluruh sekolah-sekolah di negaranya secara nasional, atau dengan menyediakan bantuan peralatan labolatorium yang dilakukan oleh pusat. 

Jika tidak, maka para pendidik harus pintar membuat peralatannya sendiri maupun dengan bantuan para pengrajin lokal yang ada di sekitarnya.

Oleh karena itu, selain kegiatan praktikum dilakukan di laboratorium, terdapat alternatif sederhana yang mungkin dapat membatu para tenaga pendidik, yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan praktikum sederhana, yang dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana serta mudah diperoleh.

Sekian yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat untuk teman-teman semua. Jangan lupa like and share ya jika kalian merasa artikel ini bermanfaat, kemudian jika terdapat pertanyaan silahkan teman-teman bisa menuliskannya di kolom komentar. Terimakasih.

Daftar Pustaka

Abrahams, I. (2018). Does practical work really work? A study of the effectiveness of practical work as a teaching and learning method in school science. International Journal of Science Education, 1945-1969.

Brown, C. (2018). Creating Better Learners Through Learning Science: A Sample of Methods. Journal of Library Administration, 375-381.

Eick, C. (2003). Coteaching in a science methods course: A situated learning model of becoming a teacher. Journal of Teacher Education, 74-85.

Hodson, D. (2014). Learning Science, Learning about Science, Doing Science: Different goals demand different learning methods. International Journal of Science Education, 2534-2553.

Milne, C. (2009). Assessing self-evaluation in a science methods course: Power, agency, authority and learning. Teaching and Teacher Education, 758-766.

Pals, F. (2018). Memorisation methods in science education: tactics to improve the teaching and learning practice. International Journal of Science Education, 2027-241.

Rice, D. C. (1998). Using Concept Maps to Assess Student Learning in the Science Classroom: Must Different Methods Compete? Journal of Research in Science Teaching, 1103-1127.

Schmidt, J. (2009). Why are we learning this? Using mixed methods to understand teachers’ relevance statements and how they shape middle school students’ perceptions of science utility. Contemporary Educational Psychology, 9-31.

Stokes, A. (2015). Methods of Knowledge Exchange and Learning Focused on Local Authorities' Experiences of Flood Science Communication. International Journal of Science Education, Part B: Communication and Public Engagement, 114-138.

Watts, M. (2003). The orchestration of learning and teaching methods in science education. Canadian Journal of Science, Mathematics and Technology Education, 451-464.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun