Kita tentunya setuju, bahwa W.S.Rendra merupakan salah satu penulis kenamaan Indonesia. Tak sedikit orang, baik pemula, praktis, senior, dan penulis lainnya dari berbagai negara yang ikut serta dalam mendalami, meneliti karya-karya W.S.Rendra. Sebelum kita membahas salah satu puisi miliknya yang berjudul Telah Satu, mari kita mengenal W.S. Rendra secara singkat.
Willibrordus Surendra Broto Rendra, atau yang kita kenal W.S. Rendra. Ia lahir di Solo, 7 November 1935. Ia adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Ia pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an. Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995), (Nurdyansa, 2018).
Berikut adalah puisi "Telah Satu" karya W.S. Rendra
                      Â
                            TELAH SATU -- W.S. Rendra
Â
Gelisahmu adalah gelisahku.
Berjalanlah kita bergandengan
dalam hidup yang nyata,
dan kita cintai.
Â