"Aku adalah kapal yang telah berlabuh dan ditambatkan" dalam kalimat ini aku lirik menggambarkan bagaimana ia seolah-olah menjadi kapal yang sudah berlabuh. Maksudnya, kapal yang berlabuh dan ditambatkan dapat diartikan bahwa aku lirik telah menemukan seseorang yang tepat untuk tempatnya kembali dalam keadaan apapun.
"Kita berdua adalah lava yang tak bisa lagi diuraikan" Pada kalimat ini menggambarkan pasangan kekasih yang tak dapat untuk dipisahkan dalam keadaan apapun, lava sebagai unsur alam yang menyatu dan sulit dipisahkan menciptakan citra keabadian dan kesatuan, karena itu lava dijadikan sebuah perumpamaan dalam kalimat ini.
Puisi-puisi milik W.S. Rendra juga dikenal dengan karya-karyanya yang kuat dan kritis secara sosial dengan mengangkat isu-isu politik sosial di Indonesia. Puisinya seringkali mencerminkan perjuangan keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia. Melalui puisi "Telah Satu" W.S. Rendra mengajak pembaca untuk masuk kedalam imajinasinya lewat setiap larik yang dikemas dengan sedemikian rupa sehingga pembaca dapat merasakan apa yang tertulis dalam puisi tersebut.
Puisi "Telah Satu" merupakan salah satu puisi romantis milik W.S. Rendra, yang dikemas dengan indah, terlihat dari diksi yang digunakan pada puisi tersebut. Setiap baitnya dikemas dengan sangat apik sehingga pembaca bisa ikut masuk dalam imajinasi penulis. Puisi ini tidak hanya menggambarkan tentang kisah romantis antar kedua tokoh, namun dalam puisi ini juga memberikan gambaran tentang sebuah kesetian dan kepercayaan yang sudah seharusnya dimiliki setiap pasangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H