Puisi merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk pendek, singkat dan padat yang dituangkan dari isi hati, pikiran, dan perasaan penyair, dengan segala kemampuan bahasa yang pekat, kreatif, imajinatif (Suroto, 2001:40). Menurut waluyo (dalam Dani 2013:9) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dapat dipersingkat, dan diberikan rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Puisi adalah susunan kata yang dipilih dan dirangkai untuk menimbulkan efek dan daya sentuh, tentunya dengan maksud yang lebih luas. Kata-kata atau yang lebih luas lagi bahasa, sesungguhnya memiliki kekuatan-kekuatan, daya pukau, dan daya sentuh yang luar biasa. Kekuatan-kekuatan inilah yang dieksplorasi penyair untuk mengungkapkan maksud dan gagasannya agar dapat menyentuh perasaan, imajinasi, dan pikiran pembacanya. Dengan pemilihan kata-kata, dengan penggunaan majas, dengan eksplorasi bunyi, dengan penggambaran-penggambaran yang seolah bisa diindra pembaca, dengan susunan struktur dan kata-kata yang menimbulkana irama dan tempo yang dikehendaki, dan dengan berbagai potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan bahasa lainnya. Puisi merupakan hasil penafsiran penyair terhadap kehidupan (Aisyah, 2007:2).
Esai ini akan mengkaji puisi Telah Satu karya W.S. Rendra. Analisis yang akan menjelaskan tentang adanya majas dalam puisi tersebut dan makna yang terkandung didalamnya. Puisi karya W.S. Rendra dengan judul Telah Satu ini memiliki makna romantis tentang kebersamaan dan kepercayaan pasangan kekasih yang dilalui bersama baik dalam keadaan suka maupun duka. Puisi karya W.S Rendra ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang jarang memiliki waktu untuk bertemu tetapi keduanya meyakini bahwa rasa cinta yang mereka miliki semakin kuat dan tidak dapat terpisahkan. W.S. Rendra menggunakan bahasa yang sederhana tetapi kuat, memberikan gambaran tentang hubungan yang mendalam dan abadi. Dalam tiap baitnya terkandung keindahan, eksperesi perasaan penulis terlihat secara jelas, bersajak pendek, dan pemotongan kalimat atau frasa lainnya diletakkan pada baris berikutnya. Pada puisi Telah Satu ini pemilihan diksi yang digunakan yaitu bahasa sehari-hari. Namun, ada beberapa kata yang bermakna konotasi, seperti pada bait ke ketiga dan bait ke empat.
Majas yang terdapat pada puisi tersebut, yaitu: Majas Metafora dan Majas Alegori. Berikut adalah uraiannya.
Dalam puisi tersebut terdapat majas alegori, yang terdapat pada larik "Engkau adalah peniti yang telah disematkan. Aku adalah kapal yang telah berlabuh dan ditambatkan. Kita berdua adalah lava yang tak bisa lagi diuraikan." Yang mana pada larik tersebut menyatakan suatu hal atau kejadian secara lain, yaitu melalui penggambaran atau kiasan. Â Pada larik itu pun penulis menggunakan majas metafora, yang dimana pada larik tersebut terdapat perbandingan yang dilakukan secara implisit antara dua hal yang berbeda. Pada puisi "Telah Satu" majas yang sering digunakan ialah majas alegori.
Lalu pada larik "Engkau adalah peniti yang telah disematkan" terdapat majas alegori yang dimana dalam larik tersebut terdapat kiasan. Pada larik "Aku adalah kapal yang telah berlabuh dan ditambatkan" pada larik ini juga mengandung majas alegori. Terdapat majas metafora dalam larik "Kita berdua adalah lava yang tak bisa lagi diuraikan" lava sebagai unsur alam yang menyatu dan sulit dipisahkan menciptakan citra keabadian dan kesatuan.
Kehadiran pembicara dalam puisi tersebut bersifat eksplisit. Aku lirik terungkap dari penyebutan "Aku" dalam beberapa bait puisi tersebut. Pada puisi tersebut, orang kedua diajak berbicara, dengan memberikan tanggapan. Melalui pemahaman teks siapa orangnya dan apa hubungannya dengan subjek lirik, dapat disimpulkan bahwa hubungannya ialah pasangan kekasih. Pada keseluruhan puisi mengungkapkan tentang perasaan yang dirasakan oleh aku lirik, yang ingin dirasakan pula oleh orang kedua.
Berbicara tentang makna puisi, puisi milik W.S. Rendra ini juga memiliki makna yang mendalam, loh!! Makna yang terkandung dalam puisi ini sangatlah indah terlihat pada larik pertama "Gelisahmu adalah gelisahku" aku lirik dalam puisi tersebut menyampaikan bahwa apa yang dirasakan oleh tokoh kamu juga dirasakan oleh aku lirik. Dalam gambarannya aku lirik bisa merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh kamu.
"Berjalan kita bergandengan" dalam larik ini tergambarkan sepasang kekasih yang selalu bergandengan tangan, dengan artian mereka hidup bersama dengan saling berdampingan. Pada kalimat ini menyampaikan rasa komitmen yang dibangun antara kedua tokoh, berkomitmen untuk terus bersama dan saling mengasihani dalam keadaan apapun karena rasa cinta dan kepercayaan yang dimiliki kedua tokoh sangatlah besar.
"Dalam hidup yang nyata, dan kita cintai" pada kalimat ini kedua tokoh hidup secara berdampingan didalam kehidupan nyata, di mana keduanya hidup bersama dalam keadaan suka maupun duka dengan cinta yang mereka miliki sebagai pilar kokoh diantara keduanya.
"Lama kita saling menatap mata dan makin mengerti tak lagi bisa dipisahkan" pada kalimat ini menggambarkan kedua tokoh yang saling terikat satu sama lain dan enggan untuk berpisah.
"Engkau adalah peniti yang telah disematkan" kata disematkan menggambarkan bahwa tokoh engkau  merupakan tokoh yang cocok untuk bersanding dengan aku lirik dalam puisi.