Bayangkan kalau anestesi tidak ada, betapa sakitnya operasi. Hampir satu jam berada diruang operasi. Saat sadar kondisi sangat lemas, efek dari obat bius dan anti nyeri. Saya sama sekali belum merasakan efek sakit dari operasi tadi. Efeknya sakit baru terasa setelah buang air besar pertama, sakitnya memang dahsyat, saya sampai memohon ke suster ditambahkan dosis anti nyeri.
Hampir tiap malam kamar paling ramai, suara ketawa meledak terdengar keras sampai keluar. Beginilah orang Makassar kalau ketemu mereka terbiasa dengan becanda bahkan wasir pun dianggap candaan…hahahaha. Ada dua tempat dimana nama Allah sering disebut yaitu di Masjid dan Rumah sakit, ketika sakit disaat itu kita merasa dekat dengan Tuhan. Selama sepekan dirawat hampir semua biaya ditanggung asuransi, totalnya 36 juta.
Rekayasa Tuhan
Pasca operasi adalah hal yang terberat, tiga minggu lebih saya merasakan siksaan buang air tiap pagi bukan hanya sekali sehari kadang sampai 3 kali sehari. Kesehatan asalah aset yang berharga. Dulu ada tiga pantangan makanan yang mampir dilambung yaitu mie instan, kopi dan cabe, justru tiga ini jadi sahabat saya tiap hari (semoga tidak kambuh lagi), saya tidak merasakan sesehat ini sejak 10 tahun lalu.Â
Sebenarnya banyak pengobatan alternatif namun kurang sreg, obat-obat yang biasa muncul di TV sama sekali tidak menolong, entah karena obat tersebut tidak cocok dengan wasir dalam. Bahkan ada yang berani menawarkan pengobatan gaib dengan sekali minum obat yang sudah dijampi-jampi doa, wasir langsung lenyap.
Sejak awal saya sadar ini adalah Rekayasa Tuhan yang hebat, saya selalu berdoa minta disembuhkan dari sakit ini tapi Tuhan mengirim saya ke ruang operasi, mungkin Tuhan ingin berujar "sembuh denga minum obat hanya bertahan sebentar, tiap saat bisa kambuh lagi tapi dengan operasi bisa sembuh total".
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H