Mohon tunggu...
Islahul Qolbi
Islahul Qolbi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tukang ngerjain tugas orang

Suka Baca dan Nulis Tema-Tema Tasawuf, Psikologi dan Sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Spektrum Islam Jawa

17 Juni 2022   05:06 Diperbarui: 17 Juni 2022   05:18 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Di sisi lain, Indonesia memiliki keberagamaan budaya yang juga berpengaruh terhadap cara hidup masyarakatnya. Hal ini juga mempengaruhi cara masyarakat dalam beragama yang bisa beragam implementasinya.

Islam yang menjadi agama mayoritas sendiri memiliki banyak aliran dan kepercayaan dalam menjalankan ibadah. Dalam kebudayaan Jawa, terdapat perbedaan yang menonjol dan agama Islam telah menyatu atau berakulturasi dengan kebudayaan Jawa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tradisi keagamaan yang ada dalam kebudayaan Jawa itu sendiri seperti Tahlilan dan Dzibaan, yang menjadi ciri khas dari Islam jawa.

Kebudayaan jawa sendiri kerap mendapatkan stigma negatif dari masyarakat akan praktik klenik yang ada. Meski pada praktiknya, Islamisasi besar yang ada di Indonesia juga dimulai dari pulau Jawa. Konotasi buruk sebenarnya mengarah pada kebudayaan Jawa yang tidak dipadupadakan dengan Islam atau dengan jelas melanggar syariat Islam. Sebab dalam praktik klenik sendiri sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Di sisi lain, poros utama dari kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia lebih sering difokuskan pada kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh landasan historis akan kentalnya perkembangan Islam di Yogyakarta serta kentalnya kebudayaan Jawa yang ada di Yogyakarta. Meski di sisi lain, kentalnya kultur yang ada di Yogyakarta juga dihidupkan oleh banyak orang yang tidak berasal dari Yogyakarta atau dengan kata lain pendatang.

Dalam forum Maiyah yang juga menjadi sub-bab tersendiri dalam buku "Islam Spectrum In Java", Islam dan Kebudayaan Jawa sendiri lebih kental pada area di luar Yogyakarta. Misalnya saja Mojokerto, Jombang dan Kediri. Hal ini didasarkan pada kultur atau kebudayaan Jawa yang lekat korelasinya dengan kultus keagamaan. 

Di mana secara historis, penyebaran Islam di pulau Jawa juga tidak akan jauh dari peran Walisongo dan penyebaran tersebut juga menyesuaikan dengan kebudayaan yang berlaku pada saat itu. Komunitas Maiyah hadir di Tengah masyarakat dan dipelopori oleh Emha Ainun Nadjib, di mana komunitas Maiyah ini juga yang mendasari gerakan keagamaan sekaligus menjadi revitalisasi atas kebudayaan Islam Jawa.

Elastisitas Islam terhadap warna atau corak budaya lokal dapat dilihat pada penyebaran Sunan Kalijaga, yang menciptakan lagu-lagu bernuansa Islami Jawa seperti ilir-ilir, tandure wis semilir, dan sering menampilkan gamelan dan wayang untuk efektivitas pengenalan nilai-nilai Islam dan untuk mudahnya konversi masyarakat Jawa. 

Hal lain terlihat pada pembangunan masjid pertama Saka Tunggal Baitussalam yang dibangun oleh Kiai Mustolih pada tahun 1822 yang arsitekturnya menyerupai arsitektur lokal peninggalan Hindu-Budha.

Kondisi dari penyebaran Islam pada saat itu lekat dengan kebudayaan sebelumnya yang masih lekat dengan kerajaan Majapahit---hingga ada yang mengatakan bahwa masa Majapahit sudah ada akulturasi dengan Islam. Sehingga penyebaran Islam di Jawa lebih kental terutama di provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. 

Akulturasi antara Islam dan kebudayaan jawa inilah yang menjadikan spektrum yang khas. Di mana hal ini pula di bahas khusus dalam forum Maiyah, yang juga berperan dalam gerakan keagamaan.

Keislaman Jawa banyak dipertentangkan karena toleransi atau pertimbangan atas kebudayaan dan prinsip Islam yang sangat rawan. Misalnya saja pada acara musik seperti dangdut yang berbau seksual dan tentunya dipermasalahkan oleh banyak pihak dan menimbulkan pertentangan di masyarakat. 

Tidak hanya itu perspektif akan masuknya kultur baru atau globalisasi yang dipadupadakan dengan kebudayaan Islam menjadi bagian dari spektrum sekaligus menjadi bagian dari dinamika kehidupan Islam Jawa.

Sebelumnya, penting untuk membedakan antara Islam dan budaya Islam. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keyakinan dasar dan prinsip-prinsip tertentu yang dalam beberapa kasus tidak dapat dikompromikan, seperti islam adalah agama yang komprehensif, preskriptif dan berdasarkan aturan dengan kode Syariah yang ketat yang perlu diikuti oleh setiap orang percaya dalam setiap kondisi. 

Sebaliknya, budaya Islam merupakan praktik yang berkembang di sekitar Islam dan telah dianut oleh orang-orang atau masyarakat.

Dalam spektrum Islam Jawa, perselihan yang terjadi dan sangat tipis adalah penyembuhan alternatif atau disebut sebagai "penyembuhan sepanjang spektrum". Dalam implementasi sosialnya, terdapat batas minim dan sangat tipis yang ada dalam Spektrum. 

Hal ini disebabkan dengan perlunya pemahaman mendalam dan sangat sensitive sehingga makna yang diperoleh bisa disalah artikan menjadi makna yang sebaliknya. Sehingga terdapatkesulitan dalam membedakan antara dukun atau klenik dengan Kyai asli.

Klenik atau dukun dicirikan sebagai ahli mistik tradisional, atau juga sebagai ahli magis dan seremonial dan pelaku, penyembuh dan ahli sihir. Atau juga bisa dikatakan orang yang melakukan penekanan pada pencarian spiritual dan doktrin esoteric, ataupun berfokus pada kapasitas penyembuhan dan penyembuhan Islam---menggunakan kemasan Islam.

Perbedaaan kedua hal tersebut juga dilandaskan pada beberapa keadaan tertentu akan sunnah atau ketentuan dalam Islam, yang memiliki kesamaan dan hubungan filosofis dengan kebudayaan Jawa. Tipisnya perbedaan tidak hanya terjadi pada pemahaman konsep penyembuhan semata, akan tetapi dalam implementasi yang dilakukan pula. 

Di mana dalam konsep penerapan penyembuhan ini sedikit abstrak. Jika diamati menggunakan pemahaman awam, maka konsep penerapan kesembuhan antara klenik dan Kyai memiliki kesamaan, yakni abstrak dan seolah tidak memiliki hubungan dengan masalah yang ada. 

Akan tetapi jika pengamatan dilakuakan secara mendalam akan prinsip Islam---Al-Quran dan Hadist---maka terdapat perbedaan yang cukup jauh sejak dalam orientasi penyembuhan yang ada atau dengan media yang digunakan.

Sinkretisme semacam itu menjadi komponen penting dari adanya spektrum Islam Jawa. Dalam beberapa anggapan menyatakan bahwa bentuk singkretisme semacam ini akan mengarah pada perspektif bahwa Islam Jawa merupakan Islam sejati dalam ekspresi masyarakat Jawa---dengan tidak meninggalkan fakta historis hasil akulturasi kebudayaan. 

Maka kebudayaan seperti tumpengan dan kebudayaan lain, merupakan bentuk ekspresi masyarakat Jawa yang dibagungkan denan nilai kesilaman yang ada, baik itu syukur atau bentuk terima kasih  atas apa yang mereka dapatkan. 

Di sisi lain, terlepas dari Islam Jawa, akulturasi dan singkretisme semacam ini juga berdampak penuh pada Kristen Jawa---baik itu Protestan ataupun Katolik.

Kelompok-kelompok yang berbeda, pada tingkat yang berbeda-beda, mendukung dan menentang integrasi tradisi lokal ke dalam keyakinan dan praktik Islam. Ini menjadi spektrum khas dari adanya Islam Jawa dan juga menjadi penyebab dari gejolak perselisihan pemahaman yang ada. Di mana kelompok dan tingkatan tesebut dibagi menjadi tiga varian tradisi keagamaan pada struktur sosial masyarakat Jawa, yaitu; 

Santri (Muslim taat), Abangan (Muslim nominal) dan Priyayi (Muslim sinkretis). Di mana perselisihan yang ada mengarah pada mengarah pada perselisihan antara Muslim Sinkretis dengan Muslim Nominal.

Meski banyak kebudayaan yang sedikti bertentangan dengan Islam, mereka mengklaim bahwa esensinya adalah Islami meskipun dalam ekspresi Jawa, atau banyak ekspresi Islam Jawa, mulai dari sinkretis hingga ortodoks. Akan tetapi dalam peribadatan hampir semua Islam Jawa menganggap ritual lokal dan tradisi kosmologis mereka sebagai Islam yang sah meskipun dipadupadakan dengan budaya lokal baik sifatnya komunal ataupun tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun