Mohon tunggu...
Islah oodi
Islah oodi Mohon Tunggu... Penulis - Wong Ndeso

Penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Malam

21 Februari 2021   18:05 Diperbarui: 21 Februari 2021   18:17 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:Pixabay.

Rasa penasaran baru kini hadir masuk dalam relung kalbu. Hendak pergi kemana perempuan malam itu? Apakah ia akan melaksanakan salat? Rasanya tidak mungkin. Tapi, kata orang-orang perempuan itu tak akan pergi sebelum larut malam? Ah, kata orang, buktinya belum sampai malam pun ia sudah pulang.

Aku masih termenung di bangku taman kota sambil mendengarkan kumandang ikamah tanda salat akan segera dilaksanakan. Entah sudah berapa tahun keningku ini tak menyentuh sajadah luruh sujud pada-Nya. Tak terasa butir bening menganak sungai di netra. Toh, untuk apa aku penasaran dengan perempuan malam itu dan menduga-duga ia sebagai perempuan jalang berlumpur dosa, sedang diriku pun telah lama tak menjalankan perinta-Nya.

Sekitar setengah jam setelah ikamah saat aku beranjak kembali ke rumah, perempuan itu datang kembali dan duduk pada bangku yang sama seperti biasanya. Ia kembali menghentikan niat hatiku saat tadi beranjakk pergi. Sebenarnya ia baru dari mana? Jika benar ia perempun malam apakah mungkin masih menyempatkan diri bersujud pada Tuhan? Ah, entahlah. Aku akan terus duduk di bangku ini hingga tahu dan melihat sendiri bahwa perempuan cantik bergigi gingsul itu benar seorang perempuan malam atau bukan.

Waktu pelan terus merayap. Kini azan Isya mulai berkumandang dari masjid-masjid kota. Perempuan itu pun beranjak dari tempat duduknya dan berlalu pergi. Daripada aku terus penasaran lebih baik aku ikuti dari belakang kemana ia pergi. Ternyata perempuan itu pergi ke masjid jauh di ujung jalan. Walaupun di samping taman juga ada masjid, tapi mengapa ia memilih masjid yang jauh? Aku berdiri di bawah pohon palem yang tumbuh di halaman masjid saat perempuan itu masuk. Terlihat kala salat dimulai ia pun turut berjamaah salat.

Kini, dugaanku bahwa ia perempuan malam yang menjual dirinya perlahan sirna. Mungkin semalaman ia di taman karena sedang bertafakur memikirkan keagungan alam ciptaan-Nya atau sekedar menghirup udara segar. Aku kembali ke taman dan duduk pada bangku yang sama seperti tadi. Dari jauh perempuan itu kembali. Aku kira ia akan duduk di bangku yang sama seperti biasa, ternyata ia malah menghampiriku.

"Masih penasaran dengankuu?"

Tak kujawab pertanyaanya. Aku hanya menggelengkan kepala dan terdiam tanpa bersuara sambil tertunduk. Ada rasa malu dalam kalbu, sungkan dan beberapa rasa yang tak bisa aku ungkapkan.

"Kamu sudah tak penasaran denganku? Aku akan membuat kamu terus penasaran denganku. Mari ikut aku." Aku kaget tak karuan saat ia pegang tanganku dan menuntunku tanpa ada perlawanan seperti menunutun karbau yang dicucuk hidungnya. Ternyata ia membawaku di bangku biasa yang ia duduki.

"Duduklah di sini bersamaku," tawarnya. Aku tak menjawab dengan perkataan, namun ragaku menuruti apa yang ia mau. Aku duduk di sampungnya. Ia kembali terdiam menatap pemandangan alam malam taman kota. Aku pun turut terdiam tak berani sekedar menyapanya. Malam semakin larut. Beberapa orang-orang yang sedari tadi berkumpul di taman satu persatu kembali ke rumah masing-masing. Hingga tengah malam kini hanya ada kami berdua dalam taman.

"Aku telah di sampingmu. Tak inginkah kamu bertanya sesuatu?" Tanyanya.

"Sia-sia saja," jawabku singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun