Tapi polemik tidak bisa berhenti walaupun pemerintah sudah menyebut nama BIN dan 500 senjata untuk latihan; dan sekalipun Menteri Wiranto meminta polemik ini tidak dilanjutkan.
Masyarakat dan para politisi sudah menyuarakan pendapat dan desakan mereka. Siapapun boleh berasumsi, jangan-jangan yang dimaksud Gatot berbeda dengan yang dijelaskan Wiranto. Apalagi sampai saat ini belum ada rilis identitas institusi yang dimaksud Panglima TNI.
Politisi PDIP Charles Honoris menilai ucapan Gatot ingin menyerbu instansi non-militer tidaklah etis. Wakil Sekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik bahkan menuding Gatot sedang berpolitik. Dia menyayangkan informasi yang seharusnya disampaikan ke Presiden Jokowi dan DPR itu justru disampaikan di acara yang diliput luas media massa.
Tak ketinggalan, presiden turut didesak untuk segera memanggil Panglima TNI, dan DPR nampaknya bersiap meminta klarifikasi dari Jenderal Gatot. Wakil Ketua DPR Fadhli Zon juga berharap Gatot mengungkap nama institusi pemesan senjata tersebut.
Semoga kasus ini jadi pelajaran buat kita semua. Khususnya terkait bagaimana sebuah komunikasi dan informasi harus dikelola dengan baik. Ingat, saat ini media tidak lagi didominasi oleh media pers. Informasi menyebar lebih luas (dan liar) di dua platform media lainnya: media sosial dan media percakapan digital.
Salam Literasi Media.
Berikut transkrip pidato Panglima TNI seputar Upaya Pembelian 5000 pucuk Senjata ilegal oleh sebuah instansi non-militer yang menurut Puspen TNI bersifat off the record tapi terlanjur diberitakan ke publik:
Situasi yang sekarang ini yang sama-sama juga harus kita waspadai. Ada semacam etika politik yang tidak bermoral. Atau dikatakan pada saat ABRI yang dulu, itu terjadi sekarang ini, Pak. Sehingga suatu saat apabila kami-kami yang junior ini melakukan langkah yang di luar ketakutan para senior, itu hanya kami sebagai Bhayangkari.
Tapi datanya pasti kami akurat. Ada kelompok institusi yang akan membeli 5000 pucuk senjata. Bukan militer. Ada itu, Pak. Ada yang memaksa, ada yang mempidanakan. Untuk apa? Ada. Dan data-data kami, intelijen kami, akurat.
Kami masuk pada relung-relung intinya, Pak. Tapi hanya pada intinya saja, Pak itu. Ini untuk....
Karena kalau tidak ini, Pak. Kalau tidak. Bahkan TNI pun akan dibeli. Tidak semuanya di sini bersih, Pak. Jujur saya katakan. Tidak semuanya institusi bersih. Tidak. Ada yang sudah punya keinginan kdengancara yang amoral untuk meraih jabatan. Ada. Dan saya berjanji, mereka akan saya buat merintih, Pak, bukan hanya menangis. Mereka akan saya buat merintih, hanya bukan menangis. Biar pun itu jenderal.